"JAMBU
BIJI YANG DIPAJANG DI TOKO BUAH HOKKY DI PAKUWON, SURABAYA, ITU SEPINTAS SAMA
SAJA DENGAN YANG LAIN. YANG MEMBUATNYA BEDA NAMA DAN BANDROL YANG TERTULISDI
ATASNYA. JAMBU KLUTUK TANPA BIJI RP18.000 PER KG. HARGA ITU LEBIH MAHAL
KETIMBANG JAMBU KLUTUK MERAH (RP12.000); DAN JAMBU BANGKOK (RP11.000). TOH,
KLUTUK TANPA BIJI PALING DICARI. HOKKY MENCATAT PERMINTAAN KRISTAL - SEBUTANNYA
- MENCAPAI 50 - 100 KG PER 2 HARI"
Kini
pasokan Jambu Biji Kristal yang masuk ke gerai di Pakuwon baru 50 - 100 kg per
minggu dari pekebun di Mojokerto, Jawa Timur. 'Sebetulnya kami bisa menjual 3
kali lipat dari pasokan yang ada. Biasanya 2 hari Jambu Biji Kristal masuk,
langsung ludes,' kata Haryanto, kepala bagian kontrol kualitas Hokky Surabaya.
Itu sejalan dengan yang dialami PT Sewu Segar Nusantara (SSN) di Jakarta.
SSNmenyalurkan 1 ton Jambu Biji Kristal per minggu dari pekebun di Lampung ke
gerai-gerai buah di Jabodetabek. Menurut Iwan GRory, manajer penjualan SSN,
distribusi jambu kristal ke gerai di Jabodetabek itu baru ?? dari total
permintaan yang masuk. Di tangan konsumen harga jambu kristal di Jabodetabek
Rp19.900 per kg. 'Meski mahal, jambu kristal dicari karena lebih renyah. Bagian
buah yang dapat dimakan pun lebih banyak,' kata Haryanto.
Kurang pasokan
Pengalaman Haryanto dan Iwan diamini Zoilus Sitepu, manajer sayur dan buah
nasional Hypermart di Jakarta. Menurut Zoilus dari 40 gerai Hypermart yang
tersebar di Indonesia, baru 30 gerai yang menyediakan jambu kristal. Setiap
gerai rata-rata dipasok 20 kg per minggu. 'Itu pun lebih banyak kosongnya. Kami
juga bisa menjual 4 kali lipat bila pasokan tersedia,' kata Zoilus.
Di pasar buah tradisional Jambu Biji Kristal pun dicari. Di Karawang, Jawa
Barat, ada Wawan Syarief yang kewalahan memasok jambu kristal untuk para
pelanggan di Pasar Karawang. Awal tahun silam, ia memperkenalkan jambu kristal
ke para sahabatnya di pasar tradisional itu. Permintaan langsung berdatangan
saat itu juga. Wawan bisa menjual 50 - 100 kg jambu kristal setiap Selasa dan
Sabtu. Buah berasal dari pekebun setempat yang memiliki 100 pohon. 'Sebetulnya
saya bisa menjual sampai 3 kali lipat. Namun, produksi belum mencukupi,'
katanya.
Pendatang baru
Jambu biji kristal memang banyak dicari. Ia disukai karena praktis dimakannya.
'Dari dulu jambu biji disukai masyarakat. Yang jadi problem biji yang banyak
sehingga kurang nyaman di lidah,' kata Sobir PhD, pakar buah dari Pusat Kajian
Buah Tropika Institut Pertanian Bogor.
Sejatinya, jambu biji yang disebut-sebut tanpa biji itu beragam jenisnya. Yang
lebih dulu populer jambu sukun. Jambu yang bentuknya mirip apel itu benar-benar
tanpa biji. Sukun diintroduksi ke Indonesia pada 1960-an. Sayang, ia tak bisa
dikebunkan secara komersial karena produktivitasnya rendah. Menurut Dr Reza
Tirtawinata, ahli buah dari Taman Wisata Mekarsari, Cileungsi, Bogor, Jawa
Barat, jambu tanpa biji sulit berbuah lebat karena biji merupakan penyedia
energi untuk pembesaran buah. Ketika tanpa biji, buah gampang rontok.
Jambu kristal sebetulnya tidak benar-benar nirbiji. Ia tetap berbiji tapi
jumlahnya sedikit, kurang dari 3% bagian buah. Karena produktivitasnya tinggi,
jambu yang diperkenalkan oleh Misi Teknik Taiwan pada 1999 di Mojokerto, Jawa
Timur, itu mulai marak dikebunkan. Selain pekebun di Lampung, ada Narin Watana
Anurak yang mulai mengebunkan 100 jambu kristal di lahan sawah di Karawang
sejak 2,5 tahun silam.
Sejak awal tahun lalu ia menjual kristal ke 3 pengepul yang datang ke kebun.
Jumlahnya 100 - 200 kg per minggu. Di kebun pria asal Thailand yang kini
bermukim di tanahair itu jambu kristal dihargai Rp8.000 per kg.
Di Semarang, Jawa Tengah, ada Sukobudi yang mengebunkan 40 jambu kristal sejak
5 bulan lalu. Di Bogor, Jawa Barat, 1,5 tahun lalu Misi Teknik Taiwan membuka
kebun baru untuk penanaman 500 jambu kristal. Kini 80 kg jambu kristal dapat
dipanen setiap minggu dari kebun seluas 4.500 m2 berketinggian 250 m dpl itu.
Sebanyak 600 bibit kristal disebar oleh Institut Pertanian Bogor dan Misi Teknik
Taiwan untuk petani di sekitar Cikarawang, Bogor.
Di Dlanggu, Mojokerto, kebun yang ditinggalkan oleh Misi Teknik Taiwan, kini
dikelola oleh Dinas Pertanian Jawa Timur. Total populasi 400 tanaman berumur 4
- 8 tahun. Kini penanaman meluas ke 10 pekebun plasma dengan total populasi 200
tanaman. Dari sana setiap minggu dipanen 360 kg kristal.
Sayang, hanya setengahnya yang lolos sortir untuk dijual ke toko buah modern
dengan harga jual Rp13.000. Sisanya dijual ke pasar tradisional dengan harga
Rp5.000 - Rp8.000/kg. 'Kini kami sedang berusaha untuk mendongkrak kualitas.
Maklum, kebun rusak setelah sempat vakum karena peralihan pengelolaan,' kata
Mistahul Huda, manajer budidaya kebun di Dlanggu.
Jambu Biji Mutiara
Jambu tanpa biji lain ialah mutiara. Ia juga berasal dari Taiwan. Bedanya
jumlah biji agak lebih banyak ketimbang kristal: 5 - 8 % persen dari total
buah. Ia masuk ke Indonesia 2 tahun silam oleh importir bibit buah di Jakarta.
Adalah Budi Tedjakusuma di Batu, Jawa Timur, yang telah mengebunkannya. Di
kebunnya di kaki Gunung Arjuna ia menanam 2.000 pohon. Pohon yang kini berumur
1 - 1,5 tahun mulai belajar berbuah. 'Saya pilih mutiara karena paling
produktif di antara jambu seedles lain,' kata Budi. Menurut Budi, berdasarkan
informasi dari temannya di Taiwan, pohon umur 4 tahun mampu menghasilkan 400 -
1.200 buah setiap tahun.
Dua bulan silam, dari hasil panen perdana Budi menjual 100 kg mutiara ke toko
buah di Malang. Ia berencana membidik pasar Jakarta setelah 2.000 mutiaranya
ajek berproduksi. 'Pasar Jawa Timur dan Jakarta siap menerima pasokan,'
ungkapnya. (Sumber Trubus)
No comments:
Post a Comment