A. Pendahuluan
Dalam sejarah usaha pertanian, lahan
pekarangan merupakan tempat kegiatan usaha tani yang mempunyai peranan
besar terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Pekarangan pada dasarnya
adalah sebidang tanah yang terletak disekitar rumah dan biasanya
dikelilingi pagar atau pembatas.
Lahan pekarangan dapat dimanfaatkan
untuk berbagai tujuan, misalnya sebagai warung hidup dan apotik hidup,
menambah pendapatan keluarga, menyediakan bahan-bahan bangunan, dan
memberikan keindahan dilingkungan tempat tinggal. Penataan bentuk dan
pola pekarangan berbeda-beda, tergantung banyak faktor. Misalnya faktor
luas tanah, ketinggian tempat dari permukaan laut (elevasi), keadaan
iklim, jenis tanaman, dan jauh dekatnya dari kota.
Secara garis besar, pemanfaatan lahan pekarangan menurut lokasinya dikelompokkan menjadi tiga kategori :
1 Didaerah pedalaman, pekarangan pada
umumnya dimanfaatkan sebagai sumber pangan dan gizi, obat-obatan, dan
rempah-rempah, serta untuk pelestarian lingkungan.
2 Didaerah pedesaan yang dekat dengan
pusat konsumsi, pekarangan dimanfaatkan sebagai penghasil buah-buahan,
sumber penghasilan, dan pelestaran lingkungan.
3 Didaerah perkotaan, pekarangan
dimanfaatkan sebagai sumber pangan untuk perbaikan gizi, memberikan
kenyamanan dan keindahan, serta melestarikan lingkungan.
Lahan pekarangan dapat dijadikan asset
berharga bagi pengembangan usaha tani skala rumah tangga. Oleh karena
itu pemanfaatan lahan pekarangan dapat dijadikan basis usaha pertanian
tanaman sayuran dalam rangka memberdayakan sumberdaya keluarga serta
meningkatkan ketahanan pangan dan kecukupan gizi.
B. Wilayah Lingkungan
Indonesia memiliki kondisi agroekologi
dataran rendah sampai dataran tinggi yang dapat menghasilkan komoditas
sayuran. Lahan pertanian yang dapat digunakan untuk mengembangkan
tanaman sayuran meliputi 16,54 juta hektar. Lahan tersebut berupa lahan
kering yang terdiri atas 8,54 juta hektar tegalan (kebun), 3,2 juta
hektar ladang (huma) dan 4,8 juta hektar lahan pekarangan.
Dalam hubungannya dengan kedaan
lingkungan maka dikenal sayuran dataran rendah seperti kangkung, terung,
mentimun, bawang merah, dan kacang panjang, sedangkan sayuran dataran
tinggi seperti kubis bawang putih, wortel, kentang, dan buncis. Tetapi
hampir semua sayuran dataran rendah dapat juga dijumpai pada ketinggian
tempat yang lebih tinggi, demikian pula sayur-sayuran dataran tinggi
juga dapat dijumpai pada ketinggian tempat yang lebih rendah.
Berdasarkan ketinggian tempatnya (Rahmat Sutarya dan Gerard J.H.Grubben, 1995) maka wilayah lingkungan dapat dibagi menjadi :
Dataran Rendah (dari pantai sampai ketinggian 450 m dpl) :
Suhu maksimum berada antara 27°-30ºC,
dan suhu malam berada antara 22 - 25ºC. Intensitas penyinaran tinggi
(lamanya penyinaran). Jenis tanah sampai 200 m sebagian besar andosol
dan grumasol.
Dataran tinggi (diatas 450 m dpl) :
Dari ketinggian tersebut suhu rata-rata
akan berkurang 1ºC pada setiap kenaikan tempat 160 m. Pada ketinggian
1200 m, suhu siang rata-rata 24ºC dan suhu malam 15ºC. Intensitas
penyinaran lebih rendah, yang terutama selama cuaca berawan pada musim
hujan. Kelembaban udara relative tinggi. Jenis tanah sebagian besar
termasuk andosol dan grumasol.
Dataran Medium. Ketinggian pertengahan yang berada antara dataran tinggi dan dataran rendah
Dengan demikian wilayah lingkungan terbagi menjadi :
I. Dataran Rendah berada antara 0 – 200 m
II. Dataran Medium berada antara 200 – 700 m
III. Dataran tinggi > 700 m
Saat ini dengan adanya kemajuaan
rekayasa teknologi, telah ditemukan jenis-jenis tamanan sayuran yang
dapat tumbuh baik didataran tinggi maupun didataran rendah. Beberapa
jenis tamanan sayuran dataran tinggi yang mampu dikembangkan didataran
medium dan dataran rendah adalah tanaman kubis, tomat, kentang, bawang
putih, petsai, dan lain-lain. Sebaliknya, tanaman sayuran dataran rendah
yang dapat dikembangkan didataran tinggi dan medium antara lain bawang
merah, cabai, terung, dan mentimun. Dengan demikian, dilihat dari segi
produktifitas dan kwalitasnya, tanaman sayuran dataran tinggi lebih baik
dibandingkan dengan tanaman sayuran dataran rendah (H.Rahmat Rukmana,
2005).
Hal terpenting yang harus diperhatikan
dalam pengembagan tanaman sayuran dilahan pekarangan adalah pemilihan
varietas tanaman sayuran yang sesuai dengan kondisi agroekologi yang
dimiliki. Selain faktor iklim, keadaan tanah juga sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman sayuran. Tanah yang ideal adalah tanah
yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organic, memiliki aerasi dan
drainase yang baik, bukan merupakan habitat hama dan penyakit, serta
memiliki kisaran pH antara 5,0 – 6,5.
C. Intensifikasi Pekarangan sebagai Warung Hidup
Salah satu usaha untuk mengatasi
berbagai masalah kekurangan gizi adalah dengan mengoptimalkan
pemanfaatan pekarangan. Pekarangan sangat potensial untuk dijadikan
lahan usaha tani sayuran sebagai “warung hidup”. Disebut warung hidup
karena hasil sayuran dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sayuran
sehari-hari tanpa harus membeli dipasar. Warung hidup dipekarangan
memiliki berbagai fungsi antara lain sebagai berikut.
a. Sumber vitamin
Vitamin adalah zat makanan yang
diperlukan untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Walaupun tidak terlau
besar, kebutuhan vitamin sangat penting artinya bagi tubuh manusia
antara lain sebagai :
- Vitamin A berperan dalam pertumbuhan fisik dan penglihatan
- Vitamin B berperan dalam pertumbuhan
fisik, menambah nafsu makan, penyempurnaan pencernaan, memelihara
kesehatan jaringan tubuh dan membantu proses pembentukan sel-sel darah
merah.
- Vitamin C berperan untuk meningkatkan daya tahan tubuh serta berperan dalam pembentukan sel-sel darah dan jaringan tubuh.
- Vitamin D berperan dalam pembentukan tulang dan gigi.
- Vitamin E berperan dalam hal kesanggupan untuk menghasilkan keturunan.
- Vitamin K berperan dalam proses pembekuan darah.
Kekurangan vitamin dapat menyebabkan
rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Sering terjadi didalam
masyarakat kita adalah kekurangan vitamin A dan C. Kekurangan vitamin A
dapat menyebabkan buta senja dan xerophtholmia. Akibat yang sangat
serius adalah kebutaan dan tidak dapat disembuhkan lagi. Kekurangan
vitamin C dapat menyebabkan gusi berdarah. Jika kekurangan vitamin C
pada masa kanak-kanak, pertumbuhan gigi geligi akan terganggu. Pada
tingkat yang ringan memberikan gejala pada jaringan gusi, bisa dijumpai
pada anak-anak pra sekolah.
Kebutuhan akan vitamin A dan C dapat
dipenuhi dari sayur-sayuran. Beberapa jenis sayaur-sayuran yang kaya
akan vitamin A ( 5.000 – 18.000 SI) adalah bayam, sawi, kankung, kacang
panjang, kecipir, katuk, dan kemangi. Sementara beberapa jenis sayuran
yang banyak mengandung vitamin C (50 – 275 mg) adalah katuk, lobak,
bayam, petsai, oyong, dan cabai hijau besar
b. Sumber Mineral
Mineral menempati sekitar 4 % dari total
berat tubuh manusia. Berdasarkan macamnya, unsur mineral yang
dibutuhkan oleh manusia adalah unsur K, Na, Ca, Mg, P, S dan Cl sbagai
mineral makro, serta unsure Fe, Cu, Co, Se, Zn, Cr dan Mo sebagai
mineral mikro.
Mineral yang berkaitan erat dengan
sayuran serta apabila tidak terpenuhi akan menimbulkan masalah kesehatan
adalah zat besi (Fe). Kekurangan Fe menimbulkan animea gizi yang dapat
mengakibatkan produktifitas dan daya konsentrasi berkurang. Sayuran yang
mengandung vitamin C berperan meningkatkan absorpsi Fe dalam usus.
Jenis sayuran yang banyak mengandung zat besi antara lain bayam, kacang
panjang, kecipir, lobak, kangkung, katuk, kemangi, petsai, sawi, cabai,
dan wortel.
c. Sumber Penganekaragaman (Diversivikasi) Makanan
Teori Blum mengatakan bahwa faktor
perilaku sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan derajat
kesehatan. Salah satu unsur yang penting dalam 4 sehat 5 sempurna adalah
sayuran. Penganekaragaman (diversifikasi) makanan pada dasarnya
menekankan pada konsumsi makanan yang bervariasi. Membiasakan berfikir
dan bertindak dalam memilih bahan makanan atas dasar pedoman 4 sehat 5
sempurna, termasuk didalamnya sayuran penting dilakukan. Oleh karena itu
penanaman pekarangan dengan aneka jenis sayuran akan merupakan sumber
penganekaragaman makanan.
d. Sarana Kesehatan
Produk sayuran kaya akan zat gizi yang
dibutuhkan untuk perbaikan gizi keluarga dan sarana kesehatan
masyarakat. Kampanye dengan moto “kembali ke alam” mengisyaratkan
pentingnya menggunakan makanan alami, termasuk sayuran.
Usaha intensifikasi pekarangan secara
kontinu dengan budidaya sayuran merupakan penunjang utama tingkat
konsumsi sayuran, perbaikan kualtas hidup, dan peningkatan pendapatan.
D. Penggunaan dan Desain Pekarangan
a. Penggunaan Pekarangan
Tempat tinggal dan lingkungan alam yang
sehat, aman dan nyaman merupakan faktor penting yang mempengaruhi mutu
kehidupan manusia, sama dengan halnya pangan.. Dari segi psikologis,
perasaan nyaman, tentram,dan relaks sebagian besar diperoleh dari alam,
misalnya melalui tanaman baik yang ditanam dikebun maupun didalam pot.
Warna hijau dan, warna bunga serta aromanya akan memberikan suasana
tenang dan nyaman, menimbulkan keceriaan dan mempengaruhi kerja otak dan
pikiran. Dari segi kesehatan fisik, tanaman dapat dijadikan obat-obatan
bila tubuh mengalami gangguan kesehatan, menjadi penangkal debu maupun
pelindung dari sinar matahari secara langsung.
Selain sumber ketenangan, tanaman
terutama yang ditanam diluar rumah, dapat digunakan sebagai sumber
pangan, baik sayur-sayuran, buah-buahan, umbi, maupun bumbu,
rempah-rempah atau tanaman obat. Cara pemeliharaan sebaiknya menggunakan
cara-cara organic dan alami, seperti kompos, serta penggunaan
perlindungan hama yang alami. Dengan demikian, hasil panen akan
betul-betul sehat dan layak untuk dimakan, beraroma, dan seringkali
lebih murah dari pada membeli diwarung atau pasar. Keunggulan lain dari
hasil panen organic selain sehat adalah rasa, tekstur, dan awet.
Kelemahan utama dari bahan pangan
organic adalah penampilanya yang kadang-kadang kurang menarik. Misalnya
diatas daun dan buah sering terlihat bekas lubang dan gigitan serangga,
siput dan binatang lain. Sayuran oganik pada umumnya terlihat tidak
mulus, berlubang-lubang, dan warna hijau kurang cerah. Hal ini terjadi
karena pemberantasan hama dilakukan secara manual atau dengan memakai
pestisida alami sehingga hasilnya tidak optimal.
b. Membuat dan Mendesain Pekarangan
Letak dan isi pekarangan sebaiknya
direncanakan sebelum dibuat. Pemilihan tempat berkaitan terutama dengan
tinggi rendahnya intensitas cahaya matahari dan dengan bayangan yang
diterima tanaman nantinya. Tanaman sayur daun seperti bayam, caisim,
kangkung, dan seledri memerlukan cahaya matahari dengan intensitas
sedang. Faktor lain adalah curah hujan, kontur tanah, dan sifat tanah
apakah termasuk tanah liat, gembur atau berpasir. Tanah dikatakan subur
bila memiliki kandungan humus yang tinggi, misalnya dengan menvampurkan
tanah dengan campuran kompos. Tanah yang cocok untuk berkebun adalah
yang berstruktur remah, yakni yang gumpalan kecil dan memiliki por-pori
hingga mampu membentuk sirkulasi udara dan resapan air dengan baik.
Dalam tata ruang dikenal adanya
factor-faktor keseimbangan(balance), keselarasan (harmoni),
kesinambungan (continuitas) dan Kesatuan (unity). Mendesain pekarangan
untuk menanam sayuran perlu memperhatikan kaidah-kaidah pertamanan.
Misalnya pembuatan bedengan-bedengan yang biasanya berbentuk lurus dan
memberi kesan kaku, diubah menjadi berbelok-belok sehingga memberi kesan
luwes. Selain itu jenis tanaman sayuran yang berbeda-beda ditata dengan
memperhatikan tinggi rendahnya tanaman, kasar dan halusnya tekstur
daun, serta komposisi warna daun, buah, maupun bunganya.
Penataan tanaman dipekarangan dapat pula
berupa tanaman sayuran dalam pot atau wadah lain yang mudah
dipindah-pindahkan, sesuai dengan keinginan dan keserasian lingkungan.
Diperkotaan dapat diterapkan teknik budidaya tanaman sayuran secara
verikultur, baik pot sayuran yang ditata diatas rak-rak maupun digantung
pada bangunan.
Budidaya tanaman sayuran dipekarangan
harus dipadukan dengan ekositim pekarangan itu sendiiri. Sebagai contoh,
desain pekarangan yang ditunjukkan dalam gambar 10 dan 11.
Masing-masing adalah contoh desain pekarangan didataran redah yang
beriklim basah.
E. Penutup
a. Kesimpulan
Lahan pekarangan dapat dimanfaatkan
untuk berbagai tujuan seperti warung hidup dan apotik hidup, menambah
pendapatan keluarga, menyediakan bahan-bahan bangunan dan memberikan
keindahan dilingkugan tempat tinggal. Penataan bentuk dan pola
pekarangan tergantung bannyak factor seperti luas tanah, ketinggian
tempat dari permukaan laut, keadaan iklim, jenis tanaman, dan jauh
dekatnya dari kota.
Lahan pekarangan dapat juga dijadikan
asset berharga bagi pengembangan usaha tani skala rumah tangga. Oleh
karena itu dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan pekarangan dapat
dijadikan basis usaha pertanian tanaman sayuran dalam rangka
memberdayakan sumberdaya keluarga serta meningkatkan ketahanan pangan
dan kecukupan gizi.
b. Tindak Lanjut
Setelah mengikuti materi ini diharapkan
peserta diwilayahnya masing-masing dapat melakukan sosialisasi dan
pembinaan kepada petani dan masyarakat dalam rangka mengoptimalkan
pemanfaatan lahan pekarangan mereka menjadi lebih berguna.
(Ditulis Oleh : Ir. Ernofia, Penyuluh
Pertanian Madya pada Bakorluh Provinsi Jambi / Disampaikan pada “Test
Uji Kompetensi Sertifikasi Penyuluh Pertanian “/diupload oleh
admin_jambi)
DAFTAR PUSTAKA
Rahmad Rukmana. H. 2005. Bertanam Sayuran di Pekarangan. Kanisius. Yogyakarta.
Rahmad Sutarya dan Gerard Grubben. 1995. Pedoman bertanam sayuran Dataran Rendah. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Petra Widmer. 2006. Pangan Papan dan
Kebun Berguna. Petunjuk untuk hidup sehat dan meningkatkan mutu
kehidupan dan lingkungan hidup. Kanisius. Yogyakarta.
Eti Purwati dan Khairunisa. 2008. Budidaya Tomat Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta.
No comments:
Post a Comment