1.
|
|
|
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal
dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini
kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di
Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur
dinamakan gedang.
|
2.
|
JENIS TANAMAN
|
|
Klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai
berikut:
Divisi
|
: Spermatophyta
|
Sub Divisi
|
: Angiospermae
|
Kelas
|
: Monocotyledonae
|
Keluarga
|
: Musaceae
|
Genus
|
: Musa
|
Species
|
: Musa spp.
|
Jenis pisang dibagi menjadi:
1)
|
Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M.
paradisiaca var Sapientum, M. nana atau disebut juga M.
cavendishii, M. sinensis.
Misalnya pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas.
|
2)
|
Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M.
paradisiaca forma typicaatau disebut juga M. paradisiaca
normalis.
Misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok.
|
3)
|
Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia
dimanfaatkan daunnya.
Misalnya pisang batu dan klutuk.
|
4)
|
Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila
(abaca).
|
|
3.
|
MANFAAT TANAMAN
|
|
Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan
sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja,
sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan
untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun
pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam makanan trandisional Indonesia.
Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb.
Batang pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan
makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana
rumput tidak/kurang tersedia.
Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai
obat disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang
digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun. |
4.
|
SENTRA PENANAMAN
|
|
Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan
tanaman pisang. Pusat produksi pisang di Jawa Barat adalah Cianjur,
Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon.
Tidak diketahui dengan pasti berapa luas perkebunan pisang di Indonesia.
Walaupun demikian Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok
pisang segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia,
Negeri Belanda, Amerika Serikat dan Perancis. Nilai ekspor tertinggi pada
tahun 1997 adalah ke Cina.
|
5.
|
SYARAT TUMBUH
|
|
5.1.
|
Iklim
1.
|
Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung
pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah
subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air
disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat
diharapkan.
|
2.
|
Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang
dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
|
3.
|
Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun
dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan
ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang.
|
|
5.2.
|
Media Tanam
1.
|
Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus,
mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga
sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan.
|
2.
|
Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh
menggenang karena pertanaman pisang harus diari dengan intensif.
Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50 – 200 cm, di daerah
setengah basah 100 – 200 cm dan di daerah kering 50 – 150 cm. Tanah
yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang
baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah
yang mengandung garam 0,07%.
|
|
5.3.
|
Ketinggian Tempat
Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya
dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl.
Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl
|
|
6.
|
PEDOMAN BUDIDAYA
|
|
6.1.
|
Pembibitan
Pisang diperbanyak dengan cara vegetatif berupa tunas-tunas (anakan).
- Persyaratan
Bibit
Tinggi anakan yang dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar
potongan umbi 15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yang berbuah
baik dan sehat. Tinggi bibit akan berpengaruh terhadap produksi
pisang (jumlah sisir dalam tiap tandan). Bibit anakan ada dua
jenis: anakan muda dan dewasa. Anakan dewasa lebih baik digunakan
karena sudah mempunyai bakal bunga dan persediaan makanan di dalam
bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yang berbentuk tombak (daun
masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih
diutamakan daripada bibit dengan daun yang lebar.
- Penyiapan
Benih
Bibit dapat dibeli dari daerah/tempat lain atau disediakan di
kebun sendiri. Tanaman untuk bibit ditanam dengan jarak tanam agak
rapat sekitar 2 x 2 m. Satu pohon induk dibiarkan memiliki tunas
antara 7-9. Untuk menghindari terlalu banyaknya jumlah tunas
anakan, dilakukan pemotongan/penjarangan tunas.
- Sanitasi
Bibit Sebelum Ditanam
Untuk menghindari penyebaran hama/penyakit, sebelum ditanam
bibit diberi
perlakuan sebagai berikut:
a)
|
Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di
akar.
|
b)
|
Simpan bibit di tempat teduh 1-2 hari sebelum
tanam agar luka pada umbi mengering. Buang daun-daun yang lebar.
|
c)
|
Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam
insektisida 0,5–1% selama 10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.
|
d)
|
Jika tidak ada insektisida, rendam umbi bibit di
air mengalir selama 48 jam.
|
e)
|
Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di
dalam air panas beberapa menit.
|
|
|
6.2.
|
Pengolahan Media Tanam
- Pembukaan
Lahan
Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana
ekonomi dan letak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus
diperhatikan segi keamanan sosial.
Untuk membuka lahan perkebunan pisang, dilakukan pembasmian gulma,
rumput atau semak-semak, penggemburan tanah yang masih padat;
pembuatan sengkedan dan pembuatan saluran pengeluaran air.
- Pembentukan
Sengkedan
Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar
sengkedan tergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung
sengkedan ditahan dengan rerumputan atau batu-batuan jika
tersedia. Dianjurkan untuk menanam tanaman legum seperti lamtoro
di batas sengkedan yang berfungsi sebagai penahan erosi, pemasuk
unsur hara N dan juga penahan angin.
- Pembuatan
Saluran Pembuangan Air
Saluran ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan
tanah-tanah datar. Di atas landasan dan sisi saluran ditanam
rumput untuk menghindari erosi dari landasan saluran itu sendiri.
|
|
6.3.
|
Teknik Penanaman
- Penentuan
Pola Tanaman
Jarak tanam tanaman pisang cukup lebar sehingga pada
tiga bulan pertama memungkinkan dipakai pola tanam tumpang
sari/tanaman lorong di antara tanaman pisang. Tanaman tumpang
sari/lorong dapat berupa sayur-sayuran atau tanaman pangan
semusim.
Di kebanyakan perkebunan pisang di wilayah Asia yang curah hujannya tinggi, pisang
ditanam bersama-sama dengan tanaman perkebunan kopi, kakao, kelapa
dan arecanuts. Di India Barat, pisang untuk ekspor ditanam secara
permanen dengan kelapa.
- Pembuatan
Lubang Tanam
Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30
x 30 cm atau 40 x40 x 40 cm untuk tanah-tanah gembur. Jarak tanam
3 x 3 m untuk tanah sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.
- Cara
Penanaman
Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September-Oktober).
Sebelum tanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk
kandang/kompos sebanyak 15– 20 kg. Pemupukan organik sangat
berpengaruh terhadap kualitas rasa buah.
|
|
6.4.
|
Pemeliharaan Tanaman
- Penjarangan
Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas
3-4 batang. Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga
dalam satu rumpun terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur
(fase pertumbuhan). Setelah 5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti
dengan tanaman yang baru.
- Penyiangan
Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar
pertumbuhan anak dan juga induk baik. Penyiangan dilakukan
bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dapuran oleh tanah
agar perakaran dan tunas bertambah banyak. Perlu diperhatikan
bahwa perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah permukaan
tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam.
- Perempalan
Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman
dan sanitasi lingkungan terjaga. Pembuangan daun-daun ini
dilakukan setiap waktu.
- Pemupukan
Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu
hektar, pisang memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg
KCl dan 200 kg batu kapur sebagai sumber kalsium.
Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun
yang diletakkan di dalam larikan yang mengitari rumpun tanaman. Setelah
itu larikan ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan fosfat dan kalium
dilaksanakan 6 bulan setelah tanam (dua kali dalam setahun).
- Pengairan
dan Penyiraman
Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama
pengairannya terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau
mengisi parit-parit/saluran air yang berada di antara barisan
tanaman pisang.
- Pemberian
Mulsa
Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering
ataupun basah. Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah
dan menekan gulma, tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan
perakaran menjadi dangkal sehingga pada waktu kemarau tanaman
merana. Karena itu mulsa tidak boleh dipasang terus menerus.
- Pemeliharaan
Buah
Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir
harus dipotong agar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah
sisir pisang mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus dengan
kantung plastik bening. Kantung plastik polietilen dengan
ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25 cm. Jarak tiap
lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah sedemikian rupa sehingga
menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah
ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tanaman tidak
rebah akibat beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu
yang dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah.
|
|
|
7.
|
HAMA
DAN PENYAKIT
|
|
7.1.
|
Hama
1.
|
Ulat daun (Erienota thrax.)
Bagian yang diserang adalah daun.
Gejala: daun
menggulung seperti selubung dan sobek hingga tulang daun.
Pengendalian: dengan
menggunakan insektisida yang cocok belum ada, dapat dicoba dengan
insektisida Malathion.
|
2.
|
Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)
Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang.
Gejala:
lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh
lorong.
Pengendalian: sanitasi
rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit
yang telah disucihamakan.
|
3.
|
Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus
similis).
Bagian yang diserang adalah akar.
Gejala: tanaman
kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar,
akar bengkak.
Pengendalian: gunakan bibit
yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan
dengan kadar lempung kecil.
|
4.
|
Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)
Bagian yang diserang adalah bunga dan buah.
Gejala:
pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya
70 ekor di tandan pisang.
Pengendalian: dengan
menggunakan insektisida.
|
|
7.2.
|
Penyakit
1.
|
Penyakit darah
Penyebab:
Xanthomonas celebensis (bakteri). Bagian yang diserang adalah jaringan
tanaman bagian dalam.
Gejala: jaringan
menjadi kemerah-merahan seperti berdarah.
Pengendalian:
dengan membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
|
2.
|
Panama
Penyebab: jamur
Fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun.
Gejala: daun layu
dan putus, mula-mula daun luar lalu daun di bagian dalam, pelepah daun
membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam.
Pengendalian:
membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
|
3.
|
Bintik daun
Penyebab: jamur
Cercospora musae. Bagian yang diserang adalah daun dengan gejala bintik
sawo matang yang makin meluas.
Pengendalian:
dengan menggunakan fungisida yang mengandung Copper oksida atau Bubur
Bordeaux
(BB).
|
4.
|
Layu
Penyebab: bakteri Bacillus . Bagian yang diserang adalah akar.
Gejala: tanaman
layu dan mati.
Pengendalian:
membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
|
5.
|
Daun pucuk
Penyebab: virus
dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Bagian yang
diserang adalah daun pucuk.
Gejala: daun pucuk
tumbuh tegak lurus secara berkelompok.
Pengendalian: cara
membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
|
|
7.3.
|
Gulma
Tidak lama setelah tanam dan setelah kanopi dewasa terbentuk, gulma akan
menjadi persoalan yang harus segera diatasi. Penanggulangan dilakukan
dengan:
1.
|
Penggunaan herbisida seperti Paraquat, Gesapax 80
Wp, Roundup dan dalapon.
|
2.
|
Menanam tanaman penutup tanah yang dapat menahan
erosi, tahan naungan, tidak mudah diserang hama-penyakit, tidak
memanjat batang pisang. Misalnya Geophila repens.
|
3.
|
Menutup tanah dengan plastik polietilen.
|
|
|
8.
|
P A N E N
|
|
8.1.
|
Ciri dan Umur Panen
Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan
oleh umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun
bendera. Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan
siku-siku buah yang masih jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur panen
harus didasarkan pada jumlah waktu yang diperlukan untuk pengangkutan
buah ke daerah penjualan sehingga buah tidak terlalu matang saat sampai
di tangan konsumen. Sedikitnya buah pisang masih tahan disimpan 10 hari
setelah diterima konsumen.
|
8.2.
|
Cara Panen
Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang
diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang
tajam dan bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam
posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa
mengotori buah.
Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat diakibatkan
oleh pergesekan buah dengan tanah.
Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan
sama sekali. Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong
sampai setinggi 1 m dari permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan
untuk memacu pertumbuhan tunas. |
8.3.
|
Periode Panen
Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari
sekali tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.
|
8.4.
|
Perkiraan Produksi
Belum ada standard produksi pisang di Indonesia, di sentra pisang dunia
produksi 28 ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah
tangga. Untuk perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (> 30
ha), produksi yang ekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.
|
|
9.
|
PASCA PANEN
|
|
Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun
pisang kering untuk mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran
dengan menggunakan kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar
negeri, sisir pisang dilepaskan dari tandannya kemudian dipilah-pilah
berdasarkan ukurannya. Pengepakan dilakukan dengan menggunakan wadah
karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke dos dengan posisi terbalik dalam
beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan di ujung sisir buah pisang
disucihamakan untuk menghindari pembusukan.
|
10.
|
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
|
|
10.1.
|
Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya pisang dengan luasan 1 ha di daerah Jawa .
1) Biaya produksi 1 ha pisang dari tahun ke-1 sampai ke-4
adalah:
a)
|
Tahun ke-1
|
Rp. 5.338.000,-
|
b)
|
Tahun ke-2
|
Rp. 4.235.000,-
|
c)
|
Tahun ke-3
|
Rp. 4.518.000,-
|
d)
|
Tahun ke-4
|
Rp. 4.545.300,-
|
2) Penerimaan tahun ke I sampai IV *)
a)
|
Tahun ke-1: 0,8 x 1.000 tandan
|
Rp. 6.000.000,-
|
b)
|
Tahun ke-2: 0,8 x 2.000 tandan
|
Rp. 12.000.000,-
|
c)
|
Tahun ke-3: 0,8 x 2.000 tandan
|
Rp. 12.000.000,-
|
d)
|
Tahun ke-4: 0,8 x 2.000 tandan
|
Rp. 12.000.000,-
|
3) Keuntungan
a)
|
Keuntungan selama 4 tahun penanaman
|
Rp. 23.363.700,-
|
b)
|
Keuntungan/tahun
|
Rp. 5.840.925,-
|
4) Parameter Kelayakan Usaha
a)
|
Output/Input rasio
|
= 2,150
|
Keterangan : *) perkiraan harga 1 dengan harga paling rendah tandan Rp. 7.500,-
bisa disesuiakan dengan harga sekarang Paling rendah Rp.22.500,- sa'at ini atau tiga kalilipatnya.
|
10.2.
|
Gambaran Peluang Agribisnis
Perkebunan pisang yang permanen (diusahakan terus menerus) dengan mudah
dapat ditemukan di Meksiko, Jamaika, Amerika Tengah, Panama,
Kolombia, Ekuador dan Filipina. Di negara tersebut, budidaya pisang sudah
merupakan suatu industri yang didukung oleh kultur teknis yang prima dan
stasiun pengepakan yang modern dan pengepakan yang memenuhi standard
internasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa pisang memang komoditas
perdagangan yang sangat tidak mungkin diabaikan. Permintaan pisang dunia
memang sangat besar terutama jenis pisang Cavendish yang meliputi 80%
dari permintaan total dunia.
Selain berpeluang dalam ekspor pisang utuh, saat ini ekspor pure
pisang juga memberikan peluang yang baik. Pure pisang biasanya dibuat
dari pisang cavendish dengan kadar gula 21-26 % atau dari pisang lainnya
dengan kadar gula < 21%.
Di Indonesia pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga atau kebun
yang sangat kecil. Standard internasional perkebunan pisang kecil adalah
10-30 ha. Angka ini belum dicapai di Indonesia. Tanah dan iklim
kita sangat mendukung penanaman pisang, karena itu secara teknis
pendirian perkebunan pisang mungkin dilakukan. |
|
11.
|
STANDAR PRODUKSI
|
|
11.1.
|
Ruang Lingkup
Standar ini meliputi: klasifikasi dan, syarat mutu, cara pengambilan
contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan.
|
11.2.
|
Diskripsi
Standar buah pisang ini mengacu kepada SNI 01-4229-1996.
|
11.3.
|
Klasifikasi dan Standar Mutu
a)
|
Tingkat Ketuaan Buah (%): Mutu I=70-80; Mutu II
<70 & >80
|
b)
|
Keseragaman Kultivar: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
|
c)
|
Keseragaman Ukuran: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
|
d)
|
Kadar kotoran (% dalam bobot kotoran/bobot): Mutu
I=0; Mutu II= 0
|
e)
|
Tingkat kerusakan fisik/mekanis (% Bobot/bobot):
Mutu I=0; Mutu II=0
|
f)
|
Kemulusan Kulit (Maksimum): Mutu I=Mulus; Mutu
II=Mulus
|
g)
|
Serangga: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
|
h)
|
Penyakit: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
|
Adapun persyaratan berdasarkan klasifikasi pisang adalah sebagai berikut:
a)
|
Panjang Jari (cm): Kelas A 18,1-20,0; Kelas B
16,1-18,0; Kelas C 14,1-16,0
|
b)
|
Berat Isi (kg): Kelas A > 3,0; Kelas B 2,5-3,0;
Kelas C < 2,5
|
c)
|
Dimeter Pisang (cm): Kelas A 2,5; Kelas B > 2,5;
Kelas C < 2,5
|
Untuk mencapai dan mengetahui syarat mutu harus dilakukan pengujian yang
meliputi :
a)
|
Penentuan Keseragaman Kultivar.
Cara kerja dari pengujian adalah ; Hitung jumlah dari seluruh contoh
buah pisang segar, amati satu persatu secara visual dan pisahkan buah
yang tidak sesuai dengan untuk kultivar ang besangkutan. Hitung jumlah
jari buah pisang yang tidak sesuai dengan kultivar tersebut. Hitung
persentase jumlah jari buah pisang yang dinilai mempunyai bentuk dan
warna yang tidak khas untuk kultivar yang bersangkutan terhadap jumlah
jari keseluruhannya.
|
b)
|
Penentuan Keseragaman Ukuran Buah.
Ukur panjang dari setiap buah contoh dan dihitung mulai dari ujung buah
sampai pangkal tangkai dari seluruh contoh uji dengan menggunakan alat
pengukur yang sesuai. Ukur pula garis tengah buah dengan menggunakan
mistar geser. Pisahkan sesuai dengan penggolongan yang dinyatakan pada
label di kemasan.
|
c)
|
Penentuan Tingkat Ketuaan.
Perhatikan sudut-sudut pada kulit buah pisang segar. Buah yang tidsak
bersudut lagi (hampir bulat) berati sudah tua 100%, sedangkan yang
masih sangat nyata sudutnya berarti tingkat ketuaan masih 70% atau
kurang.
|
d)
|
Penentuan Tingkat Kerusakan Fisik/Mekanis
Hitung jumlah jari dari seluruh contoh buah pisang. Amati satu persatu
jari buah secara visual dan pisahkan buah yang dinilai mengalami
kerusakan mekanis/fisik berupa luka atau memar. Hitung jumlah yang
rusak lalu bagi dengan jumlah keseluruhannya dan dikalikan dengan 100%.
|
e)
|
Penentuan Kadar Kotoran
Timbang seluruh contoh buah yang diuji, amati secara visual kotorang
yang ada, pisahkan kotoran yang ada pada buah dan kemasannya seperti
tanah, getah, batang, potongan daun atau benda lain yang termasuk dalam
istilah kotoran yang menempel pada buah dan kemasan, lalu timbang
seluruh kotorannya. Berat kotoran per berat seluruh contoh buah yang
diuji kali dengan 100%.
|
|
11.4.
|
Pengambilan Contoh
Satu partai/lot buah pisang segar terdiri dari maksimum 1000 kemasan.
Contoh diambil secara acak sebanyak jumlah kemasan.
a)
|
Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100,
contoh yang diambil 5.
|
b)
|
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan
300, contoh yang diambil 7.
|
c)
|
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh
yang diambil 9.
|
d)
|
Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh
yang diambil 10.
|
|
11.5
|
Pengemasan
Untuk pisang tropis, kardus karton yang digunakan berukuran 18 kg atau 12
kg. Kardus dapat dibagi menjadi dua ruang atau dibiarkan tanpa pembagian
ruang. Sebelum pisang dimasukkan, alasi/lapisi bagian bawah dan sisi
dalam kardus dengan lembaran plastik/kantung plastik. Setelah pisang
disusun tutup pisang
dengan plastik tersebut. Dapat saja kelompok (cluster) pisang dibungkus
dengan plastik lembaran/kantung plastik sebelum dimasukkan ke dalam
kardus karton.
Pada bagian luar dari kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain:
a)
|
Produksi Indonesia
|
b)
|
Nama kultivar pisang
|
c)
|
Nama perusahaan/ekspotir
|
d)
|
Berat bersih
|
e)
|
Berat kotor
|
f)
|
Identitas pembeli
|
g)
|
Tanggal panen
|
h)
|
Saran suhu penyimpanan/pengangkutan
|
|
|
12.
|
DAFTAR PUSTAKA
|
|
1.
|
Rismunandar. 1990. Bertanam Pisang. C.V. Sinar Baru. Bandung
|
2.
|
Rismunandar. 1990. Membudidayakan Tanaman Buah-buahan.
C.V. Sinar Baru. Bandung.
|
3.
|
Stover, R.H & N.W. Simmonads. 1993. Banana.
Tropical Agriculture Series. Longman Scientific ang Technical. New York.
|
4.
|
Hendro Soenarjono. 1998. Teknik Memanen Buah Pisang
agar Berkualitas Baik. Trubus no. 341.
|
|
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di
Perdesaan, BAPPENAS
Referensi ini bisa dikalkulasikan dengan keadaan sekarang. |
No comments:
Post a Comment