A. PENDAHULUAN
Pisang ( Musa paradisica ) adalah buah-buahan yang digemari di Indonesia
jarena rasanya enak,kandungan gizi tinggi,mudah didapat,harga relatif
murah.konsumsi pisang per kapita meningkat sejalan dengan peningkatan
pendapatan.
Peluang pisang besar untuk pasar domestik ataupun ekspor.potensi pasar domestik
berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk.kaernya peluang pisang
semakin besar di masa mendatang
Indonesia merupakan salah
satu negara pengekspor buah pisang,walaupun volumenya relatif kecil.negara
tujuan ekspor adalah Amerika,Asia,dan Timur
Tengah.
B. PROSPEK PASAR PISANG
Produksi Pisang Indonesia
cenderung meningkat,sedangkan konsumsi meningkat.laju pertumbuhan konsumsi yang
sedikit lebih rendah ini diduga akibat makin banyaknya pisang ekspor dan makin
beragamnya jenis buah lain baik lokal mapun impor.
Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita yang cukup tinggi
akan mendorong permintaan pisang.hal ini menunjukan bahwa pasar dalam negeri
memiliki prospek cerah dalam pengembangan pisang.
Harga pisang ditingkat produsen terus meningkat,sementara harga ekspor
cenderung fluktuatif mengikuti situasi perdagangan dunia.
Perkembangan produksi dan ekspor pisang dunia ternyata sedikit lebih rendah
jika di bandingkan impor dan konsumsinya.
Negara produsen utama pisang di dunia adalah Ekuador,Kosta
Rika,Panama,Filipina
dan Indonesia.
Negara Importir pisang terbesar di dunia adalah Amerika,Jepang,dan Uni Eropa.
Dibandingkan dengan tahu-tahun sebelumnya pangsa impor negara-negara importir
terus meningkat,Hal ini merupakan peluang pasar bagi Indonesia.
C. POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS PISANG
Produksi pisang di Indonesia
sebagian besar masih ada di pulau Jawa,diluar itu ada Sulawesi Selatan dan
Lampung.
Indonesia
mempunyai potensi sumber daya lahan yang sangat besar untu pengembangan
agribisnis Pisang yaitu 2,8 juta ha yang tergolong mempunyai potensi cukup
tinggi dan 0.8 juta ha tergolong sedang.
Dengan demikian Indonesia
mempunyai potensi lahan yang sesuai dengan pengembangan pisang seluas 3,6 juta
ha.lahan-lahan tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Salah satu penghasil Piasang terbesar adalah Jawa Tengah,namun belum tergarap
secara optimal,serah dengan kebijakan pembangunan pertanian dengan pendekatan
sistem agribisnis maka pengembangan Pisang dilakukan dengan pendekatan
spesifikasi lokasi.
D. ANALISIS KELAYAKAN KOMODITAS PISANG
Perhitungan analisis agribisnis Pisang dilakukan pada skala 1 ha
dilakukan.untuk menanam Pisang dibutuhkan biaya Rp.8.260.000 selama 4 tahun.
terdiri dari biaya tetap/biaya investasi Rp.1.120..000 yang meliputi biaya sewa
lahan dan pembelian alat pertanian kecil dan biaya tdk tetap/biaya operasional
Rp.7.140.000. meliputi pembelian benih,pupuk,pestisida serta biaya tenaga kerja
untuk pengelolaan lahan,pemeliharaan dan panen.
Tanaman Pisang mulai berproduksi pada umur 12 bulan sebanyak 750 tandan per ha
dengan berat rata-rata 30 kg.Panen kedua,ketiga, da keempat masing-masing 1500
tandan/ha dengan selang waktu panen 8 bulan.
Setelah panen keempat tanaman pisang dibongkar.dengan asumsi produk layak jual
hanya 25 % dari total produksi dan harga jual sebesar Rp.4000/tandan,maka
penerimaan petani pisang ( selama 4 tahun ) Rp.13.500.000.dengan total biaya
Rp.8.260.000.maka pendapatan petani pisang selama 4 tahun Rp.4.021.125
(pendapatan setelah pajak PPN 10%) atau pendapatan rata-rata per tahun
Rp.1.340.37.
Sumber: http://portalagribisnis.deptan.go.id
Budidaya Pertanian
1.
|
SEJARAH SINGKAT
|
|
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal
dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini
kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di
Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur
dinamakan gedang.
|
2.
|
JENIS TANAMAN
|
|
Klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai
berikut:
Divisi
|
: Spermatophyta
|
Sub Divisi
|
: Angiospermae
|
Kelas
|
: Monocotyledonae
|
Keluarga
|
: Musaceae
|
Genus
|
: Musa
|
Species
|
: Musa spp.
|
Jenis pisang dibagi menjadi:
1)
|
Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M.
paradisiaca var Sapientum, M. nana atau disebut juga M.
cavendishii, M. sinensis.
Misalnya pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas.
|
2)
|
Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M.
paradisiaca forma typicaatau disebut juga M. paradisiaca
normalis.
Misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok.
|
3)
|
Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia
dimanfaatkan daunnya.
Misalnya pisang batu dan klutuk.
|
4)
|
Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila
(abaca).
|
|
3.
|
MANFAAT TANAMAN
|
|
Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan
sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja,
sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan
untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun
pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam makanan trandisional Indonesia.
Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb.
Batang pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan
makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana
rumput tidak/kurang tersedia.
Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai
obat disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang
digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun. |
4.
|
SENTRA PENANAMAN
|
|
Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan
tanaman pisang. Pusat produksi pisang di Jawa Barat adalah Cianjur,
Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon.
Tidak diketahui dengan pasti berapa luas perkebunan pisang di Indonesia.
Walaupun demikian Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok
pisang segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia,
Negeri Belanda, Amerika Serikat dan Perancis. Nilai ekspor tertinggi pada
tahun 1997 adalah ke Cina.
|
5.
|
SYARAT TUMBUH
|
|
5.1.
|
Iklim
1.
|
Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung
pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah
subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air
disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat
diharapkan.
|
2.
|
Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang
dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
|
3.
|
Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun
dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan
ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang.
|
|
5.2.
|
Media Tanam
1.
|
Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus,
mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga
sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan.
|
2.
|
Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh
menggenang karena pertanaman pisang harus diari dengan intensif.
Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50 – 200 cm, di daerah
setengah basah 100 – 200 cm dan di daerah kering 50 – 150 cm. Tanah
yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang
baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah
yang mengandung garam 0,07%.
|
|
5.3.
|
Ketinggian Tempat
Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya
dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl.
Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl
|
|
6.
|
PEDOMAN BUDIDAYA
|
|
6.1.
|
Pembibitan
Pisang diperbanyak dengan cara vegetatif berupa tunas-tunas (anakan).
- Persyaratan
Bibit
Tinggi anakan yang dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar
potongan umbi 15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yang berbuah
baik dan sehat. Tinggi bibit akan berpengaruh terhadap produksi
pisang (jumlah sisir dalam tiap tandan). Bibit anakan ada dua
jenis: anakan muda dan dewasa. Anakan dewasa lebih baik digunakan
karena sudah mempunyai bakal bunga dan persediaan makanan di dalam
bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yang berbentuk tombak (daun
masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih
diutamakan daripada bibit dengan daun yang lebar.
- Penyiapan
Benih
Bibit dapat dibeli dari daerah/tempat lain atau disediakan di
kebun sendiri. Tanaman untuk bibit ditanam dengan jarak tanam agak
rapat sekitar 2 x 2 m. Satu pohon induk dibiarkan memiliki tunas
antara 7-9. Untuk menghindari terlalu banyaknya jumlah tunas
anakan, dilakukan pemotongan/penjarangan tunas.
- Sanitasi
Bibit Sebelum Ditanam
Untuk menghindari penyebaran hama/penyakit, sebelum ditanam
bibit diberi
perlakuan sebagai berikut:
a)
|
Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di
akar.
|
b)
|
Simpan bibit di tempat teduh 1-2 hari sebelum
tanam agar luka pada umbi mengering. Buang daun-daun yang lebar.
|
c)
|
Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam
insektisida 0,5–1% selama 10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.
|
d)
|
Jika tidak ada insektisida, rendam umbi bibit di
air mengalir selama 48 jam.
|
e)
|
Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di
dalam air panas beberapa menit.
|
|
|
6.2.
|
Pengolahan Media Tanam
- Pembukaan
Lahan
Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana
ekonomi dan letak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus
diperhatikan segi keamanan sosial.
Untuk membuka lahan perkebunan pisang, dilakukan pembasmian gulma,
rumput atau semak-semak, penggemburan tanah yang masih padat;
pembuatan sengkedan dan pembuatan saluran pengeluaran air.
- Pembentukan
Sengkedan
Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar
sengkedan tergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung
sengkedan ditahan dengan rerumputan atau batu-batuan jika
tersedia. Dianjurkan untuk menanam tanaman legum seperti lamtoro
di batas sengkedan yang berfungsi sebagai penahan erosi, pemasuk
unsur hara N dan juga penahan angin.
- Pembuatan
Saluran Pembuangan Air
Saluran ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan
tanah-tanah datar. Di atas landasan dan sisi saluran ditanam
rumput untuk menghindari erosi dari landasan saluran itu sendiri.
|
|
6.3.
|
Teknik Penanaman
- Penentuan
Pola Tanaman
Jarak tanam tanaman pisang cukup lebar sehingga pada
tiga bulan pertama memungkinkan dipakai pola tanam tumpang
sari/tanaman lorong di antara tanaman pisang. Tanaman tumpang
sari/lorong dapat berupa sayur-sayuran atau tanaman pangan
semusim.
Di kebanyakan perkebunan pisang di wilayah Asia yang curah hujannya tinggi, pisang
ditanam bersama-sama dengan tanaman perkebunan kopi, kakao, kelapa
dan arecanuts. Di India Barat, pisang untuk ekspor ditanam secara
permanen dengan kelapa.
- Pembuatan
Lubang Tanam
Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30
x 30 cm atau 40 x40 x 40 cm untuk tanah-tanah gembur. Jarak tanam
3 x 3 m untuk tanah sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.
- Cara
Penanaman
Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September-Oktober).
Sebelum tanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk
kandang/kompos sebanyak 15– 20 kg. Pemupukan organik sangat
berpengaruh terhadap kualitas rasa buah.
|
|
6.4.
|
Pemeliharaan Tanaman
- Penjarangan
Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas
3-4 batang. Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga
dalam satu rumpun terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur
(fase pertumbuhan). Setelah 5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti
dengan tanaman yang baru.
- Penyiangan
Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar
pertumbuhan anak dan juga induk baik. Penyiangan dilakukan
bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dapuran oleh tanah
agar perakaran dan tunas bertambah banyak. Perlu diperhatikan
bahwa perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah permukaan
tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam.
- Perempalan
Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman
dan sanitasi lingkungan terjaga. Pembuangan daun-daun ini
dilakukan setiap waktu.
- Pemupukan
Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu
hektar, pisang memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg
KCl dan 200 kg batu kapur sebagai sumber kalsium.
Pupuk N diberikan dua kali dalam satu
tahun yang diletakkan di dalam larikan yang mengitari rumpun tanaman.
Setelah itu larikan ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan fosfat dan
kalium dilaksanakan 6 bulan setelah tanam (dua kali dalam setahun).
- Pengairan
dan Penyiraman
Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama
pengairannya terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau
mengisi parit-parit/saluran air yang berada di antara barisan
tanaman pisang.
- Pemberian
Mulsa
Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering
ataupun basah. Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah
dan menekan gulma, tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan
perakaran menjadi dangkal sehingga pada waktu kemarau tanaman
merana. Karena itu mulsa tidak boleh dipasang terus menerus.
- Pemeliharaan
Buah
Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir
harus dipotong agar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah
sisir pisang mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus dengan
kantung plastik bening. Kantung plastik polietilen dengan
ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25 cm. Jarak tiap
lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah sedemikian rupa sehingga
menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah
ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tanaman tidak
rebah akibat beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu
yang dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah.
|
|
|
7.
|
HAMA
DAN PENYAKIT
|
|
7.1.
|
Hama
1.
|
Ulat daun (Erienota thrax.)
Bagian yang diserang adalah daun.
Gejala: daun
menggulung seperti selubung dan sobek hingga tulang daun.
Pengendalian: dengan
menggunakan insektisida yang cocok belum ada, dapat dicoba dengan
insektisida Malathion.
|
2.
|
Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)
Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang.
Gejala:
lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh
lorong.
Pengendalian: sanitasi
rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit
yang telah disucihamakan.
|
3.
|
Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus
similis).
Bagian yang diserang adalah akar.
Gejala: tanaman
kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar,
akar bengkak.
Pengendalian: gunakan bibit
yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan
dengan kadar lempung kecil.
|
4.
|
Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)
Bagian yang diserang adalah bunga dan buah.
Gejala:
pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya
70 ekor di tandan pisang.
Pengendalian: dengan
menggunakan insektisida.
|
|
7.2.
|
Penyakit
1.
|
Penyakit darah
Penyebab:
Xanthomonas celebensis (bakteri). Bagian yang diserang adalah jaringan
tanaman bagian dalam.
Gejala: jaringan
menjadi kemerah-merahan seperti berdarah.
Pengendalian:
dengan membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
|
2.
|
Panama
Penyebab: jamur
Fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun.
Gejala: daun layu
dan putus, mula-mula daun luar lalu daun di bagian dalam, pelepah daun
membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam.
Pengendalian:
membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
|
3.
|
Bintik daun
Penyebab: jamur
Cercospora musae. Bagian yang diserang adalah daun dengan gejala bintik
sawo matang yang makin meluas.
Pengendalian:
dengan menggunakan fungisida yang mengandung Copper oksida atau Bubur
Bordeaux
(BB).
|
4.
|
Layu
Penyebab: bakteri Bacillus . Bagian yang diserang adalah akar.
Gejala: tanaman
layu dan mati.
Pengendalian:
membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
|
5.
|
Daun pucuk
Penyebab: virus
dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Bagian yang
diserang adalah daun pucuk.
Gejala: daun pucuk
tumbuh tegak lurus secara berkelompok.
Pengendalian: cara
membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
|
|
7.3.
|
Gulma
Tidak lama setelah tanam dan setelah kanopi dewasa terbentuk, gulma akan
menjadi persoalan yang harus segera diatasi. Penanggulangan dilakukan
dengan:
1.
|
Penggunaan herbisida seperti Paraquat, Gesapax 80
Wp, Roundup dan dalapon.
|
2.
|
Menanam tanaman penutup tanah yang dapat menahan
erosi, tahan naungan, tidak mudah diserang hama-penyakit, tidak
memanjat batang pisang. Misalnya Geophila repens.
|
3.
|
Menutup tanah dengan plastik polietilen.
|
|
|
8.
|
P A N E N
|
|
8.1.
|
Ciri dan Umur Panen
Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan
oleh umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun
bendera. Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan
siku-siku buah yang masih jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur panen
harus didasarkan pada jumlah waktu yang diperlukan untuk pengangkutan
buah ke daerah penjualan sehingga buah tidak terlalu matang saat sampai
di tangan konsumen. Sedikitnya buah pisang masih tahan disimpan 10 hari
setelah diterima konsumen.
|
8.2.
|
Cara Panen
Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang
diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang
tajam dan bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam
posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa
mengotori buah.
Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat diakibatkan
oleh pergesekan buah dengan tanah.
Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan
sama sekali. Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong
sampai setinggi 1 m dari permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan
untuk memacu pertumbuhan tunas. |
8.3.
|
Periode Panen
Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari
sekali tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.
|
8.4.
|
Perkiraan Produksi
Belum ada standard produksi pisang di Indonesia, di sentra pisang dunia
produksi 28 ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah
tangga. Untuk perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (> 30
ha), produksi yang ekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.
|
|
9.
|
PASCA PANEN
|
|
Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun
pisang kering untuk mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran
dengan menggunakan kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar
negeri, sisir pisang dilepaskan dari tandannya kemudian dipilah-pilah
berdasarkan ukurannya. Pengepakan dilakukan dengan menggunakan wadah
karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke dos dengan posisi terbalik dalam
beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan di ujung sisir buah pisang
disucihamakan untuk menghindari pembusukan.
|
10.
|
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
|
|
10.1.
|
Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya pisang dengan luasan 1 ha di daerah Jawa
Barat
1) Biaya produksi 1 ha pisang dari tahun ke-1 sampai ke-4
adalah:
a)
|
Tahun ke-1
|
Rp. 5.338.000,-
|
b)
|
Tahun ke-2
|
Rp. 4.235.000,-
|
c)
|
Tahun ke-3
|
Rp. 4.518.000,-
|
d)
|
Tahun ke-4
|
Rp. 4.545.300,-
|
2) Penerimaan tahun ke I sampai IV *)
a)
|
Tahun ke-1: 0,8 x 1.000 tandan
|
Rp. 6.000.000,-
|
b)
|
Tahun ke-2: 0,8 x 2.000 tandan
|
Rp. 12.000.000,-
|
c)
|
Tahun ke-3: 0,8 x 2.000 tandan
|
Rp. 12.000.000,-
|
d)
|
Tahun ke-4: 0,8 x 2.000 tandan
|
Rp. 12.000.000,-
|
3) Keuntungan
a)
|
Keuntungan selama 4 tahun penanaman
|
Rp. 23.363.700,-
|
b)
|
Keuntungan/tahun
|
Rp. 5.840.925,-
|
4) Parameter Kelayakan Usaha
a)
|
Output/Input rasio
|
= 2,150
|
Keterangan : *) perkiraan harga 1 tandan Rp. 7.500,-
|
10.2.
|
Gambaran Peluang Agribisnis
Perkebunan pisang yang permanen (diusahakan terus menerus) dengan mudah
dapat ditemukan di Meksiko, Jamaika, Amerika Tengah, Panama,
Kolombia, Ekuador dan Filipina. Di negara tersebut, budidaya pisang sudah
merupakan suatu industri yang didukung oleh kultur teknis yang prima dan
stasiun pengepakan yang modern dan pengepakan yang memenuhi standard
internasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa pisang memang komoditas
perdagangan yang sangat tidak mungkin diabaikan. Permintaan pisang dunia
memang sangat besar terutama jenis pisang Cavendish yang meliputi 80%
dari permintaan total dunia.
Selain berpeluang dalam ekspor pisang utuh, saat ini ekspor pure
pisang juga memberikan peluang yang baik. Pure pisang biasanya dibuat
dari pisang cavendish dengan kadar gula 21-26 % atau dari pisang lainnya
dengan kadar gula < 21%.
Di Indonesia pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga atau kebun
yang sangat kecil. Standard internasional perkebunan pisang kecil adalah
10-30 ha. Angka ini belum dicapai di Indonesia. Tanah dan iklim
kita sangat mendukung penanaman pisang, karena itu secara teknis
pendirian perkebunan pisang mungkin dilakukan. |
|
11.
|
STANDAR PRODUKSI
|
|
11.1.
|
Ruang Lingkup
Standar ini meliputi: klasifikasi dan, syarat mutu, cara pengambilan
contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan.
|
11.2.
|
Diskripsi
Standar buah pisang ini mengacu kepada SNI 01-4229-1996.
|
11.3.
|
Klasifikasi dan Standar Mutu
a)
|
Tingkat Ketuaan Buah (%): Mutu I=70-80; Mutu II
<70 & >80
|
b)
|
Keseragaman Kultivar: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
|
c)
|
Keseragaman Ukuran: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
|
d)
|
Kadar kotoran (% dalam bobot kotoran/bobot): Mutu
I=0; Mutu II= 0
|
e)
|
Tingkat kerusakan fisik/mekanis (% Bobot/bobot):
Mutu I=0; Mutu II=0
|
f)
|
Kemulusan Kulit (Maksimum): Mutu I=Mulus; Mutu
II=Mulus
|
g)
|
Serangga: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
|
h)
|
Penyakit: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
|
Adapun persyaratan berdasarkan klasifikasi pisang adalah sebagai berikut:
a)
|
Panjang Jari (cm): Kelas A 18,1-20,0; Kelas B
16,1-18,0; Kelas C 14,1-16,0
|
b)
|
Berat Isi (kg): Kelas A > 3,0; Kelas B 2,5-3,0;
Kelas C < 2,5
|
c)
|
Dimeter Pisang (cm): Kelas A 2,5; Kelas B > 2,5;
Kelas C < 2,5
|
Untuk mencapai dan mengetahui syarat mutu harus dilakukan pengujian yang
meliputi :
a)
|
Penentuan Keseragaman Kultivar.
Cara kerja dari pengujian adalah ; Hitung jumlah dari seluruh contoh
buah pisang segar, amati satu persatu secara visual dan pisahkan buah
yang tidak sesuai dengan untuk kultivar ang besangkutan. Hitung jumlah
jari buah pisang yang tidak sesuai dengan kultivar tersebut. Hitung
persentase jumlah jari buah pisang yang dinilai mempunyai bentuk dan
warna yang tidak khas untuk kultivar yang bersangkutan terhadap jumlah
jari keseluruhannya.
|
b)
|
Penentuan Keseragaman Ukuran Buah.
Ukur panjang dari setiap buah contoh dan dihitung mulai dari ujung buah
sampai pangkal tangkai dari seluruh contoh uji dengan menggunakan alat
pengukur yang sesuai. Ukur pula garis tengah buah dengan menggunakan
mistar geser. Pisahkan sesuai dengan penggolongan yang dinyatakan pada
label di kemasan.
|
c)
|
Penentuan Tingkat Ketuaan.
Perhatikan sudut-sudut pada kulit buah pisang segar. Buah yang tidsak
bersudut lagi (hampir bulat) berati sudah tua 100%, sedangkan yang
masih sangat nyata sudutnya berarti tingkat ketuaan masih 70% atau
kurang.
|
d)
|
Penentuan Tingkat Kerusakan Fisik/Mekanis
Hitung jumlah jari dari seluruh contoh buah pisang. Amati satu persatu
jari buah secara visual dan pisahkan buah yang dinilai mengalami
kerusakan mekanis/fisik berupa luka atau memar. Hitung jumlah yang
rusak lalu bagi dengan jumlah keseluruhannya dan dikalikan dengan 100%.
|
e)
|
Penentuan Kadar Kotoran
Timbang seluruh contoh buah yang diuji, amati secara visual kotorang
yang ada, pisahkan kotoran yang ada pada buah dan kemasannya seperti
tanah, getah, batang, potongan daun atau benda lain yang termasuk dalam
istilah kotoran yang menempel pada buah dan kemasan, lalu timbang
seluruh kotorannya. Berat kotoran per berat seluruh contoh buah yang
diuji kali dengan 100%.
|
|
11.4.
|
Pengambilan Contoh
Satu partai/lot buah pisang segar terdiri dari maksimum 1000 kemasan.
Contoh diambil secara acak sebanyak jumlah kemasan.
a)
|
Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100,
contoh yang diambil 5.
|
b)
|
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan
300, contoh yang diambil 7.
|
c)
|
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh
yang diambil 9.
|
d)
|
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh
yang diambil 10.
|
|
11.5
|
Pengemasan
Untuk pisang tropis, kardus karton yang digunakan berukuran 18 kg atau 12
kg. Kardus dapat dibagi menjadi dua ruang atau dibiarkan tanpa pembagian
ruang. Sebelum pisang dimasukkan, alasi/lapisi bagian bawah dan sisi
dalam kardus dengan lembaran plastik/kantung plastik. Setelah pisang
disusun tutup pisang
dengan plastik tersebut. Dapat saja kelompok (cluster) pisang dibungkus
dengan plastik lembaran/kantung plastik sebelum dimasukkan ke dalam
kardus karton.
Pada bagian luar dari kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain:
a)
|
Produksi Indonesia
|
b)
|
Nama kultivar pisang
|
c)
|
Nama perusahaan/ekspotir
|
d)
|
Berat bersih
|
e)
|
Berat kotor
|
f)
|
Identitas pembeli
|
g)
|
Tanggal panen
|
h)
|
Saran suhu penyimpanan/pengangkutan
|
|
|
12.
|
DAFTAR PUSTAKA
|
|
1.
|
Rismunandar. 1990. Bertanam Pisang. C.V. Sinar Baru. Bandung
|
2.
|
Rismunandar. 1990. Membudidayakan Tanaman Buah-buahan.
C.V. Sinar Baru. Bandung.
|
3.
|
Stover, R.H & N.W. Simmonads. 1993. Banana.
Tropical Agriculture Series. Longman Scientific ang Technical. New York.
|
4.
|
Hendro Soenarjono. 1998. Teknik Memanen Buah Pisang
agar Berkualitas Baik. Trubus no. 341.
|
|
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di
Perdesaan, BAPPENAS |
Pisang
adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara
termasuk Indonesia
kemudian menyebar ke Madagaskar Afrika, Amerika Selatan dan Tengah
Jenis
pisang dibagi menjadi tiga:
- Pisang yang dimakan
buahnya tanpa dimasak misalnya pisang ambon, susu, raja, cavendish,
barangan dan mas.
- Pisang yang dimakan
setelah buahnya dimasak misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok.
- Pisang berbiji
misalnya pisang batu dan klutuk.
- Pisang yang diambil
seratnya misalnya pisang manila (abaca).
MANFAAT TANAMAN PISANG
Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin,
mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure
pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka
melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi
pembungkus berbagai macam makanan trandisional Indonesia.
Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang
pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak
ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput tidak/kurang
tersedia.
Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat
disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan
sebagai obat sakit kencing dan penawar racun.
SENTRA PENANAMAN PISANG
Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusat
produksi pisang di Jawa Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon. Tidak diketahui
dengan pasti berapa luas perkebunan pisang di Indonesia. Indonesia
termasuk salah satu negara tropis pengekspor pisang.
SYARAT TUMBUH
- Iklim tropis basah,
lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun
demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa
air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair
tetapi produksinya tidak dapat diharapkan.
- Angin dengan kecepatan
tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
- Curah hujan optimal adalah
1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi
curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak
tergenang.
Media Tanam
- Pisang dapat tumbuh di
tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini
rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan
pemupukan.
- Air harus selalu tersedia
tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diari dengan
intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50 – 200 cm, di
daerah setengah basah 100 – 200 cm dan di daerah kering 50 – 150 cm. Tanah
yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik.
Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang
mengandung garam 0,07%.
Ketinggian Tempat
Pada umumnya pisang dapat
tumbuh di dataran rendah
sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl.
Pisang ambon,nangka dan tanduk
tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl
PEDOMAN BUDIDAYA PISANG
Pembibitan
Pisang diperbanyak dengan cara vegetatif berupa tunas-tunas (anakan)
Tinggi anakan yang dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar potongan umbi
15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat. Tinggi bibit
akan berpengaruh terhadap produksi pisang (jumlah sisir dalam tiap tandan).
Bibit anakan ada dua jenis: anakan muda dan dewasa. Anakan dewasa lebih baik
digunakan karena sudah mempunyai bakal bunga dan persediaan makanan di dalam
bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yang berbentuk tombak (daun masih
berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih diutamakan daripada
bibit dengan daun yang lebar.
Bibit dapat dibeli dari daerah/tempat lain atau disediakan di kebun
sendiri.Tanaman untuk bibit ditanam dengan jarak tanam agak rapat sekitar 2 x 2
m.Satu pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7-9. Untuk menghindari
terlalu banyaknya jumlah tunas anakan, dilakukan pemotongan / penjarangan
tunas.
- Sanitasi Bibit
Sebelum Ditanam
Untuk menghindari penyebaran hama/penyakit, sebelum ditanam bibit diberi
perlakuan sebagai berikut:
- Setelah dipotong,
bersihkan tanah yang menempel di akar.
- Simpan bibit di tempat
teduh 1-2 hari sebelum tanam agar luka pada umbi mengering. Buang
daun-daun yang lebar.
- Rendam umbi bibit sebatas
leher batang di dalam insektisida 0,5–1% selama 10 menit. Lalu bibit
dikeringanginkan.
- Jika tidak ada
insektisida, rendam umbi bibit di air mengalir selama 48 jam.
- Jika di areal tanam sudah
ada hama
nematoda, rendam umbi bibit di dalam air panas beberapa menit.
Pengolahan Media Tanam Pisang
Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana ekonomi dan
letak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus diperhatikan segi keamanan
sosial.
Untuk membuka lahan perkebunan pisang, dilakukan pembasmian gulma, rumput
atau semak-semak, penggemburan tanah yang masih padat; pembuatan sengkedan
dan pembuatan saluran pengeluaran air.
Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar sengkedan
tergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung sengkedan ditahan dengan
rerumputan atau batu-batuan jika tersedia. Dianjurkan untuk menanam tanaman
legum seperti lamtoro di batas sengkedan yang berfungsi sebagai penahan eros
dan juga penahan angin.
- Pembuatan Saluran
Pembuangan Air
Saluran ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan tanah-tanah
datar. Di atas landasan dan sisi saluran ditanam rumput untuk menghindari erosi
dari landasan saluran itu sendiri.
Teknik Penanaman Pisang
Penentuan Pola Tanaman
Jarak tanam tanaman
pisang cukup lebar sehingga pada tiga
bulan pertama memungkinkan dipakai pola tanam tumpang sari/tanaman lorong di
antara tanaman pisang. Tanaman tumpang sari/lorong dapat berupa sayur-sayuran
atau tanaman pangan semusim.
Di kebanyakan perkebunan
pisang di wilayah Asia
yang curah hujannya tinggi, pisang ditanam bersama-sama dengan tanaman
perkebunan kopi, kakao, kelapa.
Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat , 30 x 30 x 30 cm atau
40 x40 x 40 cm untuk tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang dan
3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.
Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September-Oktober). Sebelum tanam
lubang diberi pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos sebanyak 15–20 kg.
Pemupukan organik sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa buah.
Pemeliharaan Tanaman Pisang
Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4
batang. Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun
terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan). Setelah 5
tahun rumpun dibongkar untuk diganti dengan tanaman yang baru.
Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar pertumbuhan anak dan
juga induk baik. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan
penimbunan dapuran oleh tanah agar perakaran dan tunas bertambah banyak. Perlu
diperhatikan bahwa perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah permukaan
tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam.
1. Perempalan
Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman dan
sanitasi lingkungan terjaga. Pembuangan daun-daun ini dilakukan setiap waktu.
Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu
hektar, pisang memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200
kg batu kapur sebagai sumber kalsium.
Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun yang diletakkan di dalam larikan
yang mengitari rumpun tanaman. Setelah itu larikan ditutup kembali dengan
tanah. Pemupukan fosfat dan kalium dilaksanakan 6 bulan setelah tanam (dua kali
dalamsetahun).
Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya
terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi parit-parit/saluran
air yang berada di antara barisan tanaman pisang.
Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun
basah. Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma,
tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkal
sehingga pada waktu kemarau tanaman merana. Karena itu mulsa tidak boleh
dipasang terus menerus.
Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus
dipotong agar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah sisir pisang
mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening.
Kantung plastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan
diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah
sedemikian rupa sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25
cm di bawah ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tanaman tidak
rebah akibat beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu yang
dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah.
HAMA DAN
PENYAKIT POHON PISANG
Hama
- Ulat daun (Erienota
thrax.)
Bagian yang diserang adalah daun.
Gejala: daun menggulung seperti selubung dan sobek hingga
tulang daun.
Pengendalian: dengan menggunakan insektisida yang cocok
belum ada, dapat dicoba dengan insektisida Malathion.
- Uret kumbang (Cosmopolites
sordidus)
Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang.
Gejala: lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak daun,
batang pisang penuh lorong.
Pengendalian: sanitasi rumpun
pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit yang telah
disucihamakan.
- Nematoda (Rotulenchus
similis, Radopholus similis).
Bagian yang diserang adalah akar.
Gejala: tanaman merana, terbentuk rongga atau bintik kecil
di dalam akar, akar bengkak.
Pengendalian: gunakan bibit yang telah disucihamakan,
tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan dengan kadar lempung kecil.
- Ulat bunga dan buah (Nacoleila
octasema.)
Bagian yang diserang adalah bunga dan buah.
Gejala: pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis.
Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang.
Pengendalian: dengan menggunakan insektisida.
Penyakit
Penyebab: Xanthomonas celebensis (bakteri). Bagian
yang diserang adalah jaringan tanaman bagian dalam.
Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan seperti berdarah.
Pengendalian: dengan membongkar dan membakar tanaman yang
sakit.
Penyebab: jamur
Fusarium oxysporum. Bagian yang
diserang adalah daun.
Gejala: daun layu dan putus, mula-mula daun luar lalu daun
di bagian dalam, pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah
berwarna hitam.
Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
Penyebab: jamur
Cercospora musae. Bagian yang
diserang adalah daun dengan gejala bintik sawo matang yang makin meluas.
Pengendalian: dengan menggunakan fungisida yang mengandung
Copper oksida atau Bubur Bordeaux (BB).
Penyebab: bakteri
Bacillus . Bagian yang diserang
adalah akar. Gejala: tanaman layu dan mati.
Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
Penyebab: virus dengan perantara kutu daun
Pentalonia
nigronervosa. Bagian yang diserang adalah daun pucuk.
Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara berkelompok.
Pengendalian: cara membongkar dan membakar tanaman yang
sakit.
Gulma
Tidak lama setelah tanam dan setelah kanopi dewasa terbentuk, gulma akan
menjadi persoalan yang harus segera diatasi. Penanggulangan dilakukan dengan:
- Penggunaan herbisida
seperti Paraquat, Gesapax 80 Wp, Roundup dan dalapon.
- Menanam tanaman penutup
tanah yang dapat menahan erosi, tahan naungan, tidak mudah diserang
hama-penyakit, tidak memanjat batang pisang. MisalnyaGeophila repens.
- Menutup tanah dengan
plastik polietilen.
PANEN PISANG
Ciri dan Umur Panen
Pada umur 1 tahun rata-rata
pisang sudah berbuah. Saat
panen ditentukan oleh umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah
mengeringnya daun bendera. Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100
hari dengan siku-siku buah yang masih jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur
panen harus didasarkan pada jumlah waktu yang diperlukan untuk pengangkutan
buah ke daerah penjualan sehingga buah tidak terlalu matang saat sampai di
tangan konsumen. Sedikitnya buah
pisang masih tahan disimpan 10 hari
setelah diterima konsumen.
Cara Panen
Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang
diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam
dan bersih waktu memotong tandan. Tandan
pisang disimpan dalam posisi
terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori
buah.Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat diakibatkan
olehpergesekan buah dengan tanah. Setelah itu batang pisang dipotong hingga
umbi batangnya dihilangkan sama sekali.Jika tersedia tenaga kerja, batang
pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari permukaan tanah. Penyisaan
batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tunas.
Periode Panen
Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari
sekali tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.
PASCAPANEN
Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk
mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakan
kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang
dilepaskandari tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya.
Pengepakan dilakukan dengan menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang
dimasukkan ke dos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka
potongan di ujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan.
Penentuan Keseragaman Ukuran Buah Pisang
Ukur panjang dari setiap buah contoh dan dihitung mulai dari ujung buah
sampai pangkal tangkai dari seluruh contoh uji dengan menggunakan alat pengukur
yang sesuai. Ukur pula garis tengah buah dengan menggunakan mistar geser.
Penentuan Tingkat Ketuaan Buah Pisang
Perhatikan sudut-sudut pada kulit buah pisang segar. Buah yang tidak
bersudut lagi (hampir bulat) berati sudah tua 100%, sedangkan yang masih sangat
nyata sudutnya berarti tingkat ketuaan masih 70% atau kurang.
Penentuan Tingkat Kerusakan Fisik/Mekanis Buah Pisang
Hitung jumlah jari dari seluruh contoh buah pisang. Amati satu persatu jari
buah secara visual dan pisahkan buah yang dinilai mengalami kerusakan
mekanis/fisik berupa luka atau memar. Hitung jumlah yang rusak lalu bagi dengan
jumalh keseluruhannya dan dikalikan dengan 100%.
Penentuan Kadar Kotoran
Timbang seluruh contoh buah yang diuji, amati secara visual kotoran yang
ada, pisahkan kotoran yang ada pada buah dan kemasannya seperti tanah, getah,
batang, potongan daun atau benda lain yang termasuk dalam istilah kotoran yang
menempel pada buah dan kemasan, lalu timbang seluruh kotoran. Berat kotoran per
berat seluruh contoh buah yang diuji kali dengan 100%.
Pengemasan
Untuk
pisang tropis, kardus karton yang digunakan berukuran 18 kg
atau 12 kg.Kardus dapat dibagi menjadi dua ruang atau dibiarkan tanpa pembagian
ruang.Sebelum
pisang dimasukkan, alasi/lapisi bagian bawah dan sisi
dalam kardusdengan lembaran plastik/kantung plastik. Setelah pisang disusun
tutup pisangdengan plastik tersebut. Dapat saja kelompok(
cluster)pisang
dibungkus dengan plastik lembaran/kantung plastik sebelumdimasukkan ke dalam
kardus karton.
Pada bagian luar dari kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain:
a) Produksi Indonesia
b) Nama kultivar pisang
c) Nama perusahaan/ekspotir
d) Berat bersih
e) Berat kotor
f) Identitas pembeli
g) Tanggal panen
h) Saran suhu penyimpanan/pengangkutan
-SEMOGA BERGUNA-
KEBUN PISANG MULTI VARIETAS DAN MULTI KULTUR
Ketika tahun 1997 wabah pseudomonas dan fusarium melanda kebun pisang rakyat
maupun perkebunan besar di Indonesia,
tetap ada tanaman pisang yang selamat. Pertama, yang bisa selamat dari amukan
penyakit tersebut adalah jenis pisang "bandel" seperti mas, muli, dan
lilin. Tetapi pisang-pisang yang sangat rentan penyakit seperti kepok kuning,
ambon kuning, raja sereh, raja bulu dan tanduk pun, tetap ada yang selamat.
Pisang-pisang tersebut selalu berada di kebun atau pekarangan rumah penduduk
dengan tanaman yang campuraduk. Berbagai jenis pisang ada di sana, berbagai jenis tanaman juga tegak di
kebun itu. Mulai dari tanaman semusim seperti kunyit dan keladi sampai ke
tenaman keras seperti bambu, petai dan kelapa. Tempat tumbuh tanaman pisang
yang selamat dari amukan penyakit itu selalu sangat subur dan kaya bahan
organik. Pada musim kemarau panjang, kelembapan udara serta tanah juga masih
tetap terjada dengan baik.
Sebaliknya, areal perkebunan pisang yang hancur oleh penyakit adalah tanaman
monokultur, bahkan mono varietas. Artinya, kebun pisang dengan satuan hamparan
luas itu hanya ditanami pisang dan hanya terdiri dari satu jenis. Contoh paling
ekstrim adalah kebun pisang cavendish. Meskipun kebun ini sudah dilengkapi
dengan parit drainase selebar 1 m. dengan kedalaman 1,5 m, diberi pengairan
dengan teknik sprinkle, diberi pupuk dan rutun disemprot pestisida, namun tetap
saja habis terkena penyakit. Kebun PT Nusantara Tropical Fruits seluas 2.000
hektar di Lampung, tinggal ratusan hektar yang selamat. Kebun PT Global
Agronusa Indonesia seluas
3.000 hektar di Halmahera, Maluku, malahan
hancur total oleh penyakit ini. Tanaman pisang rakyat dengan jenis-jenis
komersial seperti ambon kuning, barangan dll. juga hancur terkena penyakit
tadi. Seorang mantan bupati di Sumsel yang mencoba mengembangkan pisang
barangan monokultur juga mengalami nasib demikian.
Gagalnya pengembangan kebun-kebun cavendish di Indonesia, terutama disebabkan oleh
lokasinya yang sangat berdekatan dengan katulistiwa. Filipina meskipun
sama-sama negara tropis, letaknya sudah di atas 10° lintang utara. Lampung
masih di bawah 5° dan Halmahera justru
menempel di katulistiwa. Pengembangan cavendish di Jatim, tepatnya di Kab.
Mojokerto, bisa lebih baik dari di Lampung, karena Mojokerto letaknya sekitar
7,5° lintang selatan. Pengembangan cavendish secara monokultur dan mono
varietas di Australia dan
Filipina relatif berhasil karena tingkat kelembapan udara di dua kawasan tadi
sudah relatif rendah didanding dengan kelembapan rata-rata di Indonesia.
Demikian pula halnya dengan Kostarika yang dikenal sebagai negeri pisang, letaknya
persis pada 10° lintang utara. Ini semua membuat pengembangan pisang secara
monokultur dan mono varietas menjadi dimungkinkan. Problematik mereka justru
hanya masalah pengairan.
Selain jenis cavendish dan barangan, di Indonesia belum pernah ada kebun
pisang komersial yang dikelola secara serius. Yang disebut sebagai pisang
komersial adalah, 1) ambon kuning, 2) kepok kuning, 3) raja sereh (susu), 4)
raja bulu, 5) tanduk, 6) mas. Selain jenis-jenis tersebut, masih ada pula
pisang-pisang yang tetap laku dijual, tetapi nilai ekonomisnya tidak tinggi.
Misalnya pisang nangka, kapas, muli, lilin (janten) dll. Disebut sebagai ambon
kuning, sekadar untuk membedakannya dengan ambon lumut dan ambon putih. Di
beberapa tempat, misalnya di Bandung,
ambon lumur justru sangat digemari konsumen. Tetapi pada umumnya, ambon kuning
tetap lebih memiliki potensi pasar. Ambon
putih sulit sekali dipasarkan. Demikian pula halnya dengan kepok putih yang
hanya lazim dimanfaatkan sebagai pakan burung. Yang dimaksudkan dengan ambon
putih serta kepok putih adalah, warna daging buahnya. Sementara warna kulitnya
tetap kuning. Beda dengan ambon lumut yang warna kulit buahnya memang akan
tetap hijau meskipun telah masak.
Raja bulu yang memiliki nilai komersial baik adalah raja bulu merah. Yakni
raja bulu yang daging buahnya kuning oranye kemerah-merahan. Selain itu masih
ada pula raja bulu dengan daging buah putih yang kurang disukai konsumen. Raja
sereh atau pisang susu malahan ada 3 macam. Pertama yang berukuran besar,
tetapi rasanya sedikit masam. Kedua yang berukuran lebih kecil tetapi rasanya
sangat manis dengan daging buah yang lebih kering (kesat). Dua jenis pisang
raja sereh ini kulit buahnya akan berwarna kuning kecokelatan dengan
bintik-bintik cokelat tua. Bintik-bintik pada pisang raja sereh ini bukannya
disebabkan oleh luka tusukan hama
trips, melainkan oleh bintik gula (sugar spot). Hingga masyarakat yang selalu
mengatakan bahwa raja sereh yang manis adalah yang kulitnya cokelat kehitaman
memang benar. Karena masih ada satu lagi jenis raja sereh yang warna kulit
buahnya justru kuning muda mulus namun rasanya sangat sepat serta masam. Pisang
tanduk pun ada dua macam. Pertama yang berdaging muah kemerahan. Di Kab.
Lumajang, Jatim, pisang demikian disebut sebagai pisang agung. Selain itu masih
ada lagi pisang tanduk dengan daging buah putih.
Alam, tampaknya memang telah mengatur bahwa pisang-pisang yang enak dengan
kualitas baik tadi justru sangat rentan terhadap serangan hama serta penyakit. Pisang-pisang jelek yang
nilai komersialnya rendah justru sangat tahan penyakit. Pisang mas, lilin dan
muli misalnya, sama sekali tidak mempan terserang fusarium dan pseudomonas.
Dari enam pisang komersial tadi, ada yang umurnya genjah, yakni 6 bulan dari
sejak tanam (benih anakan tinggi 1m.); sudah akan berbuah. Pisang raja sereh
sekitar 7 sampai 8 bulan. Ambon dan raja bulu
antara 8 bulan sampai dengan 10 bulan. Kepok kuning dan tanduk perlu waktu
sampai 18 bilan (1,5 tahun) untuk berbuah. Harga paling tinggi adalah tanduk
yakni sampai Rp 1.800,- per kg. di tingkat petani. Disusul dengan raja
bulu Rp 1.500,- kg. kemudian ambon kuning Rp 1.200,- per kg. raja sereh /
kepok kuning Rp 1.000,- per kg. dan mas Rp 800,- per kg. Meskipun tanduk
dan raja bulu menduduki ranking harga tertinggi, namun pangsa pasarnya sangat
kecil. Sebab pisang tanduk termasuk jenis olahan (bukan pisang meja) sementara
raja bulu jenis dwi guna. Yang memiliki pangsa pasar terbesar tetap pisang
mabon kuning, karena penggunaannya untuk pisang meja.
Itu semua untuk pasar dalam negeri. Untuk pasar ekspor lain lagi. Ambon kuning tidak mungkin diekspor karena dua alasan.
Pertama, masrarakat internasional akan menganggapnya sebagai cavendish. Kedua,
beda dengan cavendish yang tangkai buah serta kulitnya kuat, ambon kuning sangat
lemah. Yang memiliki tangkai buah serta kulit kuat hanyalah raja bulu dan kepok
kuning. Karenanya, kalau pengembangan kebun pisang komersial berorientasi pasar
dalam negeri, maka konsentrasinya harus ke ambon kuning. kalau tujuannya untuk
ekspor, maka jenisnya raja bulu dan kepok kuning. Hingga rumusan untuk kebun
dengan orientasi pasar dalam negeri adalah, ambon kuning 50%, raja sereh 20%,
raja bulu 10% tanduk, kepok kuning dan mas 20%. Kalau tujuannya untuk ekspor
maka komposisinya raja bulu 40%, kepok kuning 30%, tanduk 10% dan ambon kuning,
mas serta raja sereh 20%. Komposisi itu bisa digabung. Misalnya, ambon kuning
30%, raja bulu 30%, kepok kuning, tanduk, raja sereh dan mas masing-masing 10%.
Orientasinya pasar dalam negeri dan ekspor.
Populasi ideal tanaman pisang ambon kuning atau raja bulu per hektar adalah
1.500 tanaman. Dengan jarak tanam 2 X 3 meter. Namun dalam pelaksanaan
penanaman jarak tanam itu dibuat 2 m. (membujur) X 3,5 X 2,5 X 3,5 m. dst.
(melintang). Pada jarak 2,5 m. dibuat parit drainase selebar 0,5 m.
dengan kedalaman 0,7 m. Sementara jarak 3,5 m. akan digunakan untuk kendaraan
(pick up) atau traktor yang akan membawa pupuk kandang serta hasil panen. Jarak
tanam yang 2 m. tersebut, dalam budidaya sistem multi varietas harus domodifikasi
sesuai dengan verietas yang ditanam. Misalnya, pada ambon dan raja bulu, jarak
itu tetap 2 m. Tetapi pada kepok kuning dan tanduk, diperlebar
menjadi 2,5 m. Pada raja sereh dan mas, justru diperpendek menjadi 1,5
meter. Populasi total per hektar tetap sekitar 1.500 tanaman. Di kalangan
petani, biaya tanam pisang ambon kuning atau raja bulu, Rp 5.000,- per tanaman
sampai dengan berbuah pertama. Pera petani tidak pernah memberi pupuk maupun
pestisida, tenaga kerja untuk kontrol juga tidak dihitung. Jadi Rp 5.000,-
tersebut hanyalah biaya benih, tanam dan panen.
Pada budidaya komersial, biaya tersebut harus ditambah Rp 5.000,- untuk
pupuk dan pestisida pada tahun I. Pada tahun II dst, biaya pupuk dan pestisida
akan meningkat menjadi 3 X lipat, karena tiap rumpun pisang akan bisa dipanen
sebanyak 3 kali. Kemudian masih ada biaya Rp 6.000,- untuk upah tenaga harian.
Perhitungan upah harian adalah, tiap hektar bisa dikerjakan oleh 2 orang dengan
UMR Rp 12.000,- berarti tiap 0,5 lahan akan ditangani oleh 1 tenaga kerja
dengan upah per tahun Rp 12.000,- X 365 (hari) : 750 (populasi pisang per 0,5
hektar) = Rp 5.840,- yang dibulatkan menjadi Rp 6.000,- Dalam perkebunan pisang
skala komersial diperlukan pengairan intensif. Pengadaan air dengan biaya
tertinggi adalah apabila harus mengambil air tanah dengan sumur dalam. Biaya
pengeboran berikut pompa, survei, ijin, instalasi dan penampungan sekitar Rp
200.000.000,- yang bisa mengkover areal 10 hektar. Biaya investasi ini harus
disusutkan paling sedikit untuk jangka waktu 5 tahun. Plus biaya investasi
lainnya berikut benab manajemen, total biaya pembukaan kebun pisang skala
komersial menjadi Rp 50.000.000,- per hektar.
Biaya per hektar Rp 50.000.000,- tersebut untuk skala minimal 10 hektar.
Kalau kebun yang akan dibuka hanya 5 hektar atau malahan hanya 2 hektar, maka
biaya per hektarnya akan jatuh lebih tinggi lagi. Sebaliknya apabila kita akan
membuka sampai 50 hektar, maka biayanya akan menurun, meskipun angka nominal
penurunannya tidak terlalu besar. Hasil pisang 1.500 tandan, dihitung rata-rata
6 sisir per tandan dengan berat per sisir 2,5 kg dan dengan harga
rata-rata Rp 1.200,- Hingga pendapatan per tanaman adalah Rp Rp 1.200,- X
2.5 X = Rp 18.000,- Hasil per hektarnya dikalikan 1.500,- menjadi Rp 36.000.000,-
Pada tahun II dst. hasil ini akan meningkat menjadi 3 X lipat yakni Rp
108.000.000,- tetapi biaya pupuk dan pestisida juga akan naik menjadi Rp
15.000,- X 1.500 per hektar atau Rp 22.500.000,- Secara ringkas, dengan skala
minimal 10 hektar, dengan biaya Rp 500.000.000,- suku bunga 20% dan grace
period 1 tahun, maka dalam waktu 4 tahun pinjaman untuk budidaya pisang ini
sudah bisa dilunasi. Jadi sebenarnya peluang tersebut masih cukup baik
No comments:
Post a Comment