Translate

Wednesday, December 11, 2013

MENANAM SINGKONG

PERHITUNGAN TANAM SINGKONG

Dalam jumpa kali ini saya akan coba memberikan tips cara menanam singkong yang benar. Dengan persiapan dan pengetahuan yang baik mengenai cara menanam singkong yang benar, ditambah dengan ketekunan serta kesabaran Anda dalam merawatnya, tidak mustahil bahwa hasil yang akan Anda peroleh nantinya akan maksimal dan memuaskan Anda. 
Jadi, apa saja yang perlu Anda persiapkan dan lakukan sebelum menanam singkong agarhasilnya berlimpah dan maksimal?.
 Berikut Tips dan Cara menanam singkong YANG BENAR
1.Siapkan Lahan tempat Menanam Singkong
Singkong membutuhkan tanah yang gembur dan subur agar umbi yang dihasilkan bisa maksimal ukurannya selain kualitasnya, untuk itu sebelum Anda menanamnya, tanah tempat Anda menanam harus dicangkul terlebih dahulu. Anda dapat menggunakan teknik gundukan tanah memanjang seperti ketika Anda menanam cabaiLetakkan sampah daun yang nantinya akan berfungsi sebagai pupuk alami di dalam gundukan tanah yang Anda buat tadi. Jangan lupa membuat jalan air antara gundukan yang satu dengan lain agar tanah gundukan untuk menanam singkong tadi tidak terendam air.

2.Siapkan Bibitnya dan Tanam
Setelah tanah atau lahannya sudah siap, Anda dapat mulai memilih bibit singkong terbaik dan menanamnya. Beri jarak antar bibit kurang lebih 7 hingga 10cm agar tidak terlalu rapat. Perhatikan waktu Anda menanamnya supaya tidak terbalik, ujung bawah yang ditanam ke dalam tanah adalah bagian bibit yang tua.
3.Perawatan Tanaman SingkongMerawat singkong yang sudah Anda tanam tadi akan kita bagi menjadi 3 seperti di bawah ini:

# Merawat Tunas
Setelah beberapa waktu, akan mulai tumbuh tunas dari bibit yang Anda tanam. Anda harus menyingkirkan semua rumput yang tumbuh selama tunas muncul agar tanaman Anda tidak kekurangan unsur hara yang merupakan makanannya karena diambil oleh rumput yang tumbuh di sekitarnya.

# Mengairi Tanaman
Anda harus menjaga agar bibit yang Anda tanam tidak kekurangan air, tetapi usahakan agar tanaman Anda tidak terendam hingga basah.

# Memberi Pupuk

Berikan pupuk kandang – Anda bisa membeli atau membuatnya sendiri dari ternak yang Anda miliki jika Anda memang petani yang memiliki ternak. Pupuk kandang ini berguna untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman singkong Anda terutama daunnya. 


P A N E N
#Ciri dan Umur Panen
Ketela pohon dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman ketela pohon telah mencapai 6–8 bulan untuk varietas Genjah dan 9–12 bulan untuk varietas Dalam.

#Cara Panen
Ketela pohon dipanen dengan cara mencabut batangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu tanah.
PASCA PANEN
#Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan.

#Penyortiran dan Penggolongan
Pemilihan atau penyortiran umbi ketela pohon sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi ketela pohon dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.

#Penyimpanan
Cara penyimpanan hasil panen umbi ketela pohon dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a)
Buat lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar ketela pohon tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi yang akan disimpan.
b)
Alasi dasar lubang dengan jerami atau daun-daun, misalnya dengan daun nangka atau daun ketela pohon itu sendiri.
c)
Masukkan umbi ketela pohon secara tersusun dan teratur secara berlapis kemudian masing-masing lapisan tutup dengan daun-daunan segar tersebut di atas atau jerami.
d)
Terakhir timbun lubang berisi umbi ketela pohon tersebut sampai lubang permukaan tertutup berbentuk cembung, dan sistem penyimpanan seperti ini cukup awet dan membuat umbi tetap segar seperti aslinya.

#Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan umbi ketela pohon bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/ dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar. Khusus untuk pemasaran antar pulau maupun diekspor, biasanya umbi ketela pohon ini dikemas dalam bentuk gaplek atau dijadikan tepung tapioka. Kemasan selanjutnya dapat disimpan dalam karton ataupun plastik-plastik dalam perbagai ukuran, sesuai permintaan produsen.

Setelah dikemas umbi ketela pohon dalam bentuk segar maupun dalam bentuk gaplek ataupun tapioka diangkut dengan alat trasportasi baik tradisional maupun modern ke pihak konsumen, baik dalam maupun luar negeri


Gambaran Peluang Agribisnis
Di pasar Indonesia, produksi Ketela pohon rata-rata mencapai 8,24 ton/ha (data tahun 1969-1978). Tahun 1983-1991 rata-rata mencapai 11,43 ton/ha.

Peningkatan produksi umbi ketela pohon kurun waktu 1988-1992 terjadi karena adanya peningkatan rata-rata hasil per hektar. Walaupun demikian, rata-rata produktivitas usaha tani ketela pohon ditingkat petani (3 ton/ha) masih lebih rendah dibandingkan dengan potensi hasilnya (6-10 ton/ha). Luas panen komoditas ketela pohon yang cenderung terus menurun selama kurun waktu tersebut ternyata tidak berpengaruh terhadap produksi total. Sementara itu, sekitar 58% dari total luas panen per tahun masih tersebar di Pulau Jawa.

Dari segi ekspor, selama periode 1990-1994 ekspor ketela pohon Indonesia mengalami peningkatan yang cukup besar. Bila pada tahun 1990, ekspor ketela pohon adalah sebanyak 100 ton, maka pada tahun 1994 jumlah tersebut sudah menjadi 500 ton. Permintaan ketela pohon dalam bentuk tapioka maupun gaplek pada tahun-tahun yang akan datang diperkirakan akan terus meningkat. Hal ini merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk usaha agribisnis ketela pohon. selamat mencoba

ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
#Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya singkong seluas 1 hektar pola monokultur dalam satu musim tanam (8 bulan), dengan jarak tanam 100 X 100 cm (populasi + 9.998 tanaman) untuk daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah:

#Jumlah biaya produksi                          Rp. 3.652.500,-
#Biaya produksi
1.Sewa lahan per musim (lahan kering)       Rp.     500.000,-

2.Bibit + 11.000 stek @ Rp 30,-                 Rp.     330.000,-

3.Pupuk
-   Urea: 200 kg @ Rp 1.000,-                   Rp.     200.000,-
- TSP: 100 kg @ Rp 1.800,-                      Rp.     180.000,-
- KCl: 200 kg @ Rp 1.650,-                       Rp.     330.000,-

4.Pestisida: 2 kg (liter) @ Rp 50.000,-        Rp.     100.000,-
  
5.Pajak dan peralatanRp.                          Rp      300.000,-

6.Tenaga kerja
- Pengolahan lahan 70 HKP @ Rp 10.000,-                Rp. 700.000,-
- Penanaman 5 HKP + 10 HKW Rp.                           Rp  125.000,-
- Pemupukan 10 HKP +25 HKW Rp.                          Rp  287.500,-
- Penyiangan dan pembubunan 20 HKP + 20 HKWRp.  Rp  350.000,-

7.Panen dan pasca panen                                         Rp. 250.000,-

2)
Pendapatan 30.000 kg @ Rp 125,-      Rp. 4.500.000,-
3)
Keuntungan                                              Rp.    847.500,-
 
4)
Parameter kelayakan usaha    1. Rasio Out/Input =1,232
Catatan : HKP (Hari Kerja Pria); HKW (Hari Kerja Wanita)


I. SYARAT PERTUMBUHAN
1.1. Iklim
a) Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela pohon antara 1.500-2.500 mm/tahun.
b) Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela kohon sekitar 10 C. Bila suhunya di bawah 10 C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
c) Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon antara 60-65%.
d) Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
1.2. Media Tanam
a) Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya.
b) Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
c) Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.
1.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.
II. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
2.1. Pembibitan
2.1.1. Persyaratan Bibit
Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
b) Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.
c) Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus.
d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.
2.1.2.     Penyiapan Bibit
Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Bibit berupa stek batang.
b) Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah.
c) Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara 25–30 batang stek.
d) Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman.
2.2. Pengolahan Media Tanam
2.2.1. Persiapan
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah :
a) Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan cairan pH tester.
b) Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.
c) Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman lainnya (tumpang sari), sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman yang sejenis.
d) Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan pasar. Apabila pada saat panen nantinya harga akan anjlok karena di daerah sentra penanaman terjadi panen raya maka volume produksi diatur seminimal mungkin.
2.2.2. Pembukaan dan Pembersihan Lahan
Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor.
Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau, pada tanah tegalan yang arealnya relatif lebih sempit oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.
2.2.3. Pembentukan Bedengan
Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman.
2.2.4. Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam/tanah gembut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit/kaptan (CaCO3). Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran adalah 1-2,5 ton/ha. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau pada saat pembentukan bedengan kasar bersamaan dengan pemberian pupuk kandang.
2.3. Teknik Penanaman
2.3.1. Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang umum digunakan pada pola monokultur ada beberapa alternatif, yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau 100 X 40 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam 150 X 100 cm atau 300 X 150 cm.
2.3.2. Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela pohon kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.
2.4. Pemeliharaan Tanaman
2.4.1. Penyulaman
Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni dengan cara mencabut dan diganti dengan bibit yang baru/cadangan. Bibit atau tanaman muda yang mati harus diganti atau disulam. Pada umumnya petani maupun pengusaha mengganti tanaman yang mati dengan sisa bibit yang ada. Bibit sulaman yang baik seharusnya juga merupakan tanaman yang sehat dan tepat waktu untuk ditanam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas. Waktu penyulaman adalah minggu pertamadan minggu kedua setelah penanaman. Saat penyulaman yang melewati minggu ketiga setelah penanaman mengakibatkan perbedaan pertumbuhan yang menyolok antara tanaman pertama dan tanaman sulaman.
2.4.2. Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/ tanaman liar/pengganggu (gulma) yang hidup di sekitar tanaman. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 2 (dua) kali penyiangan.
2.4.3. Pembubunan
Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan setelah itu dibuat seperti guludan. Waktu pembubunan dapat bersamaan dengan waktu penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman ketela pohon terkikis karena hujan atau terkena air siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan/di tutup dengan tanah agar akar tidak kelihatan.
2.4.4. Perempelan/Pemangkasa
Pada tanaman Ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. Hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam mendatang.
2.4.5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea=133–200 kg; TSP=60–100 kg dan KCl=120–200 kg. Pupuk tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K= 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar) dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3.
2.4.6. Pengairan dan Penyiraman
Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai umur + 4–5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. Sistem yang baik digunakan adalah sistem genangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan. Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.
2.4.7.  Waktu Penyemprotan Pestisida
Jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari. Dosis pestisida disesuaikan dengan serangan hama dan penyakit, baca dengan baik penggunaan dosis pada label merk obat yang digunakan. Apabila hama dan penyakit menyerang dengan ganas maka dosis pestisida harus lebih akan tetapi penggunaannya harus hati-hati karena serangga yang menguntungkan dapat ikut mati.
2.5. Hama dan Penyakit
2.5.1.  Hama
a) Uret (Xylenthropus)
Ciri : berada dalam akar dari tanaman. Gejala : tanaman mati pada yg usia muda, karena akar batang dan umbi dirusak. Pengendalian : bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau mencampur sevin pada saat pengolahan lahan.
b)  Tungau merah (Tetranychus bimaculatus)
Ciri : menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun tersebut. Gejala : daun akan menjadi kering. Pengendalian : menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak.
2.5.2. Penyakit
a) Bercak daun bakteri
Penyebab: Xanthomonas manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG . Gejala: bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan pada daun kering dan akhirnya mati. Pengendalian: menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun
b) Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith)
Ciri: hidup di daun, akar dan batang. Gejala: daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang dan umbi langsung membusuk. Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.
c) Bercak daun coklat (Cercospora heningsii)
Penyebab: cendawan yang hidup di dalam daun. Gejala: daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan jaringan daun mati. Pengendalian: melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.
d) Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica)
Penyebab: cendawan yang hidup pada daun. Gejala: adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda. Pengendalian: memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian tanaman yang sakit .
2.5.3. Gulma
Sistem penyiangan/pembersihan secara menyeluruh dan gulmanya dibakar/dikubur dalam seperti yang dilakukan umumnya para petani Ketela pohon dapat menekan pertumbuhan gulma. Namun demikian, gulma tetap tumbuh di parit/got dan lubang penanaman.
Khusus gulma dari golongan teki (Cyperus sp.) dapat di berantas dengan cara manual dengan penyiangan yang dilakukan 2-3 kali permusim tanam. Penyiangan dilakukan sampai akar tanaman tercabut. Secara kimiawi dengan penyemprotan herbisida seperti dari golongan 2,4-D amin dan sulfonil urea. Penyemprotan harus dilakukan dengan hati-hati.
Sedangkan jenis gulma lainnya adalah rerumputan yang banyak ditemukan di lubang penanaman maupun dalam got/parit. Jenis gulma rerumputan yang sering dijumpai yaitu jenis rumput belulang (Eleusine indica), tuton (Echinochloa colona), rumput grintingan (Cynodon dactilon), rumput pahit (Paspalum distichum), dan rumput sunduk gangsir (digitaria ciliaris). Pembasmian gulma dari golongan rerumputan dilakukan dengan cara manual yaitu penyiangan dan penyemprotan herbisida berspektrum sempit misalnya Rumpas 120 EW dengan konsentrasi 1,0-1,5 ml/liter.
Tips cara menanam singkong yang benar
2.6. Panen
2.6.1. Ciri dan Umur Panen
Ketela pohon dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman ketela pohon telah mencapai 6–8 bulan untuk varietas Genjah dan 9–12 bulan untuk varietas Dalam.
2.6.2. Cara Panen
Ketela pohon dipanen dengan cara mencabut batangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu tanah.
2.7. Pascapanen
2.7.1. Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan.
2.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Pemilihan atau penyortiran umbi ketela pohon sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi ketela pohon dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.
2.7.3. Penyimpanan
Cara penyimpanan hasil panen umbi ketela pohon dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Buat lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar ketela pohon tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi yang akan disimpan.
b) Alasi dasar lubang dengan jerami atau daun-daun, misalnya dengan daun nangka atau daun ketela pohon itu sendiri.
c) Masukkan umbi ketela pohon secara tersusun dan teratur secara berlapis kemudian masing-masing lapisan tutup dengan daun-daunan segar tersebut di atas atau jerami.
d) Terakhir timbun lubang berisi umbi ketela pohon tersebut sampai lubang permukaan tertutup berbentuk cembung, dan sistem penyimpanan seperti ini cukup awet dan membuat umbi tetap segar seperti aslinya.
2.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan umbi ketela pohon bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/ dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar. Khusus untuk pemasaran antar pulau maupun diekspor, biasanya umbi ketela pohon ini dikemas dalam bentuk gaplek atau dijadikan tepung tapioka. Kemasan selanjutnya dapat disimpan dalam karton ataupun plastik-plastik dalam pelbagai ukuran, sesuai permintaan produsen.
Setelah dikemas umbi ketela pohon dalam bentuk segar maupun dalam bentuk gaplek ataupun tapioka diangkut dengan alat trasportasi baik tradisional maupun modern ke pihak konsumen, baik dalam maupun luar negeri.
Sumber: 


 SINGKONG GAJAH


Singkong Gajah adalah singkong yang “berteknologi” dalam arti bahwa tanaman ini perlu campur tangan manusia dengan “kasih sayang” atau memerlukan pemeliharaan yang serius. Walaupun tanaman ini mempunyai daya adaptasi yang tinggi namun kemampuannya bertahan hidup dalam mengahadapi rumput liar kurang kuat dibandingkan dengan jenis lainnya.
Namun ketika pemeliharaan dilakukan dengan baik misalnya penggemburan tanah dengan penyiangan rerumputannya, pemupukan dan penambahan unsur-unsur hara yang diperlukannya, dan pengurangan daun atau cabang yang kurang diperlukan. Harus diperhatikan adalah musuh utama tanaman ini yaitu babi hutan, tikus dan landak.
Pada dasarnya Singkong Gajah tidak memilih tempat tumbuh, karena dapat tumbuh dan bertumbuh di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi namun ia tidak cukup baik di daerah rawa atau terus menerus berair. Kelebihan dari budidaya Singkong Gajah ini adalah bibitnya mempunyai kekebalan terhadap hama dan penyakit tanaman. Dalam hal ini umur panen pun yang  relatif lebih cepat dibandingkan dengan ubi kayu lainnya.
Kandungan kayunya cukup tinggi sehingga biasa menjadi sasaran dan berakibat kropos, bahkan mati. Oleh karena itu, bibit tanaman ini sebaliknya direndam bahan “ anti rayap” atau “ obat perangsang tumbuh “
Petani singkong tradisional lebih menggutamakan hasil panen pada umbi sebagai bahan pangan. Dibebrapa tempat, umbi singkong dijadikan bahan baku bioetanol. Sekarang budidaya singkong bukan lagi terpancang pada umbi sebagai bahan pangan melainkan sudah mulai ada petani singkong yang menjual daunnya.
Teknik Dasar Penanaman Singkong Gajah
Jarak Tanam pada penanaman Singkong Gajah perlu diperhatikan untuk memperoleh umbi, bibit, dan daun yang maksimal. Keteraturan jarak tanam menghasilkan keindahan kebun dan juga mempermudah pemeliharaan tanaman seperti pemupukan, penyiangan, dan pemeliharaan bedeng. Jarak tanam pada singkong ini berdasarkan hasil penelitian yang di pimpin oleh Prof. Ristono menunjukan adanya ketergantungan pada tingkat kesuburan tanah. Pada tanah yang subur justru menghendaki jarak tanaman yang “longgar” karena keinginan singkong ini untuk keleluasaan membangun umbinya menjadi panjang , besar serta banyak.  Selain itu, percabangan batang dan pertumbuhan daun dan batang juga akan leluasa bisa mencapai tingkat kerimbunan yang cukup padat. Keteraturan jarak antar pohon paling tidak satu meter, bahkan ada pula yagn menanam dengan model jarak satu meter kali dua meter. Sebaliknya, pada tanah yang tidak subur penanaman dengan ukuran jarak yang berdekatan walaupun umbi yang diproduksinya menjadi pendek.
/
Untuk memaksilmalkan produk maka tanaman ini menginginkan tumbuh pada tanah yang digulud atau dibedeng dengan tinggi gundukan sekitar 50 cm dan lebar bedeng paling tidak 70 cm. Dengan bedeng sirkulasi air yang diperlukan tumbuhan ini menjadi lebih terjamin karena Singkong Gajah tidak senang hidup pada genangan air yang berlebihan. Apabila is terpaksa ditanam secara tumpang sari maka ia adalah tanaman yang dominan dala memperoleh sinar matahari sedangkan tanaman yang lainnya harus berada dibawahnya dan umur Singkong Gajah harus lebih tua daripada tanaman yang “ nebeng “ tersebut. Oleh karena itu untuk tumpang sari sebaiknya dilakukan secara bersamaan penanaman dengan jenis tanaman yang dapat mendukung pertumbuhan singkong misalnya kacang tanah, kacang hijau, atau kedelai.
Teknik menanam singkong oleh petani di Indonesia bervariasi. Untuk Singkong Gajah disarankan mengikuti banyaknya mata benih yang yang mungkin dapat tumbuh menjadi batang tanaman yaitu antara tiga hingga lima mata. Ini berarti panjang benih dari 10 cm hingga 20 cm. Diameter benih yang disarankan sekitar 1,5 cm yang diambil baigan yang relatif lebih muda.
Penanaman Singkong Gajah harus mengacu pada input teknologi berupa bibit tanaman. Yaitu agar bibit yang ditanam mempunyai keyakinan tinggi dapat hidup secara baik maka sebaiknya diamati apakah bibit masih segar dengan cara mengupas kulitnya ( dengan kuku ) apabila masih kelihatan segar maka bibit tersebut sehat cukup tinggi.
Teknik Dasar Pemeliharaan Tanah
Tanah yang telah dibuka untuk lahan penanaman singkong ini harus diberi kesempatan memperoleh sinar matahari yang cukup agar semua baigan dipermukaan tanah memperoleh oksigen yang diperlukan oleh mikroba tanah. Penyuburan tanah menggunakan pupuk  kandan atau pupuk organic berupa Bokasi atau kompos memerlukan sekitar 2 ton / hektar. Akan lebih baik apabila pupuk ini bersamaan dengan proses penggemburan tanah, proses ini akan lebih cepat dan efisien apabila dibantu dengan input pupuk hayati. Penggunaan Biotonik yang berkualitas pada awal penanaman diperlukan 2 -  4 liter/hektar yang berati pencampurannya 200 – 400 liter air. Penambahan pupuk hayati ini perlu diulangi lagi ketika tanaman telah tumbuh dan berumur 1 bulan dan berikutnya setelah berumur 3 bulan 5 bulan.  Pada Awal tanam biasnay tumbuh rumptu pengganggu. Untuk menagtasi gangguan ini sebaiknya dilakukan secara manual pada waktu tanaman umur satu bulan yaitu dengan menggunakan tangan karena tanah masih lentur dan rumptu juga masih muda dan midah dicabut. Langkah selanjutnya dilakukan penyiangan secara manual pada umur tanam 2 bulan dan 4 bulan. Pada singkong umur lebih dari 3 bulan rumput akan otomatis mati di sekitar pohon karena ternaungi oleh daun singkong yang semakin rimbun. Hasil penyiangan rumpt secara manual berupa rumput atau serasah lainnya yang sangat baik untuk bahan pupuk organik. Pada waktu pemeliharaan tanah secara manual dilakukan, petani juga harus memeriksa ada tidaknya gangguan hama penyakit dan bahkan serangan hama tikus atau babii hutan.
Pemberian Pupuk Organik
Kunci keberhasilan pertanian Sinkogn Gajah terlihat dari pengolahan laha sejak awal dan pemberian pupuk organic secara teratur. Apabila dirasakan memang  biaya yagn diperlukan cukup tinggi, namun hasil yang diperoleh tinggi pula. Apabila pemberian pupuk hanya menggunakan pupuk organi dan pupuk hayati dalam artian tidak menggunakan pupuk kimia sama sekali maka umbi yang dihasilkan paling tepat untuk bahan industri pangan rasa Singkong Gajah yang istimewa.
Penggemburan Tanah
Penggemburan tanah akan lebih efektif dengan sekaigus menaburkan pupuk organic atau pupuk kandang sehingga percampuran bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sedini mungkin telah dilakukan.
Teknik Dasar Pemanenan Singkong Gajah
Dalam memanen singkong tergantung pada teknik pemanenan dan dalam hal ini bagaimana keberhasilan mencabut umbi tersebut dari dalam tanah . Pada tanah yang bersifat liat atau keras biasanya berusaha mencengkram umbi sehingga banyak yang tertinggal didalam tanah karena putus dan bahkan apabila tercabut pun dalam keadaan rusak. Oleh karean itu teknik panen umbi singkong perlu dipelajari. Dengan tanaman berada pada gulud atau bedng maka proses pemanenan akan lebih mudah karena umbi yang dihasilkan sebagian besar berada di atas permukaan tanah utama dan gundukan tersebut relatif gembur. Apabila waktu panen ternyata laha kering atau keras maka dilakukan penggemburan tanah dengan menyiram tanah denga pompa air dan dibiarkan selama 1 (satu) malam agar pengemburan samapai ke ujung umbi/perakaran.
Umur Panen Singkong Gajah
Penegrtian panen singkong adalah pengambilan hasil dari tanaman singkong tersebut yang biasanya diutamakan pada pengambilan umbi. Umur tanaman 7-11 bulan akan menghasilkan umbi segar mencapai 200 ton/ha dengan prediksi perbatangnya 20kg.
Sumber : . Ristono, Prof. Dr. MS & SP, MP Amarullah   || Singkong Gajah Berjuang

5 comments:

Halra said...

saya sedang mendalami tentang pertanian dn saya juga ingin mencoba menanam singkong sendiri di sekitar rumah, kayaknya masih bagus prospek bisnisnya, makasih banyak petunjuknya111

alat bantu sex wanita said...

informasi yang bagus dan akurat trim pak artikel yang anda berikan,sukses selalu,

Fatullah said...

Terimakasih semuanya, selamat mencoba, Dan terus mecoba saya yakin dengan kemauan kita semua masalah pasti ada jalan... Salam Sukses

Fatullah said...

Jika anda berniat pasang iklan disini, silakan.

Fatullah said...

Jika anda berniat pasang iklan disini, silakan.