1. Syarat Tumbuh
1. Iklim
tropis basah, lembab dan panas mendukung terhadap pertumbuhan pisang. Namun
demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi
tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat kurang
maksimal.
2. Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin topan dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
3. Curah
hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tumbuh dengan dua bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan
ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang.
1.Pisang
dapat tumbuh ditanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam
ditanah berhumus dengan pemupukan.
2. Air
harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena tanaman pisang harus
diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50 – 200 cm,
di daerah setengah basah 100 – 200 cm dan di daerah kering 50 – 150 cm. Tanah
yg telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.
Tanaman
pisang toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang
ambon, pisang nangka dan pisang tanduk tumbuh baik
sampai ketinggian 1.000 m dpl
Pisang
diperbanyak dengan cara vegetative,dikembang biakan
dengan tunas-tunas/anaknya
1. Persyaratan
Bibit : Tinggi anakan yg dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar potongan
umbi 15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yg berbuah baik dan sehat. Tinggi bibit akan berpengaruh terhadap produksi pisang (jumlah
sisir dlm tiap tandan). Ada dua jenis bibit pisang: anakan muda & dewasa. Anakan dewasa
lebih baik digunakan karena sudah mempunyai bakal bunga & persediaan
makanan di dlm bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yg berbentuk tombak (daun
masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih diutamakan daripada
bibit dengan daun yg lebar.
2. Penyiapan
Bibit : Bibit dapat dibeli dari tempat lain atau disediakan di
kebun sendiri. Bibit Pisang ditanam dengan jarak tanam agak rapat sekitar 2 x 2 m. Satu pohon induk, biarkan
memiliki tunas antara 7-9. Untuk menghindari terlalu banyak
jumlah tunas, maka lakukan pemotongan tunas.
3. Sanitasi
bibit bebelum ditanam : Untuk menghindari penyebaran hama/penyakit sebelum ditanam bibit diberi perlakuan sebagai berikut:
1. Setelah
dipotong, bersihkan tanah yg menempel di akar.
2. Simpan
bibit di tempat teduh 1-2 hari sebelum tanam agar luka pada umbi mengering. Buang daun-daun yg lebar.
3. Rendam
umbi bibit sebatas leher batang didalam insektisida0,5–1% selama 10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.
4. Jika
tidak ada insektisida, rendam umbi bibit di air
mengalir selama 48 jam.
5. Jika
di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam bibit di dalam
air panas beberapa menit.
2.2.
Pengolahan Media Tanam
1.Pembukaan
Lahan : Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana ekonomi dan
jarak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus diperhatikan segi keamanan sosial. Untuk membuka lahan perkebunan pisang, terlebih
dahulu lakukan pembasmian gulma, rumput atau semak-semak, penggemburan
tanah yang masih padat; pembuatan sengkedan dan pembuatan saluran air.
2. Pembentukan
Sengkedan Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar
sengkedan tergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung sengkedan
ditahan dengan rerumputan atau batu-batuan jika tersedia. Dianjurkan untuk
menanam tanaman legum seperti lamtoro di batas sengkedan yang berfungsi sebagai
penahan erosi, pemasok unsur hara dan juga penahan angin.
3. Pembuatan
Saluran Pembuangan Air, Saluran ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan tanah datar. Di atas landasan dan sisi saluran ditanam rumput untuk menghindari erosi dari landasan saluran itu sendiri.
1. Penentuan
Pola Tanaman : Jarak tanam tanaman pisang cukup
lebar sehingga pada tiga bulan pertama memungkinkan dipakai pola tanam tumpang
sari/tanaman lorong di antara tanaman pisang. Tanaman tumpang sari/lorong dapat
berupa sayur-sayuran atau tanaman pangan semusim. Dikebanyakan perkebunan
pisang di wilayah Asia yang curah hujannya tinggi, pisang ditanam bersama dengan tanaman perkebunan kopi, kakao, kelapa dan arecanuts. Di India Barat, pisang untuk ekspor ditanam secara
permanen dengan kelapa.
2. Pembuatan
Lubang Tanam : Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat & 30 x
30 x 30 cm atau 40 x40 x 40 cm untuk tanah-tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang & 3,3 x 3,3 m untuk tanah
berat.
3. Cara Penanaman : Penanaman dilakukan menjelang musim hujan
(September-Oktober). Sebelum tanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk
kandang/kompos sebanyak 15–20 kg. Pemupukan organik sangat berpengaruh terhadap kualitasrasa buah.
2.4.
Pemeliharaan Tanaman
1. Penjarangan
: Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang.
Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dlm satu rumpun terdapat
anakan yg masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan). Setelah 5 tahan rumpun dibongkar untuk diganti dengan tanaman yang baru.
2. Penyiangan
: Rumput atau gulma di sekitar pohon
induk harus disiangi agar pertumbuhan anak dan juga induk baik. Penyiangan
dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dapuran oleh tanah agar
akar dan tunas bertambah banyak. Perlu diperhatikan bahwa akar pisang hanya rata-rata
15 cm di bawah permukaan tanah, sehingga penyiangan tidak perlu dilakukan
terlalu dalam.
3. Perempalan
: Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman dan sanitasi lingkungan terjaga. Pemangkasan daun-daun ini dilakukan setiap waktu.
4. Pemupukan
: Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu hektar, pisang
memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200 kg batu kapur
sebagai sumber kalsium. Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun yang
diletakkan di dalam larikan yang mengitari rumpun tanaman. Setelah itu larikan
ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan fosfat dan kalium dilaksanakan 6 bulan
setelah tanam (dua kali dlm setahun).
5. Pengairan
dan Penyiraman : Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama
pengairannya terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi saluran air yang berada di antara barisan
tanaman pisang.
6. Pemberian
Mulsa : Tanah disekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun
basah. Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma,
tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkal sehingga pada waktu kemarau tanaman merana. Karena itu
mulsa tidak boleh dipasang terus menerus.
7. Pemeliharaan BUAH: Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah
terakhir harus dipotong agar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah sisir
pisang mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik
bening. Kantung plastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan
diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik
adalah sedemikian rupa sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas
dan 25 cm dibawah ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tanaman
tidak roboh akibat beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu yang
dibenamkan sedalam 30 cm kedalam tanah.
1. Ulat
daun (Erienota thrax.)
· Bagian yg diserang adalah daun.
· Gejala: daun menggulung seperti selubung dan sobek hingga tulang
daun.
· Pengendalian: dengan menggunakan insektisida yang cocok belum ada, dapat dicoba dengan insektisida Malathion.
2. Uret
kumbang (Cosmopolites sordidus)
· Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang.
· Gejala: lorong-lorong ke atas/bawah dlm kelopak daun, batang
pisang penuh lorong.
· Pengendalian: sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit yang telah disucihamakan.
3. Nematoda
(Rotulenchus similis, Radopholus similis).
· Bagian yang diserang adalah akar.
· Gejala: tanaman kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak.
· Pengendalian: gunakan bibit yang telah disucihamakan, tingkatkan
humus tanah dan gunakan lahan dengan kadar lempung kecil.
4. Ulat
bunga dan buah (Nacoleila octasema.)
· Bagian yang diserang adalah bunga & buah.
· Gejala: pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis. Adanya
ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang.
· Pengendalian: dengan menggunakan insektisida.
· Penyebab: Xanthomonas celebensis (bakteri). Bagian yg diserang
adalah jaringan tanaman bagian dalam.
· Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan seperti
berdarah.
· Pengendalian: dengan membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
· Penyebab: jamur Fusarium oxysporum. Bagian yang
diserang adalah daun.
· Gejala: daun layu dan putus, pertama daun luar lalu daun dibagian
dalam, pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam.
· Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
· Penyebab: jamur Cercospora musae. Bagian yg
diserang adalah daun dengan gejala bintik sawo matang yg makin meluas.
· Pengendalian: dengan menggunakan fungisida yang mengandung Copper
oksida atau Bubur Bordeaux (BB).
· Penyebab: bakteri Bacillus . Bagian yang diserang adalah akar.
· Gejala: tanaman layu dan mati.
· Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
· Penyebab: virus dengan perantara kutu daun Pentalonia
nigronervosa. Bagian yang diserang adalah daun pucuk.
· Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara berkelompok.
· Pengendalian: cara membongkar dan membakar tanaman
yang sakit.
Tidak
lama setelah tanam dan setelah kanopi dewasa terbentuk, gulma akan menjadi persoalan yang harus segera diatasi. Penanggulangan dilakukan
dengan:
1. Penggunaan
herbisida seperti Paraquat, Gesapax 80 Wp, Round up dan dalapon.
2. Menanam
tanaman penutup tanah yang dapat menahan erosi, tahan naungan, tidak mudah diserang hama penyakit, tidak memanjat
batang pisang. Misalnya Geophila repens.
3. Menutup
tanah dengan plastik polietilen.
Pada
umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan oleh umur buah dan bentuk buah. Ciri khas
panen adalah mengeringnya daun bendera. Buah yang cukup umur untuk
dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah yg masih jelas sampai hampir
bulat. Penentuan umur panen harus didasarkan pada jumlah waktu yg diperlukan
untuk pengangkutan buah ke daerah penjualan sehingga buah tidak terlalu matang
saat sampai di tangan konsumen. Sedikitnya buah pisang masih tahan disimpan 10
hari setelah diterima konsumen.
Buah
pisang dipanen bersama dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas.
Gunakan pisau yang tajam dan bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang
disimpan dalam posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke
bawah tanpa mengotori buah. Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang
dapat diakibatkan oleh pergesekan buah dengan tanah. Setelah itu batang pisang
dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali. Jika tersedia tenaga
kerja, batang pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari permukaan
tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tunas.
Pada
perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari sekali
tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.
Belum
ada standard produksi pisang di Indonesia, di sentra pisang dunia produksi 28
ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah tangga. Untuk
perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar
(> 30 ha), produksi yang ekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.
Secara
konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk mengurangi
penguapan dan diangkut ketempat pemasaran dengan menggunakan kendaraan terbuka/tertutup.
Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan dari tandannya
kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Pengepakan dilakukan dengan
menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke dos dengan posisi
terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan diujung sisir buah
pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya pisang dengan luasan 1 ha di daerah Jawa Barat pada
tahun 1999.
1) Biaya produksi 1 ha pisang dari tahun ke-1
sampai ke-4 adalah:
a) Tahun ke-1 Rp. 5.338.000,-
b) Tahun ke-2 Rp. 4.235.000,-
c) Tahun ke-3 Rp. 4.518.000,-
d) Tahun ke-4 Rp. 4.545.300,-
2) Penerimaan tahun ke I sampai IV
a) Tahun ke-1: 0,8 x 1.000 tandan Rp. 6.000.000,-
b) Tahun ke-2: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-
c) Tahun ke-3: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-
d) Tahun ke-4: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-
3) Keuntungan
a) Keuntungan selama 4 tahun penanaman Rp. 23.363.700,-
b) Keuntungan/tahun Rp. 5.840.925,-
4) Parameter Kelayakan Usaha Output/Input rasio = 2,150
Keterangan : *) perkiraan harga 1 tandan Rp.
7.500,-
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Perkebunan pisang yang permanen (diusahakan terus menerus) dengan mudah dapat
ditemukan di Meksiko, Jamaika, Amerika Tengah, Panama, Kolombia, Ekuador dan
Filipina. Di negara tersebut, budidaya pisang sudah merupakan suatu industri
yang didukung oleh kultur teknis yang prima dan stasiun pengepakan yang modern
dan pengepakan yang memenuhi standard internasional.
Hal tersebut menunjukkan
bahwa pisang memang komoditas perdagangan yang sangat tidak mungkin diabaikan.
Permintaan pisang dunia memang sangat besar terutama jenis pisang Cavendish
yang meliputi 80% dari permintaan total dunia.
Selain berpeluang dalam ekspor pisang utuh, saat
ini ekspor pure pisang juga memberikan peluang yang baik. Pure pisang biasanya
dibuat dari pisang cavendish dengan kadar gula 21-26 % atau dari pisang lainnya
dengan kadar gula < 21%.
Di Indonesia pisang hanya ditanam dalam skala rumah
tangga atau kebun yang sangat kecil. Standard internasional perkebunan pisang
kecil adalah 10-30 ha. Angka ini belum dicapai di Indonesia. Tanah dan iklim
kita sangat mendukung penanaman pisang, karena itu secara teknis pendirian
perkebunan pisang mungkin dilakukan.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar ini meliputi: klasifikasi dan, syarat mutu, cara pengambilan contoh,
cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan.
11.2. Diskripsi
Standar buah pisang ini mengacu kepada SNI 01-4229-1996.
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
a) Tingkat Ketuaan Buah (%): Mutu I=70-80; Mutu II <70 & >80
b) Keseragaman Kultivar: Mutu I=seragam; Mutu
II=seragam
c) Keseragaman Ukuran: Mutu I=seragam; Mutu
II=seragam
d) Kadar kotoran (% dalam bobot kotoran/bobot):
Mutu I=0; Mutu II= 0
e) Tingkat kerusakan fisik/mekanis (% Bobot/bobot):
Mutu I=0; Mutu II=0
f) Kemulusan Kulit (Maksimum): Mutu I=Mulus; Mutu
II=Mulus
g) Serangga: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
h) Penyakit: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
Adapun persyaratan berdasarkan klasifikasi pisang
adalah sebagai berikut:
a) Panjang Jari (cm): Kelas A 18,1-20,0; Kelas B 16,1-18,0; Kelas C 14,1-16,0
b) Berat Isi (kg): Kelas A > 3,0; Kelas B
2,5-3,0; Kelas C < 2,5
c) Dimeter Pisang (cm): Kelas A 2,5; Kelas B >
2,5; Kelas C < 2,5
Untuk mencapai dan mengetahui syarat mutu harus
dilakukan pengujian yang meliputi :
a) Penentuan Keseragaman Kultivar.
Cara kerja dari pengujian adalah ; Hitung jumlah dari seluruh contoh buah
pisang segar, amati satu persatu secara visual dan pisahkan buah yang tidak
sesuai dengan untuk kultivar ang besangkutan. Hitung jumlah jari buah pisang
yang tidak sesuai dengan kultivar tersebut. Hitung persentase jumlah jari buah
pisang yang dinilai mempunyai bentuk dan warna yang tidak khas untuk kultivar
yang bersangkutan terhadap jumlah jari keseluruhannya.
b) Penentuan Keseragaman Ukuran Buah.
Ukur panjang dari setiap buah contoh dan dihitung mulai dari ujung buah sampai
pangkal tangkai dari seluruh contoh uji dengan menggunakan alat pengukur yang
sesuai. Ukur pula garis tengah buah dengan menggunakan mistar geser. Pisahkan
sesuai dengan penggolongan yang dinyatakan pada label di kemasan.
c) Penentuan Tingkat Ketuaan.
Perhatikan sudut-sudut pada kulit buah pisang segar. Buah yang tidsak bersudut
lagi (hampir bulat) berati sudah tua 100%, sedangkan yang masih sangat nyata
sudutnya berarti tingkat ketuaan masih 70% atau kurang.
d) Penentuan Tingkat Kerusakan Fisik/Mekanis
Hitung jumlah jari dari seluruh contoh buah pisang. Amati satu persatu jari
buah secara visual dan pisahkan buah yang dinilai mengalami kerusakan
mekanis/fisik berupa luka atau memar. Hitung jumlah yang rusak lalu bagi dengan
jumlah keseluruhannya dan dikalikan dengan 100%.
e) Penentuan Kadar Kotoran
Timbang seluruh contoh buah yang diuji, amati secara visual kotorang yang ada,
pisahkan kotoran yang ada pada buah dan kemasannya seperti tanah, getah,
batang, potongan daun atau benda lain yang termasuk dalam istilah kotoran yang
menempel pada buah dan kemasan, lalu timbang seluruh kotorannya. Berat kotoran
per berat seluruh contoh buah yang diuji kali dengan 100%.
11.4. Pengambilan Contoh
Satu partai/lot buah pisang segar terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh
diambil secara acak sebanyak jumlah kemasan.
a) Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan
100, contoh yang diambil 5.
b) Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai
dengan 300, contoh yang diambil 7.
c) Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500,
contoh yang diambil 9.
d) Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000,
contoh yang diambil 10.
11.5 Pengemasan
Untuk pisang tropis, kardus karton yang digunakan berukuran 18 kg atau 12 kg.
Kardus dapat dibagi menjadi dua ruang atau dibiarkan tanpa pembagian ruang.
Sebelum pisang dimasukkan, alasi/lapisi bagian bawah dan sisi dalam kardus
dengan lembaran plastik/kantung plastik. Setelah pisang disusun tutup pisang
dengan plastik tersebut. Dapat saja kelompok (cluster) pisang dibungkus dengan
plastik lembaran/kantung plastik sebelum dimasukkan ke dalam kardus karton.
Pada bagian luar dari kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain:
a) Produksi Indonesia
b) Nama kultivar pisang
c) Nama perusahaan/ekspotir
d) Berat bersih
e) Berat kotor
f) Identitas pembeli
g) Tanggal panen
h) Saran suhu penyimpanan/pengangkutan
6. Cara membuat bibit pisang
a.
Pohon yang sudah dipanen dibongkar, kemudian bersihkan bonggol dari tanah dan
akar.
b.
Perhatikan mata tunas dibonggol dan pilih mata tunas yang sudah muncul
dengan ketinggian mata tunas minimal 2,5 cm.
c.
Potong mata tunas ini dengan menyertakan bagian bonggol , sehingga berbentuk
seperti kubus atau tahu dengan ukuran 10x10x10 cm.
d. Untuk
mengendalikan hama dan patogen, rendam potongan-potongan bentuk kubus atau tahu
ini di dalam air hangat (50OC) atau direndam dalam campuran 2 g benlate
(fungisida) + 1 cc (insektisida) per liter air selama lebih kurang 15 menit.
e.
Setelah itu diangkat dan diangin-anginkan, agar air yang tersisa dalam potongan
tersebut menjadi kering.
f.
Siapkan polibag ukuran 25 x 30 cm (sesuai dengan ukuran potongan bonggol), isi
dengan tanah subur atau dicampur dengan 10% kompos (perbandingan 1 bagian pupuk
kandang/kompos dan 9 bagian tanah), dapat juga menggunakan pasir, kompos dan
tanah (perbandingan 1 : 1: 8). Tanah yang digunakan tidak berasal dari bekas
tanaman sakit atau terserang hama (sesuai persyaratan tanaman induk)
g.
Tanam potongan bonggol (bentuk kubus) ini dengan mata tunas menghadap keatas,
kemudian timbun kembali dengan tanah + 3 cm diatasnya atau dapat juga tanpa
penimbunan dengan tanah. Penanaman dalam polibag sangat membantu ketika bibit
yang dipersiapkan akan dibawa ketempat jauh.
h.
Bila tidak menggunakan polibag, cara lain adalah dengan mempersiapkan bedengan
selebar 50-100 cm dan panjang secukupnya, kemudian tanamkan kubus tadi dengan
jarak 15 - 20 cm. Perbandingan antara tanah, pupuk kandang dan pasir adalah 8 :
1 : 1, agar tanah menjadi agak remah.
i.
Penyiraman harus dilakukan dengan hati-hati dan secukupnya. Tanah basah akan
mempercepat pembusukan dan diserang hama.
j.
Setelah sekali penyiraman, bagian atas polibag ditutup/dilipat kedalam,
sedangkan untuk bedengan ditutup dengan mulsa jerami kering.
k. Antara tiga sampai empat bulan kemudian, mata tunas tumbuh menjadi 20 – 30 cm
dan dapat digunakan sebagai bibit. Semoga bermanfaat