Assalamu'alaikum
Selamat sore mudah-mudahan kita selalu dalam lindunganNYA. Amiin
kali ini kita bicarakan bibit tanaman dan kita analisa sejauh mana. Mari kita mulai,Usaha pembibitan tanaman buah-buahan banyak terdapat di Indonesia, sebagai contoh Majalengka terkenal sebagai sentra produksi bibit mangga, rambutan dan jeruk, Lampung terkenal sebagai sentra produksi bibit rambutan dan Bogor terkenal sebagai sentra produksi bibit durian. Untuk Kawasan Indonesia Tengah, Bali merupakan salah satu sentra produksi bibit tanaman buah-buahan. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan yang terus berkembang ini diharapkan dapat memenuhi permintaan pekebun buah terhadap bibit buah-buahan sehingga produksi buah meningkat dan dapat memenuhi konsumsi buah dalam negeri.
Untuk memenuhi kebutuhan buah dalam negeri, pemerintah berusaha meningkatkan produksi buah-buahan dengan cara mengembangkan agribisnis buah-buahan. Namun peningkatan produksi saja tidaklah cukup tanpa dibarengi dengan peningkatan mutu buah-buahan.Dalam agribisnis, mutu buah-buahan sangatlah penting dan menentukan keberhasilan usaha. Masalah mutu yang dihadapi diantaranya penampilan buah yang kotor, memar-memar, tidak higiene, warna yang tidak merata dan citarasa buah yang tidak sama antar buah yang diperdagangkan. Masalah rendahnya mutu buah tersebut dapat diatasi dengan penggunaan bibit berlabel. Bibit berlabel adalah bibit yang telah mendapat sertifikat dari Instansi Penyelenggara Sertifikasi atau Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) dan telah teruji kebenarannya.
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di daerah merupakan usaha untuk memenuhi permintaan pekebun terhadap bibit terutama bibit berlabel. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di daerah mulai marak sejak tahun 1979 dan menjadi sentra produksi bibit bagi masyarakat. Misalnya, tanaman buah-buahan yang dibibitkan di daerah Buleleng Bali yakni mangga, rambutan dan durian. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan ini telah menjadi kebanggaan wilayah Buleleng dan menjadi salah satu ikon dagang bagi kabupaten ini.
Analisis usaha pembibitan tanaman buah-buahan perlu dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai pendapatan dan pengeluaran/biaya, kemampuan melunasi kredit, serta kelayakan usaha ditinjau dari beberapa kriteria kelayakan finansial seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay back Period (PBP) dan Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C). Untuk melakukan analisis keuangan tersebut digunakan beberapa asumsi dan parameter keuangan yang didasarkan pada hasil pengamatan di lapangan, masukan dari instansi terkait dan pustaka yang mendukung sehingga akan diperoleh gambaran secara utuh tentang aspek keuangan usaha pembibitan tanaman buah-buahan. Asumsi-asumsi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.1
Pemilihan periode proyek 3 tahun disebabkan oleh umur ekonomis peralatan yang digunakan rata-rata mencapai 3 tahun. Luas lahan pembibitan tanaman buah-buahan adalah 1 ha terdiri dari 0,35 ha pembibitan durian; 0,20 ha pembibitan mangga terdiri dari 2/3 mangga Arumanis dan 1/3 mangga Lalijiwa dan 0,45 ha pembibitan rambutan (untuk Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah masing-masing 0,15 ha).
Biaya dalam analisis keuangan berdasarkan harga bahan baku, sarana produksi dan upah tenaga kerja pada tahun 2004/2005 (musim tanam 2004). Harga jual bibit berdasarkan harga jual tahun 2005 (Tabel 3.3) dan diasumsikan harga sama pada tahun berikutnya. Mata tempel dan biji untuk batang bawah dibeli dari petani buah. Jenis kredit yang digunakan adalah Kredit Modal Kerja (KMK) dengan jangka waktu pengembalian kredit adalah 12 bulan (1 tahun).
Proses pembibitan tanaman buah-buahan mulai dari pengolahan tanah sampai dengan panen mencapai 14 bulan (1 musim tanam). Asumsi total kehilangan hasil sebesar 30% (saat okulasi 20% ditambah 10% setelah okulasi). Produksi bibit buah ditentukan oleh jumlah order/pesanan dan ketersediaan pohon induk penghasil mata tempel dengan produksi bibit setiap tahun adalah sama yaitu 70.000 bibit.
Bibit yang berhasil dijual tiap tahun sebesar 80 % dari total produksi bibit tiap tahun. Bibit yang tidak laku terjual dapat dijual kembali pada tahun berikutnya. Tenaga kerja tetap, termasuk didalamnya tenaga kerja manajerial berjumlah 8 orang dengan upah Rp 500.000 per orang per bulan. Dari hasil survei, pemilik usaha pembibitan tanaman buah-buahan sekaligus bertindak sebagai tenaga kerja manajerial yang gajinya sama dengan tenaga kerja tetap. Asumsi dan parameter yang digunakan dalam analisis keuangan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1
Tabel 5.1.
Asumsi Analisis Keuangan
Asumsi Analisis Keuangan
No | Asumsi | Satuan | Jumlah |
8 | • Hari kerja per bulan | Hari | 25 |
• Bulan kerja per tahun | Bulan | 12 | |
9 | Penggunaan tenaga kerja | ||
• Tenaga manajerial | Orang | ||
• Tenaga kerja tetap | Orang | 8 | |
• Tenaga kerja borongan | Orang | 15 | |
10 | Upah tenaga kerja | ||
• Tenaga kerja tetap | Rp/orang/hari | 20.000 | |
• Tenaga kerja borongan | Rp/bibit | 100 | |
11 | Sarana produksi | ||
• Plastik | Bal | 33 | |
• Karung/keranjang | Buah | 70.000 | |
• Pestisida | Liter | 40 | |
• Pupuk urea | Kg | 400 | |
• Pupuk kandang | Ton | 20 | |
12 | Harga sarana produksi | ||
• Biji batang bawah durian, mangga dan rambutan | Rp/buah | 150 | |
• Mata tempel | |||
a. Durian | Rp/buah | 70 | |
b. Mangga | Rp/buah | 125 | |
c. Rambutan | Rp/buah | 70 | |
• Plastik | Rp/bal | 4.000 | |
• Karung/keranjang | Rp/buah | 100 | |
• Pestisida | Rp/liter | 60.000 | |
• Pupuk urea | Rp/kg | 1.100 | |
• Pupuk kandang | Rp/ton | 200.000 | |
13 | Biaya sertifikasi bibit | Rp/bibit | 165 |
14 | Bunga Kredit Modal Kerja | Persen | 15,75 |
15 | Proporsi kredit dan dana sendiri untuk Modal Kerja | ||
• Kredit | Persen | 35 | |
• Dana sendiri | Persen | 65 | |
16 | Jangka waktu pinjaman | Tahun | 1 |
Sumber: Lampiran 1
Jadwal kegiatan usaha pembibitan tanaman buah-buahan seluas 1 hektar dengan pola usaha polikultur (durian, mangga dan rambutan) mulai dari pengolahan tanah, pembuatan bedengan hingga panen berlangsung selama 14 bulan untuk satu musim tanam. Secara rinci jadwal kegiatan usaha pembibitan tanaman buah-buahan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2.
Jadwal Kegiatan Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
Jadwal Kegiatan Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
No | Bulan | Uraian Kegiatan |
1 | Desember | Pengolahan tanah |
2 | Januari | Pembuatan bedengan |
3 | Februari | Penyemaian biji untuk batang bawah sebanyak 100.000 biji |
4 | Maret-Juni | Pemeliharaan batang bawah |
5 | Juli | Okulasi tahap I sebanyak 100.000 mata tempel untuk 100.000batang bawah. Dengan tingkat keberhasilan 60% maka jumlah bibit yangberhasil hidup setelah okulasi sebanyak 60.000 bibit |
6 | Agustus | Okulasi tahap II sebanyak 40.000 mata tempel untuk 40.000batang bawah. Dengan tingkat keberhasilan 50% maka jumlah bibit yangberhasil hidup setelah okulasi sebanyak 20.000 bibit. Jumlah bibit yangberhasil hidup setelah okulasi tahap I dan II yaitu 80.000 bibit |
7 | September- Desember | Pemeliharaan bibit hasil okulasi. Pada tahap ini diperkirakanjumlah kematian bibit sebanyak 10.000 bibit |
8 | Januari | Panen terdiri dari pendongkeran dan pengangkutan bibit hasilokulasi sebanyak 70.000 bibit (tingkat keberhasilan sampai dengan panensebesar 70%) |
Biaya Investasi dan Operasional
Struktur biaya yang diperlukan untuk usaha pembibitan tanaman buah-buahanterdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasiadalah biaya awal yang diperlukan sebelum kegiatan operasionaldilakukan. Sedangkan biaya operasional diperlukan pada saaat prosesproduksi mulai dilakukan
Biaya Investasi
Biaya investasi diperlukan untuk memulai usaha pembibitan tanaman buah-buahan meliputi biaya perizinan, sewa lahan, bangunan dan peralatan. Biaya investasi ini bersifat tetap (fixed) dan harus dikeluarkan pada tahun ke-0 sebelum melakukan usaha. Jumlah investasi yang dibutuhkan untuk usaha pembibitan tanaman buah-buahan adalah Rp 65.620.000 Secara rinci jenis investasi dan kebutuhan biaya masing-masing investasi dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut.
Selama periode proyek, terdapat komponen investasi yang harus melakukan reinvestasi pada tahun-tahun berikutnya yakni sewa lahan sedangkan biaya perizinan dikeluarkan sekali saja pada awal usaha. Biaya perizinan meliputi Tanda Daftar Pedagang (TDP), NPWP dan SIUP. Komponen biaya investasi usaha pembibitan tanaman buah-buahan secara rinci terdapat pada Lampiran 2.
Tabel 5.3.
Kebutuhan Biaya Investasi Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
Kebutuhan Biaya Investasi Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
No | Uraian | Jumlah Biaya (Rp) |
1 | Perijinan | 1.000.000 |
2 | Sewa Lahan 1 Hektar | 36.000.000 |
3 | Bangunan dan Peralatan | |
a. Bangunan | 25.620.000 | |
b. Peratalan | 3.000000 | |
Jumlah | 62.620.000 |
Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang diperlukan dalam memproduksi bibit tanaman buah-buahan. Besarnya biaya operasional ini tergantung pada luas areal tanah. Semakin luas areal tanam maka biaya operasional semakin tinggi. Biaya operasional umumnya merupakan biaya tidak tetap (variabel cost) yang terdiri dari biaya bahan baku, sarana produksi, tenaga kerja borongan dan biaya sertifikasi bibit. Selain biaya tidak tetap, biaya operasional juga meliputi juga biaya overhead yang merupakan biaya tetap yang harus dikeluarkan setiap bulannya dan sifatnya tidak langsung. Biaya overhead meliputi biaya listrik, biaya telepon dan tenaga kerja tetap.
Total biaya operasional yang dibutuhkan pada tahun pertama sejumlah Rp 131.162.000 dan pada tahun selanjutnya diasumsikan konstan karena luas areal tanam tetap, jumlah bahan baku, sarana produksi dan biaya sertifkasi bibit juga tetap. Biaya operasional usaha pembibitan tanaman buah-buahan dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini.
Tabel 5.4.
Kebutuhan Biaya Operasional per Tahun
Kebutuhan Biaya Operasional per Tahun
No | Uraian | Jumlah Biaya (Rp) |
1 | Biaya Variabel | |
a. Biaya bahan baku | 44.340.000 | |
b. Biaya saprotan | 13.972.000 | |
c. Tenaga kerja borongan | 26.000.000 | |
d. Biaya sertifikasi bibit | 11.550.000 | |
2 | Biaya Overhead | |
a. Biaya listrik | 600.000 | |
b. Biaya telepon | 1.200.000 | |
c. Biaya tenaga kerja tetap | 48.000.000 | |
Jumlah | 131.162.000 |
Upah tenaga kerja tetap yang terlibat dalam usaha ini tidak mengalami kenaikan karena menyesuaikan dengan upah minimum provinsi. Tenaga kerja borongan bersifat tidak tetap yang diupah Rp 100 untuk setiap bibit sehingga besarnya upah tidak tergantung jumlah tenaga kerja yang digunakan. Kegiatan yang dilakukan tenaga kerja borongan meliputi okulasi, pendongkeran dan pengangkutan bibit ke showroom. Tenaga kerja borongan tergantung pada jumlah produksi bibit. Biaya listrik dan telepon juga diasumsikan tetap tiap tahunnya. Kebutuhan biaya operasional yang dibutuhkan dalam usaha pembibitan tanaman buah-buahan per tahun.
Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja
Sumber dana untuk usaha pembibitan tanaman buah-buahan berasal dari dana sendiri dan kredit perbankan. Dana investasi seluruhnya berasal dari dana sendiri, sedangkan dana modal kerja berasal dari kredit bank dan dana sendiri dengan perbandingan 35% kredit bank dan 65% dari dana sendiri. Untuk mendapatkan kredit, pihak bank mensyaratkan bahwa penangkar harus mempunyai dana investasi sendiri. Secara keseluruhan besarnya dana untuk investasi dan modal kerja usaha pembibitan tanaman buah-buahan mencapai Rp 196.782.000.
Dari tabel 5.5. dapat diketahui bahwa untuk kebutuhan investasi dibutuhkan dana sebesar Rp 65.620.000 sedangkan untuk kebutuhan modal kerja dibutuhkan dana sebesar Rp 131.162.000terdiri dari kredit modal kerja sebesar Rp 45.906.700 atau 35% dan dana sendiri sebesar Rp 85.255.300 atau 65%.
Tabel 5.5.
Kebutuhan Modal Investasi dan Modal Kerja
Kebutuhan Modal Investasi dan Modal Kerja
No | Uraian | Persentase | Total Biaya (Rp) |
1 | Dana Investasi | ||
a. Kredit | 0% | 0 | |
b. Dana Sendiri | 100% | 65.620.000 | |
Jumlah Dana Investasi | 65.620.000 | ||
2 | Dana Modal Kerja | ||
a. Kredit | 35% | 45.906.700 | |
b. Dana Sendiri | 65% | 85.255.300 | |
Jumlah Dana Modal Kerja | 131.162.000 | ||
3 | Total Dana Proyek | ||
a. Kredit | 23,33% | 45.906.700 | |
b. Dana Sendiri | 76,67% | 150.875.300 | |
Jumlah Dana Proyek | 196.782.000 |
Dana yang berasal dari bank yaitu KreditModal Kerja akan dikembalikan dalam jangka waktu 1 tahun dengan bunga15,75% dengan angsuran dibayarkan setiap bulan (Tabel 5.6.)
Tabel 5.6.
Angsuran Pokok dan Angsuran Bunga.
Angsuran Pokok dan Angsuran Bunga.
Periode | Angsuran Pokok | Angsuran Bunga | Total Angsuran | Saldo Akhir |
45.906.700
| ||||
Bulan 1 | 3.825.558 |
602.525
|
4.428.084
|
42.081.142
|
Bulan 2 | 3.825.558 |
552.315
|
4.377.873
|
38.255.583
|
Bulan 3 | 3.825.558 |
502.105
|
4.327.663
|
34.430.025
|
Bulan 4 | 3.825.558 |
451.894
|
4.277.452
|
30.604.467
|
Bulan 5 | 3.825.558 |
401.684
|
4.227.242
|
26.778.908
|
Bulan 6 | 3.825.558 |
351.476
|
4.177.032
|
22.953.350
|
Bulan 7 | 3.825.558 |
301.263
|
4.126.821
|
19.127.792
|
Bulan 8 | 3.825.558 |
251.052
|
4.076.611
|
15.302.233
|
Bulan 9 | 3.825.558 |
200.842
|
4.026.611
|
11.476.675
|
Bulan 10 | 3.825.558 |
150.631
|
3.976.190
|
7.651.117
|
Bulan 11 | 3.825.558 |
100.210
|
3.925.979
|
3.825.558
|
Bulan 12 | 3.825.558 |
50.210
|
3.875.769
|
0
|
Total 1 Tahun | 45.906.700 |
3.916.415
|
49.823.115
|
Produksi dan Pendapatan
Bibit tanaman durian, mangga dan rambutan diproduksi setahun sekali. Total kehilangan hasil pembibitan diasumsikan 30% dan sama setiap tahunnya sehingga jumlah total produksi bibit tiap tahun 70.000 bibit terdiri dari durian Kani 24.500 bibit, mangga 14.000 bibit terdiri dari Arumanis 10.500 bibit dan Lalijiwa 3.500 bibit, rambutan Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah masing-masing 10.500 bibit sebagaimana terlihat pada Tabel 5.7.
Bibit yang dihasilkan berukuran 30-40 cm dan dijual secara borongan dengan harga jual bibit durian Kani Rp 4000/bibit, mangga Arumanis Rp 2500/bibit dan mangga Lalijiwa Rp 3000/bibit. Sedangkan untuk rambutan baik itu rambutan Binjai, Lebak Bulus maupun Rapiah dijual dengan harga Rp 2000/bibit. Jumlah bibit terjual diasumsikan 80% dari total produksi bibit dan bibit yang tidak terjual dapat dijual kembali pada tahun berikutnya. Pada tahun ke-1, bibit yang terjual adalah 56.000 dari produksi 70.000 bibit sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp 158.200.000. Pada tahun ke-2, bibit yang terjual adalah 67.200 bibit dari produksi 70.000 bibit ditambah sisa produksi bibit tahun pertama sehingga diperoleh pendapatan Rp 189.840.000. Pada tahun ke-3, bibit yang terjual adalah 69.440 bibit dari produksi 70.000 bibit ditambah sisa produksi bibit tahun kedua sehingga diperoleh pendapatan Rp 196.168.000. Secara rinci proyeksi produksi dan pendapatan dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 6.
Tabel 5.7.
Proyeksi Produksi dan Pendapatan Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
Proyeksi Produksi dan Pendapatan Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
Uraian | Tahun 1 | Tahun 2 | Tahun 3 |
Produksi (bibit) | |||
a. Durian Kani | 24.500 | 24.500 | 24.500 |
b. Mangga Arumanis dan Lalijiwa | 14.000 | 14.000 | 14.000 |
c. Rambutan Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah | 31.500 | 31.500 | 31.500 |
Jumlah | 70.000 | 70.000 | 70.000 |
Pendapatan | |||
Bibit : | |||
a. Durian Kani | 19.600 | 23.520 | 24.304 |
b. Mangga Arumanis dan Lalijiwa | 11.200 | 13.440 | 13.888 |
c. Rambutan Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah | 25.200 | 30.240 | 31.248 |
Jumlah | 56.000 | 67.200 | 69.440 |
Nilai (Rupiah) | |||
a. Durian Kani | 78.400.000 | 94.080.000 | 97.216.000 |
b. Mangga Arumanis dan Lalijiwa | 29.400.000 | 35.250.000 | 36.456.000 |
c. Rambutan Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah | 50.400.000 | 60.480.000 | 62.946.000 |
Jumlah | 158.200.000 | 189.840.000 | 196.168.000 |
Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point
Proyeksi laba rugi merupakan suatu gambaran potensi keuntungan atau kerugian yang akan diperoleh dari suatu usaha atau proyek. Perhitungan proyeksi laba dan rugi menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha pembibitan tanaman buah-buahan memperoleh keuntungan sebesar Rp 1.633.347 dengan profit on sales sebesar 1,03% dan Break Even Point (BEP) dalam rupiah adalah Rp 154.243.693. Potensi keuntungan tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun hingga tahun ketiga memperoleh keuntungan bersih Rp 37.235.100 dengan profit on sales sebesar 18,98% dan BEPRp 121.317.074 (Tabel 5.8.)
Tabel 5.8.
Proyeksi Laba Rugi Usaha dan Break Even Point per Tahun
Proyeksi Laba Rugi Usaha dan Break Even Point per Tahun
No | Uraian | Tahun 1 | Tahun 2 | Tahun 3 |
A | Total Pendapatan | 158.200.000 | 189.840.000 | 198.168.000 |
B | Total Pengeluaran | 156.278.415 | 152.362.000 | 152.362.000 |
C | L/R Sebelum Pajak | 1.921.585 | 37.478.000 | 43.806.000 |
D | Pajak (15%) | 288.238 | 5.621.700 | 6.570.900 |
E | Laba Setelah Pajak | 1.633.347 | 31.856.300 | 37.235.100 |
F | Profit on Sales | 1,03% | 16,78% | 18,98% |
G | BEP : Rupiah | 154.243.693 | 124.252.291 | 121.317.074 |
Rata-rata keuntungan bersih selama 3 tahun mencapai Rp 23.030.467 per tahun sedangkan profit on sales rata-rata mencapai 12,26% per tahun. Sementara rata-rata Break Even Point (BEP) dalam rupiah selama 3 tahun mencapai Rp 133.271.019 per tahun.
No comments:
Post a Comment