Translate

Wednesday, December 17, 2014

BATU CICIN (REVERENSI DARI VIVANEWS)

Batu akik yang bernilai tinggi dan mulai menjadi tren di kalangan masyarakat.

Bongkahan batu itu teronggok di halaman sebuah rumah. Beratnya sekitar 25 kilogram. Teksturnya kasar, dengan bagian tengah berwarna kuning kecokelatan.

Secara kasat mata, tidak ada yang istimewa. Layaknya bongkahan batu biasa. Tapi, siapa sangka, tak mudah mendapatkan batu itu.

Dani (34), sang penambang, warga Kampung Tanjakan Pasang, Desa Sukarame, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut, perlu berminggu-minggu memburu bongkahan batu itu. Dia sudah menekuni profesi itu sejak usia 12 tahun.
"Sudah 20 tahun lebih jadi penambang, sejak keluar SD," ujar Dani saat ditemui VIVA.co.id, Rabu, 26 November 2014.

Ya, dari bongkahan batu itu, batu akik berasal. Batu yang kini nilainya bisa mencapai jutaan hingga miliaran rupiah. Ladang bisnis baru pun mencuat.
Kondisi ini barangkali yang sedang dialami sebagian masyarakat saat ini, seiring menjamurnya penggemar batu akik yang kian mewabah. Hampir sebagian besar warga di perkotaan maupun perkampungan, kini senang membicarakan batu akik.
Bahkan, bukan hanya di kalangan masyarakat, pegawai di lingkungan pemerintahan, Kepolisian maupun TNI, serta perusahaan swasta juga ikut menggilai batu akik.

Puluhan perajin batu akik pun mendapatkan berkah, karena selalu dijejali para penggemar, untuk membuat batu akik sesuai selera, dengan berbagai bentuk maupun jenis.

Namun, bisnis batu akik ini sebetulnya sudah lama menjamur. Pertumbuhan bisnis ini didorong oleh minat masyarakat pencinta batu akik. Demikian diungkapkan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Nus Nuzulia Ishak, kepadaVIVA.co.id, Rabu malam 26 November 2014.

"Kadang-kadang, kalau bertanya pada orangtua kita dahulu yang hobi mengoleksi batu akik, mereka pasti memiliki koleksi pribadi beberapa batu akik kesayangannya," kata dia.

Namun, Nus mengaku bahwa bisnis batu akik ini tengah booming kembali, didorong oleh hobi dan kesukaan pencinta batu akik. "Batu akik, harus kita akui telah tumbuh menjadi salah satu aksesori penampilan yang menarik bagi kaum pria," ujarnya.

Tak hanya didorong oleh minat tertentu, pertumbuhan bisnis batu ini juga didorong dengan gaya hidup. Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, Euis Saedah, di tempat terpisah, mengatakan bahwa batu-batuan acapkali memang dijadikan sebagai perhiasan.

"Sejalan dengan lifestyle Jawa (batu akik kerap digunakan untuk mata cincin), juga dipastikan kelas menengah ke atas sudah pasti ingin bergaya. Salah satunya, batu yang dihadirkan mereka untuk tampil lebih baik," kata Euis ketika dihubungi VIVA.co.id.

Euis mengungkapkan bahwa jumlah perajin batu, menurut perhitungan kasar, saat ini ada sekitar 200 perajin batu. Sementara itu, penjualnya mencapai ribuan orang.

Perputaran uang Rp10 miliarPasar batu akik memang bergantung pada hobi dan minat pencinta batu ini. Tetapi, potensi pasarnya pun cukup bagus.

"Peningkatan permintaan batu akik ini dapat dilihat dari perputaran uang yang terjadi di Jakarta Gems Center di Rawa Bening, yang kisarannya Rp5-10 miliar per hari," kata Nus.

Nilai tersebut, lanjut mantan Dirjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan itu, diperoleh dari penjualan batu akik per butir yang berkisar Rp35 ribu-2 juta.

Bisnis batu akik pun, dia menambahkan, turut mendorong bisnis turunannya, seperti emban dan pengolahan batu. Disebutkan kedua bisnis ini bersifat komplementer.

Pemerintah turut mendukung upaya pertumbuhan bisnis batu akik ini. Memang, bisnis ini kebanyakan digeluti usaha kecil dan menengah (UKM).

Kementerian Perindustrian, kata Euis, ikut membantu industri batu akik, yang masuk ke dalam kategori perhiasan ini, dengan memberikan pelatihan serta bantuan alat, pemasaran produk, dan ekspor.

Nus pun sependapat, pemerintah mendorong tumbuhnya sentra penjualan batu akik seperti di Jakarta, yaitu Jakarta Gemstone di Pasar Rawa Bening dan Gemstone Grand Cakung.

Selain di Jakarta, upaya pemerintah mengembangkan bisnis batu akik juga dilakukan di tempat lain yang berpotensi sumber daya mineral itu, seperti di Jawa Barat, Banten, Kalimantan Timur, dan Maluku Utara.

"Upaya lainnya yang dilakukan pemerintah daerah maupun pusat dalam mendukung pertumbuhan bisnis batu akik adalah dengan mengikutsertakan pengusaha perhiasan, termasuk batu permata dan akik pada ajang promosi dagang baik di tingkat nasional maupun internasional," kata dia.

Sementara itu, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga ikut andil mendorong usaha batu akik ini. Deputi Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, Emil Suhaimi, mengatakan, pihaknya cenderung membidik pelaku usahanya.

"Kalau kami, cenderung ke pemberdayaannya, misalnya memberi akses pasar dan memfasilitasi (pengolahan batu) dengan teknik produk terbaik. Dia pakai teknologi apa, kami berikan akses ke sumber daya manusianya," kata Emilia ketika dihubungi VIVA.co.id.

Lalu, adakah nilai perdagangan bisnis ini?
Nus mengatakan, berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No.4/M-DAG/PER/1/2014 mengenai Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan Hasil Pengolahan dan Pemurnian, dijelaskan bahwa produk batuan akik dibatasi untuk perdagangan ekspor. Tetapi, untuk perhiasan dari batu akik (cincin, kalung, dan sebagainya) tidak dilarang untuk diekspor.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor perhiasan dari batu akik yang terdiri atas HS 710399 dan HS 710310, sejak 2009 hingga 2013, cenderung tidak ada aktivitas perdagangan ekspor. Kondisi ini menunjukkan perdagangan batu akik di pasar internasional memang tidak terlalu besar, atau dapat pula perdagangan batu akik yang terjadi belum tercatat oleh Badan Pusat Statistik.

"Kondisi ini disebabkan perdagangan batu akik lazimnya dalam volume yang tidak terlalu banyak pada setiap transaksinya. Demikian pula, transaksi penjualan batu akik yang terjadi pada pameran dagang antara buyer luar negeri, di mana pada umumnya membeli beragam item dalam jumlah yang tidak terlalu banyak (hand carry)," kata Nus.

Tak bisa jadi alat investasiMeskipun nilainya cukup fantastis, batu akik ternyata belum bisa digunakan sebagai alat investasi. Sebab, batu akik masih bersegmen terbatas dan cenderung mengikuti tren. Berbeda dengan emas yang sudah diakui internasional.

"Lagipula, tidak mudah menjualnya. Itu disesuaikan dengan demand. Misalnya, hari ini trennya batu bacan, kemudian besok trennya apa lagi," kata Euis.

Pernyataan serupa dilontarkan Nus. Kata dia, pasar batu akik masih terbatas. "Batu akik saat ini masih memiliki segmen pemakai yang terbatas. Sedangkan emas, sudah memiliki pengakuan global sebagai logam mulia yang tidak terbatas pasarnya, yang mana faktor tersebut tidak dimiliki oleh batu akik," ujarnya.

Kendati demikian, Euis mengatakan bahwa Indonesia berpotensi untuk menjadi wisata batu akik. Beberapa tahun yang lalu, ide wisata batu akik pun sempat terlontar. "Indonesia potensial banget. Setiap pulau beda-beda batunya," kata dia.

Selain itu, lanjut Euis, Indonesia memiliki sumber daya manusia yang bisa merangkai batu untuk dijadikan perhiasan.

"Kekuatan kami di seni untuk merangkai batu dijadikan perhiasan. Batu akik potensi banget menjadi kekuatan ekonomi kita di pengolahan batu, pengasahan, dan desain untuk aksesori," kata dia.

Kalaupun wisata batu akik bisa terlaksana, Euis menginginkan agar kawasan tersebut bisa seperti Thailand yang punya wisata batu akik. "Bisa melihat orang mengerjakan batu dan ada tempat untuk berjualan rangka batu dan ada tempat untuk belanja," tuturnya.

Keuntungan menggiurkanMaraknya bisnis batu akik memang membawa berkah bagi sebagian orang, tak terkecuali Ade Hermansyah (26). Ia sudah dua tahun menekuni usaha ini, terutama sejak batu akik mulai ramai. Sebelumnya, Ade hanya seorang sopir.

Kepada VIVA.co.id, sebelum menjadi perajin dan pengolah batu, ia mengaku sudah lama senang batu dan sempat belajar mengolahnya di tempat orang. “Saya tertarik menekuni pekerjaan ini, karena keuntungannya sangat menggiurkan,” ujarnya.

Menurut dia, keuntungan dari usaha batu itu bisa mencapai 90 persen dari modal. Itu juga yang membuat banyak orang tertarik "main batu", karena memang keuntungannya besar. Selain itu, batu tidak ada standar harganya.

“Jasa yang saya berikan kepada orang adalah mengolah batu yang masih bongkahan menjadi batu akik yang siap pakai," kata dia.

Prosesnya mulai dari memotong, menghaluskan hingga memoles, sehingga batu menjadi bagus dan menarik. Namun, sebelum dipotong batu tersebut harus dilihat dulu, dicek seratnya, baru dipotong sesuai alur serat kemudian digosok.

Ongkos untuk satu batu sekitar Rp25 ribu. Ongkos itu untuk mengolah batu dari bongkahan sampai menjadi batu akik siap pakai. Namun, untuk para pemain biasanya ongkosnya hanya Rp20 ribu.

Dia mengaku modal awal membuka jasa pengolahan batu akik hanya Rp50 ribu, yaitu untuk beli mesin pompa air bekas. Mesin itu, dimodifikasi menjadi pemotong batu.

“Berawal dari Rp50 ribu itu, dalam sebulan saya bisa memiliki mesin gosok dan finishing, membeli etalase hingga bisa untuk modal belanja batu dan iketnya,” kenangnya.

Dalam sehari, dia bisa mengolah batu sekitar 20 buah. Jam buka dari pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. Setiap hari, pelanggannya berdatangan, jumlahnya mencapai puluhan orang. Tiap hari, selalu ramai pengunjung, meski buka di rumah dan jauh dari jalan raya.

“Setiap hari, dari jasa mengolah batu, saya bisa mengantongi uang Rp400 ribu per hari. Jika digabung, dengan hasil penjualan batu akik yang sudah jadi dan embannya bisa sampai Rp1,5 juta tiap hari," ungkapnya.
"Alat saya, cuma mesin pemotong, gerinda poles, gerinda bentuk, dan serbuk intan untukfinishing”.

Iwa Kartiwa, pemilik Saung Permata Garut, di Jalan Adung, Desa Tarogong, Kecamatan Tarogong Kidul Garut, Jawa Barat, bernasib sama. Setiap hari, ia mendapat Rp1 juta, atau sekitar Rp30 juta per bulan untuk jasanya memoles batu akik.

Dia rata-rata mampu memoles 40 buah batu akik. Baik untuk cincin maupun liontin. "Tinggal menghitung saja, 40 buah kali Rp25 ribu, sekitar Rp1 juta sehari," ujarnya kepada VIVA.co.id.

Selain jasa memoles batu, Iwa juga menjual batu akik, atau liontin yang telah jadi, bahan mentah batu akik, dan pengikatnya. Jumlah penghasilan Iwa bisa mencapai Rp50 juta per bulan, bila banyak pembeli.

Selain perajin pengolah batu, kue bisnis batu akik tentunya juga mendatangkan keuntungan bagi kolektor batu yang kini sedang menjadi incaran banyak orang. Itu dialami Gunawan, salah seorang kolektor batu akik giok Nephrite Jade dan batu lumut Indocrase di Lhokseumawe, Aceh.

Kepada VIVA.co.id, dia menuturkan, giok Aceh ini banyak diperoleh di wilayah Nagan Raya, Aceh. Batu giok Nephrite Jade dan batu lumut Indocrase, dijual dengan harga Rp8 ribu per gram, atau sekitar Rp8 juta per satu kilogram. Meski harganya selangit, niat warga untuk mendapatkan batu alam ini sangat tinggi.

“Satu hari itu bisa 15 orang datang mencari batu giok, ada yang datang nyuruh asah di sini, batunya bawa sendiri. Ada juga, beli batu di sini dan diasah di sini," katanya.

Selain giok Nephrite Jade dan Indocrase, salah satu batu akik asal Aceh lainnya adalah Black Onix. Batu ini per gramnya dijual dengan harga Rp27 ribu. Kabarnya, batu ini memiliki khasiat untuk melancarkan peredaran darah.

Selain batu dari Aceh, para kolektor lebih dulu mengenal dan memburu batu Bacan. Nama batu Bacan diambil dari Desa Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, yang merupakan daerah penghasil batu permata.

Adolf Saleky, salah satu akademisi di Universitas Pattimura, Ambon, yang juga mengoleksi puluhan batu Bacan dengan berbagai ukuran dan bentuk, kepada VIVA.co.idmengatakan, saat ini batu Bacan mulai dikenal masyarakat luas, bahkan hingga diburu para kolektor dunia.

Menurut dia, kondisi itu terpicu kabar bahwa pada suatu pertemuan resmi kepala negara dunia di Bali, mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan cenderamata berupa batu Bacan dalam bentuk cincin kepada Presiden Barack Obama.

"Ini yang kemudian membuat batu Bacan ini populer. Awalnya, batu bacan ini tidak dikenal luas, tetapi di Bacan, batu ini dipercaya memiliki kekuatan magis untuk menolak ilmu hitam," terang Adolf.

Sementara itu, Fadli Sabban, pemilik toko "Karya Maluku" mengaku, bongkahan batu Bacan hanya dapat diperoleh dari Bacan, Halmahera Selatan. Dia lebih tertarik dan fokus menjual batu Bacan, karena memiliki peluang bisnis yang menjanjikan dan menguntungkan.
"Dua bulan sekali, kami pasok langsung dari Halmahera," ujar Sabban.

Dia memaparkan, harga satu kilogram bongkahan batu Bacan mencapai Rp20-100 juta. Tergantung warna batu Bacan, proses cutting, atau pemotongan, dan keunikan, serta karakter dari batu Bacan yang masih dalam bentuk bongkahan batu.

"Saya biasanya memesan bongkahan batu Bacan dari Rp500 juta sampai Rp2 miliar selama dua bulan sekali, harga batu itu tergantung kualitas batu," katanya.

Menurut dia, batu Bacan tak hanya diburu pembeli dari Ambon, tapi para kolektor dari Timur Tengah, Australia, Afganistan, dan Tiongkok juga memesan batu Bacan yang dipercantik di Ambon, meskipun harganya melangit.

"Yang membuat batu Bacan ini memiliki nilai ekonomis, karena kreativitas dalam mengukirnya, sehingga menarik daya pembeli," ungkapnya.

Bongkahan batu-batu besar hasil tambang para kolektor batu Garut, Jawa Barat di Gunung Bungbulang, ternyata juga memiliki nilai lebih, setelah melalui berbagai proses pembuatan, karena harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Batu akik Garut yang memiliki harga hingga Rp200 juta itu, menurut Iwan, perajin dan kolektor, biasanya berwarna hijau asal Gunung Bungbulang. Para konsumen luar kota maupun luar negeri sangat memburu batu ini.

Iwan mengungkapkan, selain batu hijau, batu asal Garut ternyata banyak jenisnya. Seperti batu panca warna yang memiliki lima warna indah, hingga batu hijau lumut yang tampak seperti lumut di dalam batu.
Agus Dwi R
Gemolog, Agus Dwi R
Gemolog, Agus Dwi R, mengatakan, fenomena bisnis batu akik di antaranya dipengaruhi beberapa faktor. Di antaranya, euforia, karena batu akik yang sebagian hanya ada di luar negeri, ternyata ada di Indonesia. Akhirnya jadi euforia dan tren ini berlanjut menjadi bisnis.

"Saya lihat bahwa tren batu akik ini juga ditunjang dengan tidak menentunya nilai tukar rupiah terhadap dolar," ujarnya.

Selama ini, nilai tukar berpengaruh terhadap harga batu-batu mulia. Otomatis jika rupiah melemah, harga batu mulia semakin mahal. "Di sisi lain, batu-batu khususnya akik di Nusantara ada yang mendorong kenaikan harganya," kata dia.

Masyarakat pun, saat ini memiliki kepuasan tersendiri melihat proses pembentukan batu tersebut. Banyak tempat pemrosesan yang menjamur.

Salah satu batu yang kini juga sangat digemari adalah batu Kecubung asal Pulau Kalimantan. Batu kecubung ini terkenal, dengan kekhasan pada coraknya. Harga yang ditawarkan bisa puluhan juta rupiah.

Batu ini banyak dicari, karena memiliki kilauan warna yang beragam. Dari warna ungu, hitam, biru, hijau hingga warna merah menyala. Bahkan, raja-raja di Eropa telah lama memakai batu kecubung ungu, karena dianggap membawa berkah kesuksesan, selain memancarkan pesona, bagi pemakainya.

“Kalau pesanan cukup banyak. Alhamdulillah, dari hasil batu kecubung ini saya sudah beli tanah dan rumah. Semua dari hasil mengolah batu kecubung,” tutur Tri Yadi, pengrajin batu kecubung, kepada VIVA.co.id.

Harga batu dengan kualitas seperti ini bisa menjadi selangit karena harga yang dipatok berkisar jutaan hingga puluhan juta rupiah. Semakin bagus material Kecubung, harganya pun menjadi mahal. Batu ini diyakini penggemarnya dapat meningkatkan kepercayaan diri serta kharisma, sehingga banyak diburu oleh kolektor.

BATU CINCIN MENGGIURKAN

SAAT ini batu akik semakin digandrungi masyarakat terutama kaum pria. Tidak hanya orang tua dan paruh baya, kini batu cincin yang memiliki keindahan tersendiri itu, juga menjadi tren yang mulai  digemari kalangan muda.
Dengan harga yang cukup terjangkau, masyarakat bisa mendapatkan satu buah cincin batu akik sesuai dengan jenis batunya. Semakin indah dan unik sebuah batu akik, maka harganya juga akan semakin mahal. Tidak adanya bandrol tetap dari sebuah batu akik, menjadi daya tarik tersendiri bagi seseorang untuk menggeluti profesi ini. 
Salah seorang pengerajin batu akik di jalan utama dadok tunggul hitam, Firdaus, 40, terlihat sedang sibuk melayani pembeli  di toko miliknya. Dengan ramah dia melayani pembeli yang singah ke  warungnya.  Di dalam etalasenya terlihat beragam jenis batu akik. Ada yang masih berbentuk batu mentah dan ada yang telah di asah. 
Keada Padang Ekspres, Firdaus bercerita telah dua tahun menggeluti profesi sebagai pengrajin batu akik. Menurut pria yang kerap disapa Angger ini bisnis batu akik cukup menjanjikan. Khususnya sejak dua tahun belakangan ini, dimana fenomena batu akik sudah banyak digemari masyarakat dari berbagai kalangan. Angger sendiri masih tercatat sebagai anggota Satuan Polisi Pamong Praja di kantor Gubernur Sumbar. Sehabis pulang berdinas, ia menggelar toko batu akiknya yang terletak tidak jauh dari kediamannya.
”Awalnya saya tidak terlalu tertarik dengan batu akik. Tapi karena melihat biaya mengasah batu di Pasarraya yang cukup besar Rp25 ribu per batu, saya jadi tertarik membuka usaha serupa di dekat rumah. Biaya yang saya pakai untuk menagsah satu buah batu akik hanya Rp 15 ribu,” ujarnya.
Di toko berukuran 2x3 ini ratusan batu akik dari berbagai jenis terpajang.
Misalnya saja batu zamrud, blue safir, lumuik sungai dareh, cubuang api, dan ruyuang motif srigala yang telah terjual seharga Rp 2 juta. Batu-batu cincin ini tertata rapi di dalam etalase. Baik yang masih berupa batu maupun yang telah diikat menjadi cincin. Untuk harga batu yang sudah diikat dijual mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 2 juta tergantung jenis dan motifnya.
Untuk mendapatkan batu akik, Angger mesti bergerilya sampai ke daerah-daerah di Sumbar seperti ke Muara Sakai Pesisir selatan, Dharmasraya, dan Solok selatan. Meski tergolong kerja sampingan, omzet yang didapatkan Angger dari berbinis batu akik ini bisa melebihi gajinya sebagai PNS golongan 2 B. 
”Alhamduilillah hasilnya lumayan besar, bisa untuk biaya rumah tangga dan anak-anak sekolah, bahkan melebihi gaji saya dikantor. Saya hanya bermodalkan Rp3 juta membuka usaha ini. Sementara keuntungan setahunnya puluhan juta,” tuturnya.
Batu dan ikek merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Selain pengarajin Batu akik, pengrajin gagang cincin atau yang biasa disebut dengan ikek juga ikut mendapatkan untung. 
Ikek sangat mempengaruhi keindahan sebuah cincin batu akik. Berbagai model dan jenis bahan ikek bisa didapatkan di pengrajin gagang cincin. Salah satunya berlokasi di lantai dua Padang Teater, Pasar Raya Padang. Belasan toko pengrajin ikek berjejer disana.
 Yusrizal, 58 atau yang sering dikenal dengan nama Bujang, salah satu pemilik toko pengrajin ikek bahkan sudah mulai meniti karir sebagai pengrajin cincin sejak muda. Bapak enam orang anak ini mengawali usahanya di Padang sejak 30 tahun lalu. Setelah bekerja selama sepuluh tahun di toko mas, ia pun mulai membuka usaha sendiri.
Ratusan gagang cincin berjejer rapi di etalase tokonya. Mulai dari ukuran kecil hingga ukuran besar. Gagang cincin tersebut terbuat dari beberapa bahan, seperti emas murni, suasa, serta perak murni. Namun jenis ikek yang paling diminati masyarakat saat ini adalah perak. Dengan harga yang relatif terjangkau, ikek dengan jenis perak benar-benar sesuai jika disandingkan dengan batu akik.
Untuk harga satu gagang cincin perak telah jadi berkisar antara Rp 150 ribu hingga Rp 300 ribu. Untuk jenis suasa, harga berada dikisaran Rp 200 ribu per grammnya. Kemudian ditambah upah membuat gagang sebesar Rp 100 ribu. Untuk gagang berbahan emas, harga disesuaikan dengan harga emas murni pada saat pembuatan.
Untuk bahan sendiri, rata-rata perak dipasok dari beberapa daerah di Sumatera Barat, seperti Dharmasraya, Pesisir, dan Pasaman. Bahan tersebut berbentuk perak murni yang kemudian diolah oleh pengrajin. Proses pembuatan gagang cincin dilakukan dengan cara dilebur lalu dicetak, ditempa, dan barulah dibentuk.
Yusrizal mengaku, dari tahun ke tahun usaha miliknya meningkat. Bahkan, dalam sehari ia bisa mendapatkan keuntungan hingga satu juta rupiah.
Ia mulai membuka usahanya dari pukul setengah sembilan hingga pukul setengah enam sore setiap harinya. Usaha cincin batu akik memang menjadi salah satu usaha yang menjanjikan. 
Buktinya, sudah puluhan tahun cincin batu akik tetap digemari oleh masyarakat dan semakin diminati seperti saat ini. ”Modal saya dalam menjalankan usaha ini hanya Rp5 juta, Alhamdulillah sekarang omsetnya sudah puluhan juta setahun,” ucapnya. 

Monday, December 15, 2014

ANALISA PEMBIBITAN DAN PENANAMAN POHON

Assalamu'alaikum
Selamat sore mudah-mudahan kita selalu dalam lindunganNYA. Amiin

kali ini kita bicarakan bibit tanaman dan kita analisa sejauh mana. Mari kita mulai,Usaha pembibitan tanaman buah-buahan banyak terdapat di Indonesia, sebagai contoh Majalengka terkenal sebagai sentra produksi bibit mangga, rambutan dan jeruk, Lampung terkenal sebagai sentra produksi bibit rambutan dan Bogor terkenal sebagai sentra produksi bibit durian. Untuk Kawasan Indonesia Tengah, Bali merupakan salah satu sentra produksi bibit tanaman buah-buahan. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan yang terus berkembang ini diharapkan dapat memenuhi permintaan pekebun buah terhadap bibit buah-buahan sehingga produksi buah meningkat dan dapat memenuhi konsumsi buah dalam negeri.
Untuk memenuhi kebutuhan buah dalam negeri, pemerintah berusaha meningkatkan produksi buah-buahan dengan cara mengembangkan agribisnis buah-buahan. Namun peningkatan produksi saja tidaklah cukup tanpa dibarengi dengan peningkatan mutu buah-buahan.Dalam agribisnis, mutu buah-buahan sangatlah penting dan menentukan keberhasilan usaha. Masalah mutu yang dihadapi diantaranya penampilan buah yang kotor, memar-memar, tidak higiene, warna yang tidak merata dan citarasa buah yang tidak sama antar buah yang diperdagangkan. Masalah rendahnya mutu buah tersebut dapat diatasi dengan penggunaan bibit berlabel. Bibit berlabel adalah bibit yang telah mendapat sertifikat dari Instansi Penyelenggara Sertifikasi atau Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) dan telah teruji kebenarannya.
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di daerah merupakan usaha untuk memenuhi permintaan pekebun terhadap bibit terutama bibit berlabel. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di daerah mulai marak sejak tahun 1979 dan menjadi sentra produksi bibit bagi masyarakat. Misalnya, tanaman buah-buahan yang dibibitkan di daerah Buleleng Bali yakni mangga, rambutan dan durian. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan ini telah menjadi kebanggaan wilayah Buleleng dan menjadi salah satu ikon dagang bagi kabupaten ini.
Analisis usaha pembibitan tanaman buah-buahan perlu dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai pendapatan dan pengeluaran/biaya, kemampuan melunasi kredit, serta kelayakan usaha ditinjau dari beberapa kriteria kelayakan finansial seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay back Period (PBP) dan Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C). Untuk melakukan analisis keuangan tersebut digunakan beberapa asumsi dan parameter keuangan yang didasarkan pada hasil pengamatan di lapangan, masukan dari instansi terkait dan pustaka yang mendukung sehingga akan diperoleh gambaran secara utuh tentang aspek keuangan usaha pembibitan tanaman buah-buahan. Asumsi-asumsi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.1
Pemilihan periode proyek 3 tahun disebabkan oleh umur ekonomis peralatan yang digunakan rata-rata mencapai 3 tahun. Luas lahan pembibitan tanaman buah-buahan adalah 1 ha terdiri dari 0,35 ha pembibitan durian; 0,20 ha pembibitan mangga terdiri dari 2/3 mangga Arumanis dan 1/3 mangga Lalijiwa dan 0,45 ha pembibitan rambutan (untuk Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah masing-masing 0,15 ha).
Biaya dalam analisis keuangan berdasarkan harga bahan baku, sarana produksi dan upah tenaga kerja pada tahun 2004/2005 (musim tanam 2004). Harga jual bibit berdasarkan harga jual tahun 2005 (Tabel 3.3) dan diasumsikan harga sama pada tahun berikutnya. Mata tempel dan biji untuk batang bawah dibeli dari petani buah. Jenis kredit yang digunakan adalah Kredit Modal Kerja (KMK) dengan jangka waktu pengembalian kredit adalah 12 bulan (1 tahun).
Proses pembibitan tanaman buah-buahan mulai dari pengolahan tanah sampai dengan panen mencapai 14 bulan (1 musim tanam). Asumsi total kehilangan hasil sebesar 30% (saat okulasi 20% ditambah 10% setelah okulasi). Produksi bibit buah ditentukan oleh jumlah order/pesanan dan ketersediaan pohon induk penghasil mata tempel dengan produksi bibit setiap tahun adalah sama yaitu 70.000 bibit.
Bibit yang berhasil dijual tiap tahun sebesar 80 % dari total produksi bibit tiap tahun. Bibit yang tidak laku terjual dapat dijual kembali pada tahun berikutnya. Tenaga kerja tetap, termasuk didalamnya tenaga kerja manajerial berjumlah 8 orang dengan upah Rp 500.000 per orang per bulan. Dari hasil survei, pemilik usaha pembibitan tanaman buah-buahan sekaligus bertindak sebagai tenaga kerja manajerial yang gajinya sama dengan tenaga kerja tetap. Asumsi dan parameter yang digunakan dalam analisis keuangan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1
Tabel 5.1.
Asumsi Analisis Keuangan
NoAsumsiSatuanJumlah
8• Hari kerja per bulanHari25
• Bulan kerja per tahunBulan12
9Penggunaan tenaga kerja
• Tenaga manajerialOrang
• Tenaga kerja tetapOrang8
• Tenaga kerja boronganOrang15
10Upah tenaga kerja
• Tenaga kerja tetapRp/orang/hari20.000
• Tenaga kerja boronganRp/bibit100
11Sarana produksi
• PlastikBal33
• Karung/keranjangBuah70.000
• PestisidaLiter40
• Pupuk ureaKg400
• Pupuk kandangTon20
12Harga sarana produksi
• Biji batang bawah durian, mangga dan rambutanRp/buah150
• Mata tempel
a. DurianRp/buah70
b. ManggaRp/buah125
c. RambutanRp/buah70
• PlastikRp/bal4.000
• Karung/keranjangRp/buah100
• PestisidaRp/liter60.000
• Pupuk ureaRp/kg1.100
• Pupuk kandangRp/ton200.000
13Biaya sertifikasi bibitRp/bibit165
14Bunga Kredit Modal KerjaPersen15,75
15Proporsi kredit dan dana sendiri untuk Modal Kerja
• KreditPersen35
• Dana sendiriPersen65
16Jangka waktu pinjamanTahun1
Sumber: Lampiran 1
Jadwal kegiatan usaha pembibitan tanaman buah-buahan seluas 1 hektar dengan pola usaha polikultur (durian, mangga dan rambutan) mulai dari pengolahan tanah, pembuatan bedengan hingga panen berlangsung selama 14 bulan untuk satu musim tanam. Secara rinci jadwal kegiatan usaha pembibitan tanaman buah-buahan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2.
Jadwal Kegiatan Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
NoBulanUraian Kegiatan
1DesemberPengolahan tanah
2JanuariPembuatan bedengan
3FebruariPenyemaian biji untuk batang bawah sebanyak 100.000 biji
4Maret-JuniPemeliharaan batang bawah
5JuliOkulasi tahap I sebanyak 100.000 mata tempel untuk 100.000batang bawah. Dengan tingkat keberhasilan 60% maka jumlah bibit yangberhasil hidup setelah okulasi sebanyak 60.000 bibit
6AgustusOkulasi tahap II sebanyak 40.000 mata tempel untuk 40.000batang bawah. Dengan tingkat keberhasilan 50% maka jumlah bibit yangberhasil hidup setelah okulasi sebanyak 20.000 bibit. Jumlah bibit yangberhasil hidup setelah okulasi tahap I dan II yaitu 80.000 bibit
7September- DesemberPemeliharaan bibit hasil okulasi. Pada tahap ini diperkirakanjumlah kematian bibit sebanyak 10.000 bibit
8JanuariPanen terdiri dari pendongkeran dan pengangkutan bibit hasilokulasi sebanyak 70.000 bibit (tingkat keberhasilan sampai dengan panensebesar 70%)
Biaya Investasi dan Operasional
Struktur biaya yang diperlukan untuk usaha pembibitan tanaman buah-buahanterdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasiadalah biaya awal yang diperlukan sebelum kegiatan operasionaldilakukan. Sedangkan biaya operasional diperlukan pada saaat prosesproduksi mulai dilakukan
Biaya Investasi
Biaya investasi diperlukan untuk memulai usaha pembibitan tanaman buah-buahan meliputi biaya perizinan, sewa lahan, bangunan dan peralatan. Biaya investasi ini bersifat tetap (fixed) dan harus dikeluarkan pada tahun ke-0 sebelum melakukan usaha. Jumlah investasi yang dibutuhkan untuk usaha pembibitan tanaman buah-buahan adalah Rp 65.620.000 Secara rinci jenis investasi dan kebutuhan biaya masing-masing investasi dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut.
Selama periode proyek, terdapat komponen investasi yang harus melakukan reinvestasi pada tahun-tahun berikutnya yakni sewa lahan sedangkan biaya perizinan dikeluarkan sekali saja pada awal usaha. Biaya perizinan meliputi Tanda Daftar Pedagang (TDP), NPWP dan SIUP. Komponen biaya investasi usaha pembibitan tanaman buah-buahan secara rinci terdapat pada Lampiran 2.
Tabel 5.3.
Kebutuhan Biaya Investasi Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
NoUraianJumlah Biaya (Rp)
1Perijinan1.000.000
2Sewa Lahan 1 Hektar36.000.000
3Bangunan dan Peralatan
a. Bangunan25.620.000
b. Peratalan3.000000
Jumlah62.620.000
Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang diperlukan dalam memproduksi bibit tanaman buah-buahan. Besarnya biaya operasional ini tergantung pada luas areal tanah. Semakin luas areal tanam maka biaya operasional semakin tinggi. Biaya operasional umumnya merupakan biaya tidak tetap (variabel cost) yang terdiri dari biaya bahan baku, sarana produksi, tenaga kerja borongan dan biaya sertifikasi bibit. Selain biaya tidak tetap, biaya operasional juga meliputi juga biaya overhead yang merupakan biaya tetap yang harus dikeluarkan setiap bulannya dan sifatnya tidak langsung. Biaya overhead meliputi biaya listrik, biaya telepon dan tenaga kerja tetap.
Total biaya operasional yang dibutuhkan pada tahun pertama sejumlah Rp 131.162.000 dan pada tahun selanjutnya diasumsikan konstan karena luas areal tanam tetap, jumlah bahan baku, sarana produksi dan biaya sertifkasi bibit juga tetap. Biaya operasional usaha pembibitan tanaman buah-buahan dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini.
Tabel 5.4.
Kebutuhan Biaya Operasional per Tahun
NoUraianJumlah Biaya (Rp)
1Biaya Variabel
a. Biaya bahan baku44.340.000
b. Biaya saprotan13.972.000
c. Tenaga kerja borongan26.000.000
d. Biaya sertifikasi bibit11.550.000
2Biaya Overhead
a. Biaya listrik600.000
b. Biaya telepon1.200.000
c. Biaya tenaga kerja tetap48.000.000
Jumlah131.162.000
Upah tenaga kerja tetap yang terlibat dalam usaha ini tidak mengalami kenaikan karena menyesuaikan dengan upah minimum provinsi. Tenaga kerja borongan bersifat tidak tetap yang diupah Rp 100 untuk setiap bibit sehingga besarnya upah tidak tergantung jumlah tenaga kerja yang digunakan. Kegiatan yang dilakukan tenaga kerja borongan meliputi okulasi, pendongkeran dan pengangkutan bibit ke showroom. Tenaga kerja borongan tergantung pada jumlah produksi bibit. Biaya listrik dan telepon juga diasumsikan tetap tiap tahunnya. Kebutuhan biaya operasional yang dibutuhkan dalam usaha pembibitan tanaman buah-buahan per tahun.
Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja
Sumber dana untuk usaha pembibitan tanaman buah-buahan berasal dari dana sendiri dan kredit perbankan. Dana investasi seluruhnya berasal dari dana sendiri, sedangkan dana modal kerja berasal dari kredit bank dan dana sendiri dengan perbandingan 35% kredit bank dan 65% dari dana sendiri. Untuk mendapatkan kredit, pihak bank mensyaratkan bahwa penangkar harus mempunyai dana investasi sendiri. Secara keseluruhan besarnya dana untuk investasi dan modal kerja usaha pembibitan tanaman buah-buahan mencapai Rp 196.782.000.
Dari tabel 5.5. dapat diketahui bahwa untuk kebutuhan investasi dibutuhkan dana sebesar Rp 65.620.000 sedangkan untuk kebutuhan modal kerja dibutuhkan dana sebesar Rp 131.162.000terdiri dari kredit modal kerja sebesar Rp 45.906.700 atau 35% dan dana sendiri sebesar Rp 85.255.300 atau 65%.
Tabel 5.5.
Kebutuhan Modal Investasi dan Modal Kerja
NoUraianPersentaseTotal Biaya (Rp)
1Dana Investasi
a. Kredit0%0
b. Dana Sendiri100%65.620.000
Jumlah Dana Investasi65.620.000
2Dana Modal Kerja
a. Kredit35%45.906.700
b. Dana Sendiri65%85.255.300
Jumlah Dana Modal Kerja131.162.000
3Total Dana Proyek
a. Kredit23,33%45.906.700
b. Dana Sendiri76,67%150.875.300
Jumlah Dana Proyek196.782.000
Dana yang berasal dari bank yaitu KreditModal Kerja akan dikembalikan dalam jangka waktu 1 tahun dengan bunga15,75% dengan angsuran dibayarkan setiap bulan (Tabel 5.6.)
Tabel 5.6.
Angsuran Pokok dan Angsuran Bunga.
PeriodeAngsuran PokokAngsuran BungaTotal AngsuranSaldo Akhir
45.906.700
Bulan 13.825.558
602.525
4.428.084
42.081.142
Bulan 23.825.558
552.315
4.377.873
38.255.583
Bulan 33.825.558
502.105
4.327.663
34.430.025
Bulan 43.825.558
451.894
4.277.452
30.604.467
Bulan 53.825.558
401.684
4.227.242
26.778.908
Bulan 63.825.558
351.476
4.177.032
22.953.350
Bulan 73.825.558
301.263
4.126.821
19.127.792
Bulan 83.825.558
251.052
4.076.611
15.302.233
Bulan 93.825.558
200.842
4.026.611
11.476.675
Bulan 103.825.558
150.631
3.976.190
7.651.117
Bulan 113.825.558
100.210
3.925.979
3.825.558
Bulan 123.825.558
50.210
3.875.769
0
Total 1 Tahun45.906.700
3.916.415
49.823.115
Produksi dan Pendapatan
Bibit tanaman durian, mangga dan rambutan diproduksi setahun sekali. Total kehilangan hasil pembibitan diasumsikan 30% dan sama setiap tahunnya sehingga jumlah total produksi bibit tiap tahun 70.000 bibit terdiri dari durian Kani 24.500 bibit, mangga 14.000 bibit terdiri dari Arumanis 10.500 bibit dan Lalijiwa 3.500 bibit, rambutan Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah masing-masing 10.500 bibit sebagaimana terlihat pada Tabel 5.7.
Bibit yang dihasilkan berukuran 30-40 cm dan dijual secara borongan dengan harga jual bibit durian Kani Rp 4000/bibit, mangga Arumanis Rp 2500/bibit dan mangga Lalijiwa Rp 3000/bibit. Sedangkan untuk rambutan baik itu rambutan Binjai, Lebak Bulus maupun Rapiah dijual dengan harga Rp 2000/bibit. Jumlah bibit terjual diasumsikan 80% dari total produksi bibit dan bibit yang tidak terjual dapat dijual kembali pada tahun berikutnya. Pada tahun ke-1, bibit yang terjual adalah 56.000 dari produksi 70.000 bibit sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp 158.200.000. Pada tahun ke-2, bibit yang terjual adalah 67.200 bibit dari produksi 70.000 bibit ditambah sisa produksi bibit tahun pertama sehingga diperoleh pendapatan Rp 189.840.000. Pada tahun ke-3, bibit yang terjual adalah 69.440 bibit dari produksi 70.000 bibit ditambah sisa produksi bibit tahun kedua sehingga diperoleh pendapatan Rp 196.168.000. Secara rinci proyeksi produksi dan pendapatan dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 6.
Tabel 5.7.
Proyeksi Produksi dan Pendapatan Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
UraianTahun 1Tahun 2Tahun 3
Produksi (bibit)
a. Durian Kani24.50024.50024.500
b. Mangga Arumanis dan Lalijiwa14.00014.00014.000
c. Rambutan Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah31.50031.50031.500
Jumlah70.00070.00070.000
Pendapatan
Bibit :
a. Durian Kani19.60023.52024.304
b. Mangga Arumanis dan Lalijiwa11.20013.44013.888
c. Rambutan Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah25.20030.24031.248
Jumlah56.00067.20069.440
Nilai (Rupiah)
a. Durian Kani78.400.00094.080.00097.216.000
b. Mangga Arumanis dan Lalijiwa29.400.00035.250.00036.456.000
c. Rambutan Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah50.400.00060.480.00062.946.000
Jumlah158.200.000189.840.000196.168.000
Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point
Proyeksi laba rugi merupakan suatu gambaran potensi keuntungan atau kerugian yang akan diperoleh dari suatu usaha atau proyek. Perhitungan proyeksi laba dan rugi menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha pembibitan tanaman buah-buahan memperoleh keuntungan sebesar Rp 1.633.347 dengan profit on sales sebesar 1,03% dan Break Even Point (BEP) dalam rupiah adalah Rp 154.243.693. Potensi keuntungan tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun hingga tahun ketiga memperoleh keuntungan bersih Rp 37.235.100 dengan profit on sales sebesar 18,98% dan BEPRp 121.317.074 (Tabel 5.8.)
Tabel 5.8.
Proyeksi Laba Rugi Usaha dan Break Even Point per Tahun
NoUraianTahun 1Tahun 2Tahun 3
ATotal Pendapatan158.200.000189.840.000198.168.000
BTotal Pengeluaran156.278.415152.362.000152.362.000
CL/R Sebelum Pajak1.921.58537.478.00043.806.000
DPajak (15%)288.2385.621.7006.570.900
ELaba Setelah Pajak1.633.34731.856.30037.235.100
FProfit on Sales1,03%16,78%18,98%
GBEP : Rupiah154.243.693124.252.291121.317.074
Rata-rata keuntungan bersih selama 3 tahun mencapai Rp 23.030.467 per tahun sedangkan profit on sales rata-rata mencapai 12,26% per tahun. Sementara rata-rata Break Even Point (BEP) dalam rupiah selama 3 tahun mencapai Rp 133.271.019 per tahun.