Translate

Thursday, January 24, 2013

BUDIDAYA SIRSAK



SIRSAK RATU

Buah sirsak ratu memiliki rasa lebih manis serta memiliki bentuk buah yang lebih besar. Tak hanya rasa buahnya saja yang manis, usaha pembibitan buah sirsak ratu juga menguntungkan. Salah seorang pembudidaya mengaku memperoleh omzet Rp 24 juta per bulan.

buah sirsak ratu secara sepintas tidak ada bedanya dengan jenis sirsak biasa yang ada di pasaran. Namun, tanaman buah yang datang dari kawasan Amerika Selatan bernama Latin Annona muricata ini memiliki keunggulan dalam segi rasa dan ukuran.

Rony Pranata, pemilik Bina Agro Mandiri asal Yogyakarta, mengatakan, sirsak ratu memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan sirsak biasa. "Sirsak ratu merupakan jenis varietas unggul," kata Rony yang mengaku sudah 3 tahun menjual sirsak ratu.

Tak hanya buahnya yang memiliki nilai ekonomis tinggi, bibit pohon sirsak ratu juga memiliki harga jual cukup tinggi. Sebab, menurut Rony, bibit buah sirsak ratu tidak hanya diburu petani, namun juga kolektor tanaman.

Untuk mendapatkan bibit tanaman sirsak ratu, Rony memakai metode okulasi atau penempelan mata tunas. Harga jual tiap bibit bervariasi tergantung dari ukuran masing pohon.

Untuk ukuran 20 sentimeter (cm) hingga 50 cm, harganya mulai Rp 20.000 hingga Rp 30.000. Harga ini relatif lebih tinggi dibandingkan bibit sirsak biasa.

Sedangkan harga jual buah sirsak ratu mencapai dua kali harga sirsak biasa. "Kalau yang biasa kan cuma Rp 3.500–Rp 4.000 per kilogram," katanya.

Pasar bibit buah sirsak ratu Rony tak hanya di Yogyakarta, namun sudah merambah wilayah Bekasi, Sulawesi, Kalimantan, dan Batam. Dengan pasar yang luas itu, tak heran jika Rony Rony bisa menjual sekitar 600–800 bibit sirsak ratu dalam sebulan.

Omzet yang didapatkan Rony dari penjualan bibit buah sirsak ratu juga besar, mencapai Rp 18 juta hingga Rp 24 juta tiap bulan. "Memang saat ini jenis sirsak ratu sedang naik daun," ungkapnya.
Apalagi buah sirsak sudah terkenal memiliki banyak manfaat, seperti menurunkan kadar kolesterol bahkan dipercaya bisa mengobati kanker.

Selain Rony, Deni Hadian juga membudidayakan sirsak ratu di Bogor, Jawa Barat. Menjalani usaha turun-temurun, Deni menjual bibit buah sirsak ratu, namun tidak buahnya. "Penjualan sangat berfluktuatif," katanya.

Deni memilih menjual bibit karena lebih cepat meraup untung. Selain tidak membutuhkan tempat yang luas, penjualan bibit juga tidak bergantung musim berbuah.

Tiap bulan, Deni bisa menjual sekitar 50 sampai 100 bibit bibit buah sirsak ratu. "Namun, saat masa tanam seperti bulan Oktober, penjualan mencapai 1.000 bibit per bulan," ujarnya. Selain konsumen Pulau Jawa, pembeli bibit juga berasal dari Sumatra dan Sulawesi.

Bibit-bibit itu dijual dengan harga bervariasi. Untuk bibit buah sirsak ratu yang siap tanam berukuran 30 cm dibanderol dengan harga Rp 17.500. Sedangkan bibit dengan tinggi 20 cm ditawarkan seharga Rp 12.500 per tanaman.

Harga jual itu, menurut Deni, lebih murah dibanding membeli di tempat pengepul bibit. "Jika dijual oleh pengepul harganya bisa mencapai dua kali lipat, Rp 30.000 untuk tinggi 30 cm," urainya.

Dari berbagai ukuran bibit yang dijual oleh Deni, bibit dengan ukuran tinggi 20 cm paling laku di pasaran.

Budidaya tanaman sirsak ratu terbilang mudah. Sirsak ratu hanya membutuhkan pupuk kandang dan air. Serangan hama perusak daun dan buah juga gampang diatasi, yakni dengan penyemprotan bahan campuran deterjen, buah lerak dan mahkota dewa.

Keunggulan budidaya sirsak ratu adalah kemudahan dalam perawatannya. Pohon sirsak ratu tak membutuhkan perhatian berlebih. Pembudidaya hanya wajib memperhatikan media tanam agar hasil panen buah sirsak ratu maksimal. Pohon sirsak ratu sebaiknya ditanam di tanah berpasir dan berkapur dengan kandungan bahan organik tinggi.

Wisnu Utama, Kepala Bagian Pembibitan dari Bina Agro Mandiri dari Yogyakarta, mengatakan bahwa sirsak ratu memiliki keunggulan dalam lokasi tanam, yakni tidak ada persyaratan khusus. Artinya, pohon sirsak bisa ditanam di mana saja. "Bahkan, di pinggir jalan saja bibit sirsak ratu bisa tumbuh," ujar Wisnu.

Di Indonesia, tanaman dengan nama latin Annona muricata ini juga kerap disebut sebagai nangka belanda. Ketimbang sirsak biasa, sirsak ratu memiliki rasa manis dan ukuran lebih besar serta memiliki aroma buah yang lebih tajam. Dari sisi tanaman, sirsak ratu bisa dikenali dari daun pohon yang cenderung berbentuk oval, sementara daun sirsak biasa berbentuk bulat.

Meski terbilang mudah, budidaya sirsak ratu juga mesti memperhatikan beberapa hal penting. Tujuannya adalah hasil panen maksimal. Hal-hal penting yang harus dilakukan antara lain: sebelum menanam, pembudidaya sirsak harus memperhatikan derajat keasaman tanah (PH) dan ketinggian tempat tanam.

Tanah yang baik untuk budidaya sirsak adalah tanah yang memiliki derajat keasaman antara lima hingga tujuh. Sirsak akan berbuah maksimal jika ditanam di ketinggian 100 di atas permukaan laut (dpl) hingga 1.000 dpl.

Pohon bibit sirsak ratu membutuhkan suplai air secara teratur selama dua bulan hingga proses perakarannya sempurna. "Jika kurang air, tanaman sirsak bisa kering. Sebaliknya, kalau kebanyakan air akarnya bisa busuk," ujar Wisnu.

Deni Hadian, pembudidaya sirsak ratu asal Bogor Jawa Barat, menambahkan, cara menanam pohon asal Amerika Selatan itu sejatinya mirip dengan tanaman rambutan dan jambu. Sirsak ratu tidak memerlukan perlakuan khusus, seperti pemakaian pupuk jenis tertentu. "Dengan pupuk kandang, sirsak bisa tumbuh subur," kata Deni.

Asyiknya, petani tak butuh waktu lama untuk bisa menikmati hasil panen. Sirsak ratu sudah akan berbuah saat usia tanaman satu tahun. Puncaknya, saat pohon berusia empat tahun atau memiliki ukuran tinggi 3 meter, sirsak ratu akan rajin berbuah dengan masa panen dua bulan sekali.

Hal yang mesti diwaspadai adalah serangan hama. Sirsak ratu memiliki musuh yakni kupu-kupu yang suka meninggalkan larva di dedaunan. Larva ini bisa menjadi ulat yang bisa mengakibatkan daun menguning, bahkan rontok. Sirsak ratu juga sangat rentan dengan kutu daun serta semut hitam yang bisa merusak buah sirsak ratu.

Agar terbebas dari serangan hama itu, Wisnu menyarankan agar petani tidak menggunakan pestisida kimia. Pembudidaya bisa menggunakan cara lain, yaitu campuran deterjen dengan buah lerak dan biji mahkota dewa untuk mengusir hama. "Jangan disemprot detergen saja. Ini bisa membuat daun rontok," ujar Wisnu berbagi tip.

No comments: