Plastik menjadi jenis sampah yang paling mendominasi, baik di kantor
maupun rumah tangga. Padahal, bahan baku plastik berasal dari petroleum
atau gas alam yang sulit terurai sehingga mengakibatkan kerusakan
lingkungan.
Dilatar belakangi masalah tersebut, sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) memiliki ide membuat bioplastik ramah lingkungan. Tim yang terdiri atas Dita Ardwiyanti, Hesti Kurniawati, Ide Engga Yonanda, Nurlina Rafidah, dan Donna Meylinda itu kemudian memanfaatkan umbi-umbian yakni gadung dan gembili sebagai bahan baku bioplastik tersebut.
"Singkong, ubi jalar, kentang, dan sagu merupakan bahan baku yang mendominasi pangsa pasar bioplastik. Sedangkan bahan yang belum banyak digunakan di antaranya gadung dan gembili," sebut Dita dilansir dari laman UNY,
Mahasiswi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) itu menjelaskan, gadung dan gembili mengandung karbohidrat dengan kadar yang cukup tinggi. Dengan begitu, umbi-umbian berpotensi menjadi bahan baku bioplastik. Penelitian ini, ucap Dita, terdiri atas serangkaian prosedur, meliputi pembuatan ekstrak pati, pembuatan bioplastik dengan metode blending, uji swelling, dan uji biodegradasi.
"Karakteristik bioplastik pati umbi gadung dan gembili yang telah diidentifikasi dalam penelitian ini antara lain sifat mekanik. Kuat tarik tertinggi dimiliki oleh bioplastik pati gadung dengan formulasi gliserol tiga mililiter, sedangkan perpanjangan putus tertinggi dimiliki oleh bioplastik pati gadung dengan formulasi gliserol tujuh mililiter," paparnya.
Dita mengungkapkan, semakin tinggi derajat penggembungan bioplastik, maka semakin mudah bioplastik tersebut dalam menyerap air. Derajat penggembungan tertinggi sendiri dimiliki oleh bioplastik pati gadung dengan formulasi gliserol tujuh mililiter dan bioplastik pati gembili dengan formulasi gliserol tujuh mililiter.
"Dapat diketahui pula bahwa derajat penggembungan pati gembili pada semua formulasi gliserol lebih tinggi daripada derajat penggembungan pati gadung. Selain itu, dapat diketahui pula bahwa bioplastik pati gembili lebih cepat terdegradasi," pungkasnya.
Dilatar belakangi masalah tersebut, sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) memiliki ide membuat bioplastik ramah lingkungan. Tim yang terdiri atas Dita Ardwiyanti, Hesti Kurniawati, Ide Engga Yonanda, Nurlina Rafidah, dan Donna Meylinda itu kemudian memanfaatkan umbi-umbian yakni gadung dan gembili sebagai bahan baku bioplastik tersebut.
"Singkong, ubi jalar, kentang, dan sagu merupakan bahan baku yang mendominasi pangsa pasar bioplastik. Sedangkan bahan yang belum banyak digunakan di antaranya gadung dan gembili," sebut Dita dilansir dari laman UNY,
Mahasiswi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) itu menjelaskan, gadung dan gembili mengandung karbohidrat dengan kadar yang cukup tinggi. Dengan begitu, umbi-umbian berpotensi menjadi bahan baku bioplastik. Penelitian ini, ucap Dita, terdiri atas serangkaian prosedur, meliputi pembuatan ekstrak pati, pembuatan bioplastik dengan metode blending, uji swelling, dan uji biodegradasi.
"Karakteristik bioplastik pati umbi gadung dan gembili yang telah diidentifikasi dalam penelitian ini antara lain sifat mekanik. Kuat tarik tertinggi dimiliki oleh bioplastik pati gadung dengan formulasi gliserol tiga mililiter, sedangkan perpanjangan putus tertinggi dimiliki oleh bioplastik pati gadung dengan formulasi gliserol tujuh mililiter," paparnya.
Dita mengungkapkan, semakin tinggi derajat penggembungan bioplastik, maka semakin mudah bioplastik tersebut dalam menyerap air. Derajat penggembungan tertinggi sendiri dimiliki oleh bioplastik pati gadung dengan formulasi gliserol tujuh mililiter dan bioplastik pati gembili dengan formulasi gliserol tujuh mililiter.
"Dapat diketahui pula bahwa derajat penggembungan pati gembili pada semua formulasi gliserol lebih tinggi daripada derajat penggembungan pati gadung. Selain itu, dapat diketahui pula bahwa bioplastik pati gembili lebih cepat terdegradasi," pungkasnya.