Translate

Saturday, August 24, 2013

MENGENAL JAMBU BIJI KRISTAL TAIWAN

"JAMBU BIJI YANG DIPAJANG DI TOKO BUAH HOKKY DI PAKUWON, SURABAYA, ITU SEPINTAS SAMA SAJA DENGAN YANG LAIN. YANG MEMBUATNYA BEDA NAMA DAN BANDROL YANG TERTULISDI ATASNYA. JAMBU KLUTUK TANPA BIJI RP18.000 PER KG. HARGA ITU LEBIH MAHAL KETIMBANG JAMBU KLUTUK MERAH (RP12.000); DAN JAMBU BANGKOK (RP11.000). TOH, KLUTUK TANPA BIJI PALING DICARI. HOKKY MENCATAT PERMINTAAN KRISTAL - SEBUTANNYA - MENCAPAI 50 - 100 KG PER 2 HARI"
 
Kini pasokan Jambu Biji Kristal yang masuk ke gerai di Pakuwon baru 50 - 100 kg per minggu dari pekebun di Mojokerto, Jawa Timur. 'Sebetulnya kami bisa menjual 3 kali lipat dari pasokan yang ada. Biasanya 2 hari Jambu Biji Kristal masuk, langsung ludes,' kata Haryanto, kepala bagian kontrol kualitas Hokky Surabaya.
Itu sejalan dengan yang dialami PT Sewu Segar Nusantara (SSN) di Jakarta. SSNmenyalurkan 1 ton Jambu Biji Kristal per minggu dari pekebun di Lampung ke gerai-gerai buah di Jabodetabek. Menurut Iwan GRory, manajer penjualan SSN, distribusi jambu kristal ke gerai di Jabodetabek itu baru ?? dari total permintaan yang masuk. Di tangan konsumen harga jambu kristal di Jabodetabek Rp19.900 per kg. 'Meski mahal, jambu kristal dicari karena lebih renyah. Bagian buah yang dapat dimakan pun lebih banyak,' kata Haryanto.
Kurang pasokan
Pengalaman Haryanto dan Iwan diamini Zoilus Sitepu, manajer sayur dan buah nasional Hypermart di Jakarta. Menurut Zoilus dari 40 gerai Hypermart yang tersebar di Indonesia, baru 30 gerai yang menyediakan jambu kristal. Setiap gerai rata-rata dipasok 20 kg per minggu. 'Itu pun lebih banyak kosongnya. Kami juga bisa menjual 4 kali lipat bila pasokan tersedia,' kata Zoilus.
Di pasar buah tradisional Jambu Biji Kristal pun dicari. Di Karawang, Jawa Barat, ada Wawan Syarief yang kewalahan memasok jambu kristal untuk para pelanggan di Pasar Karawang. Awal tahun silam, ia memperkenalkan jambu kristal ke para sahabatnya di pasar tradisional itu. Permintaan langsung berdatangan saat itu juga. Wawan bisa menjual 50 - 100 kg jambu kristal setiap Selasa dan Sabtu. Buah berasal dari pekebun setempat yang memiliki 100 pohon. 'Sebetulnya saya bisa menjual sampai 3 kali lipat. Namun, produksi belum mencukupi,' katanya.
Pendatang baru
Jambu biji kristal memang banyak dicari. Ia disukai karena praktis dimakannya. 'Dari dulu jambu biji disukai masyarakat. Yang jadi problem biji yang banyak sehingga kurang nyaman di lidah,' kata Sobir PhD, pakar buah dari Pusat Kajian Buah Tropika Institut Pertanian Bogor.
Sejatinya, jambu biji yang disebut-sebut tanpa biji itu beragam jenisnya. Yang lebih dulu populer jambu sukun. Jambu yang bentuknya mirip apel itu benar-benar tanpa biji. Sukun diintroduksi ke Indonesia pada 1960-an. Sayang, ia tak bisa dikebunkan secara komersial karena produktivitasnya rendah. Menurut Dr Reza Tirtawinata, ahli buah dari Taman Wisata Mekarsari, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, jambu tanpa biji sulit berbuah lebat karena biji merupakan penyedia energi untuk pembesaran buah. Ketika tanpa biji, buah gampang rontok.
Jambu kristal sebetulnya tidak benar-benar nirbiji. Ia tetap berbiji tapi jumlahnya sedikit, kurang dari 3% bagian buah. Karena produktivitasnya tinggi, jambu yang diperkenalkan oleh Misi Teknik Taiwan pada 1999 di Mojokerto, Jawa Timur, itu mulai marak dikebunkan. Selain pekebun di Lampung, ada Narin Watana Anurak yang mulai mengebunkan 100 jambu kristal di lahan sawah di Karawang sejak 2,5 tahun silam.
Sejak awal tahun lalu ia menjual kristal ke 3 pengepul yang datang ke kebun. Jumlahnya 100 - 200 kg per minggu. Di kebun pria asal Thailand yang kini bermukim di tanahair itu jambu kristal dihargai Rp8.000 per kg.
Di Semarang, Jawa Tengah, ada Sukobudi yang mengebunkan 40 jambu kristal sejak 5 bulan lalu. Di Bogor, Jawa Barat, 1,5 tahun lalu Misi Teknik Taiwan membuka kebun baru untuk penanaman 500 jambu kristal. Kini 80 kg jambu kristal dapat dipanen setiap minggu dari kebun seluas 4.500 m2 berketinggian 250 m dpl itu. Sebanyak 600 bibit kristal disebar oleh Institut Pertanian Bogor dan Misi Teknik Taiwan untuk petani di sekitar Cikarawang, Bogor.
Di Dlanggu, Mojokerto, kebun yang ditinggalkan oleh Misi Teknik Taiwan, kini dikelola oleh Dinas Pertanian Jawa Timur. Total populasi 400 tanaman berumur 4 - 8 tahun. Kini penanaman meluas ke 10 pekebun plasma dengan total populasi 200 tanaman. Dari sana setiap minggu dipanen 360 kg kristal.
Sayang, hanya setengahnya yang lolos sortir untuk dijual ke toko buah modern dengan harga jual Rp13.000. Sisanya dijual ke pasar tradisional dengan harga Rp5.000 - Rp8.000/kg. 'Kini kami sedang berusaha untuk mendongkrak kualitas. Maklum, kebun rusak setelah sempat vakum karena peralihan pengelolaan,' kata Mistahul Huda, manajer budidaya kebun di Dlanggu.
Jambu Biji Mutiara

Jambu tanpa biji lain ialah mutiara. Ia juga berasal dari Taiwan. Bedanya jumlah biji agak lebih banyak ketimbang kristal: 5 - 8 % persen dari total buah. Ia masuk ke Indonesia 2 tahun silam oleh importir bibit buah di Jakarta.
Adalah Budi Tedjakusuma di Batu, Jawa Timur, yang telah mengebunkannya. Di kebunnya di kaki Gunung Arjuna ia menanam 2.000 pohon. Pohon yang kini berumur 1 - 1,5 tahun mulai belajar berbuah. 'Saya pilih mutiara karena paling produktif di antara jambu seedles lain,' kata Budi. Menurut Budi, berdasarkan informasi dari temannya di Taiwan, pohon umur 4 tahun mampu menghasilkan 400 - 1.200 buah setiap tahun.
Dua bulan silam, dari hasil panen perdana Budi menjual 100 kg mutiara ke toko buah di Malang. Ia berencana membidik pasar Jakarta setelah 2.000 mutiaranya ajek berproduksi. 'Pasar Jawa Timur dan Jakarta siap menerima pasokan,' ungkapnya. (Sumber Trubus)

No comments: