Jahe merupakan tanaman yang tidak asing bagi orang indonesia, jahe sangat mudah ditanam di kebun dan di pekarangan. Pada saat ini jahe telah banyak
dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India,
Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe dari
Jamaika mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan negara
produsen jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe
dunia.
Tanaman ini tak terlalu sulit dalam
berbudidayanya. Cukup di sela-sela tanaman pokok (sengon, kopi, atau tanaman
buah-buahan ), Media tanam bisa menggunakan Karung/Glangsing/Polybag yang telah
diisi Bokashi dan tanah dengan perbandingan 1: 3. Pengisian media tanam awalnya
hanya perlu diisi setinggi kira-kira 15 cm.
Sebagai pertimbangan nilai ekonomi
Polybag yang diisi 2 - 3 tunas bibit Jahe seharga Rp. 500,- dalam waktu 8 - 10 bulan bisa berkembang
menjadi 20 kg. (jika menggunakan cara konvensional, estimasi 1 rumpon hanya
kisaran 2 kg). Misalnya estimasi harga ± Rp 25.000 – Rp. 40.000, maka per polybag dapat
menghasilkan Rp. 500.000,- sampai Rp. 800.000,-. Jika Anda mempunyai 100
polybag saja maka estimasi Hasil kotor yang anda peroleh adalah Rp.
50.000.000,- sampai Rp. 80.000.000,- Sebuah keuntungan yang sangat fantastis bukan…???
Itulah potensi keuntungan yang bisa kita dapatkan,
tentu dengan POLA HCS, bukan Pola Konvensional.
Jahe Merah (Nama ilmiah : Zingiber officinale var.rubrum)
Tanaman yang sangat populer di Indonesia, sekoteng, bandrek dan
wedang adalah beberapa produk minuman yang sudah tidak asing lagi bagi
kita. Hampir setiap malam, terutama di daerah perkotaan, kita sering
disapa oleh para penjual keliling minuman tersebut. Atau sekarang coba
tengok kalau kita pergi ke mini market atau swalayan, selalu ada
produk-produk dengan bahan dasar jahe yang
mejeng rapi di rak-rak etalase.
Tidak secara tiba-tiba pamor jahe ini begitu tenar, namun tanaman ini
sudah sekian lama diketahui manfaatnya oleh orang tua kita sejak dulu.
Pemakaiannya begitu meluas karena ternyata manfaatnya sangat banyak.
Tidak hanya dipakai sebagai salah satu bumbu pelengkap masakan saja,
namun juga ternyata banyak pula digunakan untuk tujuan di bidang
kesehatan, terutama untuk jenis Jahe Merah.
Beberapa manfaat dari jahe di bidang kesehatan tersebut dapat saya sebutkan sebagai berikut :
- Sebagai obat herbal
- Sebagai antioksidan, antiinflamasi, analgesik, antikarsinogenik (anti kanker), dan kardiotonik (penguat fungsi jantung)
- Pencegah Obesitas
- Anti diare dan mual
- Anti hiperlipidemia (lemak berlebih)
- Melancarkan aliran darah
- Obat untuk kolesterol
Setelah anda baca mengenai manfaat jahe, jenis dan klasifikasinya,
terutama Jahe Merah, mari kita lanjutkan ke analisa peluang usaha.
Terdapat beberapa faktor, menurut saya, yang perlu kita perhitungkan,
mari kita mulai (kalau ada yang kurang, tambah sendiri ya…hehehe)
Faktor yang Memungkinkan Budidaya Jahe Merah Menguntungkan
Mari kita urai beberapa yang mungkin akan menjadi faktor menguntungkan atau mendukung keberhasilan budidaya jahe merah
- Permintaan terhadap Jahe Merah masih cukup tinggi, baik untuk
kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri. Silahkan anda browsing dan
searching mengenai permintaan produk agro ini.
- Tanaman Jahe bisa tumbuh pada ketinggian 0 – 2.000 m.dpl. sehingga cakupan tempat budidaya relatif luas.
- Teknis budidaya relatif mudah, dengan menggunakan media tanam di
dalam polybag ataupun karung bisa dilakukan. Dengan demikian lahan yang
dibutuhkan tidak perlu luas, kita bisa memanfaatkan lahan di pekarangan
atau halaman rumah yang tidak produktif. Cara atau teknik budidaya pun
sudah banyak tersedia dan banyak dipraktekkan. Anda pun dapat melakukan
budidaya jahe merah sistem organik dengan mudah.
- Harga jual jahe merah menurut perkembangan pasar saat ini memang
tidak setinggi seperti tahun-tahun sebelumnya, namun saya lihat masih
memiliki nilai ekonomis. Apalagi bila dilakukan pengolahan jahe menjadi
produk turunan, misalnya serbuk jahe dan gula, harganya tentu akan
memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dibanding harga jahe mentah .
- Belum begitu banyak yang melakukan budidaya jahe, meskipun di
beberapa daerah sudah menjadi komoditi andalan, tengok misalnya di
beberapa daerah di Sukabumi, Tasikmalaya atau di daerah Brebes, tanaman
ini menjadi salah satu komoditi andalan daerah.
- Biaya yang harus dikeluarkan relatif rendah. Kita hanya perlu
menyediakan polybag atau karung, tanah, pupuk, dan bibit serta biaya
pemeliharaan yang tidak begitu besar, apalagi bila dilakukan oleh kita
sendiri.
Hambatan Budidaya Jahe Merah
- Kualitas jahe harus benar-benar diperhatikan karena hal ini akan
menentukan harga jual. Sekedar info, kualitas jahe Indonesia masih di
bawah negara lain (ga percaya ? browsing dong…). Bagaimana cara
mengatasinya ? Pola budidaya organik yang telah dilakukan oleh beberapa
mitra HCS terbukti dapat menanggulangi masalah kualitas ini. Jadi
tidak perlu khawatir, kita bisa sharing koq…
- Serangan hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit ini akan
berhubungan dengan kualitas dan jumlah hasil budidaya. Namun masalah
penyakit dapat ditekan dan dicegah apabila teknis budidaya kita
mengikuti pola yang benar.
- Penjualan hasil budidaya. Hal ini memang menjadi masalah klasik di
Indonesia, hampir untuk semua komoditi. Belum ada regulasi yang jelas
mengenai sistem penjualan maupun patokan harga. Tapi ga usah pusing,
mengenai penjualan komoditas jahe ini, mungkin anda bisa menjual
langsung ke distributor, pasar, industri jamu atau minuman, atau anda
menjalin kerja sama dengan kelompok tani jahe misalnya di Sukabumi,
Tasikmalaya maupun Brebes yang sudah terlebih dahulu mapan untuk ikut nebeng
jual. Yang penting, kita harus usahakan mendapatkan harga beli yang
layak dan masih mempunyai nilai ekonomis sedang-tinggi. Ironis memang,
sebagai contoh, minggu kemarin saya pergi belanja ke sebuah swalayan
terkenal, iseng-iseng lihat harga jahe gajah yang dijual Rp.
19.850,-/kg, kemudian iseng juga nelpon ke ‘pengepul jahe’ yang ternyata
menerima jahe gajah dengan harga beli Rp. 8.000,- saja……hadduh
Teknis Budidaya Jahe Merah
Setelah menimbang mengenai peluang dan kemungkinan hambatannya, mari
kita pelajari teknis budidaya tanaman yang satu ini agar kita sama-sama
mendapat gambaran umum yang lebih lengkap. Banyak pola tanam yang bisa
kita terapkan, di sini saya akan coba bahas teknis budidaya organik jahe
merah menggunakan pola HCS. Namun sebelumnya coba kita pelajari secara
umum karakteristik tanaman jahe berikut ini :
Syarat tumbuh :
- Iklim : Tanaman jahe memerlukan curah hujan antara 2.500-4.000 mm/thn
- Pada umur 2,5 – 7 bulan perlu cukup sinar matahari. Artinya, tanaman
ini harus berada di tempat terbuka agar cukup sinar matahari sepanjang
hari
- Suhu udara yang optimal adalah 20 – 35 derajat Celcius
- Secara umum dapat tumbuh pada keasaman tanah dengan pH 4.3 – 7.4, kecuali untuk jenis Jahe Gajah pada pH 6.8 – 7.0
- Tumbuh baik pada tanah subur dan gembur, serta banyak mengandung humus
Persiapan Bibit atau Benih Jahe Merah
Kita dapat melakukan penanaman dari bibit jahe merah yang sudah siap
tanam atau sudah bertunas antara 5-10 cm. Namun apabila tidak tersedia,
kita dapat menyemaikan bibit dari bentuk rimpang. Apabila menyemaikan
sendiri, perhatikan kualitas rimpang yang akan disemaikan. rimpang
untuk disemaikan haruslah berasal dari induk yang cukup tua umurnya,
permukaan rimpang mengkilat dan tidak cacat serta tidak terlihat ada
bekas diserang hama.
1. Teknik Persiapan Rimpang
Rimpang yang akan disemaikan (tentunya setelah diseleksi),
dibersihkan dan kemudian dijemur namun hati-hati jangan terlalu kering.
kemudian…..
- Simpan selama 1 – 1.5 bulan.
- Patahkan rimpang dengan tangan, yang mana setiap potongan tadi
memiliki 3 – 5 mata tunas, kemudian dijemur kembali selama 1/2 sampai 1
hari (lihat cuaca).
- Masukkan potongan rimpang tersebut ke dalam karung
- Buat larutan PHEFOC HCS,
dengan dosis : 1 tutup botol PHEFOC dilarutkan ke dalam 14 liter air,
kemudian ditambah 2 sendok makan gula pasir, aduk sampai rata dan
biarkan selama 15 menit.
- Potongan rimpang yang sudah dalam karung kemudian dicelupkan ke
dalam larutan PHEFOC selama 15 menit. Angkat dan tiriskan. Tujuan
perendaman dengan PHEFOC adalah agar bibit terbebas dari patogen asal
penyakit dan memiliki daya tahan lebih tinggi untuk mendapat serangan
penyakit, ya mirip di-immunisasi dulu lah…
- Selama menunggu proses ‘pe-nirisan’, buatlah larutan SOT HCS
dengan dosis : 5 tutup botol SOT dilarutkan ke dalam 14 liter air, dan
ditambahkan pula 3 sendok makan gula pasir. Aduk hingga rata dan biarkan
selama 15 menit
- Setelah cukup ditiriskan, bakal bibit tadi kemudian direndam selama
kurang lebih 6 jam dalam larutan SOT HCS yang telah dibuat tadi. Tujuan
perendaman dengan SOT adalah agar nantinya bibit dapat tumbuh dengan
baik dan sehat terutama pada saat-saat awal penanaman
- Setelah 6 jam, karung berisi benih tersebut kemudian ditiriskan sampai kering. Dan benih sudah siap untuk disemaikan.
2. Teknik Penyemaian Rimpang
Beberapa cara dapat dilakukan untuk penyemaian bibit jahe dari
rimpang ini. Dengan menggunakan sistem kotak kayu atau dengan cara
membuat bedengan. Kali ini saya ulas penyemaian dengan memakai kotak
kayu.
- Buat kotak kayu dengan ukuran misalnya 50 x 100 cm dengan tinggi 10 cm. Bentuknya seperti nampan. Tahu nampan kan ?
- Buat campuran tanah untuk media semai dengan bahan campuran : tanah dan pupuk bokashi , perbandingannya adalah tanah : pupuk bokashi = 3 : 1
- Kemudian campuran tanah tersebut masukkan ke dalam kotak dan disebar secara merata
- Benamkan potongan-potongan rimpang jahe ke dalam tanah tersebut. Kemudian tutup tipis dengan tanah atau daun kering
- Lakukan perawatan dengan cara menyiram media semai tadi dengan air 2 kali sehari
- Waktu yang dibutuhkan untuk penyemaian berkisar antara 2-4 minggu. Sabaar…
Teknik Penanaman Jahe
Teknik penanaman jahe berikut yang saya pilih adalah dengan
memanfaatkan media tanam dalam polybag atau karung. Di sini saya
memilih karung karena kebetulan mudah diperoleh dan murah, meskipun
katanya rada-rada rapuh kalau sudah lama, tapi coba saja lah. Teknik
memakai polybag atau karung ini banyak juga yang menyebut sebagai cara
budidaya tanaman vertikultur, artinya budidaya tanaman secara vertikal
atau bertingkat.
1. Alat dan Bahan
- Karung (disini saya memakai ukuran 40 x 100 cm), jumlah terserah anda. Saat ini saya siapkan 100 karung
- Sekop atau cangkul, untuk mengaduk
- Ember
- Pupuk Bokashi
- Tanah
2. Penanaman Bibit
- Buat campuran antara tanah dan bokashi dengan perbandingan 3 : 1.
- Masukkan campuran tanah tersebut ke dalam karung dengan ketinggian
kurang lebih 15 cm atau 1/5 tinggi karung. Untuk memudahkan, sebelumnya
tekuk dulu permukaan karung bagian atas.
- Ambil rimpang jahe hasil penyemaian, patah-patahkan rimpang jahe
tersebut dengan tangan menjadi 2-3 ruas, yang mana setiap ruas minimal
terdapat 2 mata tunas
- Bibit jahe kemudian ditanam 3-5 cm ke dalam tanah dalam karung
tadi. Setiap karung dapat diisi beberapa titik tanam, atur misalnya 2 –
3 titik tanam. Rata-rata sih katanya kira-kira 200 gr bibit cukup untuk
satu karung.
- Atur penyimpanan karung posisinya lebih tinggi dari permukaan tanah.
Buat kolom gundukan tanah memanjang, setiap gundukan kolom bisa diisi
2-3 baris karung. Contoh misalnya seperti pada foto di bawah ini :
3. Perawatan dan Pemeliharaan Tanaman Jahe
Tahap berikutnya adalah perawatan dan pemeliharaan tanaman. Kegiatan
ini meliputi penyiraman tanaman, pemberian pupuk dan penanggulangan
penyakit
- Pada tahap awal, lakukan penyiraman air secara teratur dan rutin
pagi dan sore selama kurang lebih seminggu, bertujuan agar tunas tidak
kering dan layu
- Selanjutnya, penyiraman dilakukan sehari sekali kecuali pada kondisi kemarau sebaiknya penyiraman dilakukan dua kali
- Pada usia tanaman 2 – 4 minggu lakukan penyemprotan atau penyiraman
dengan fermentasi SOT. Sebelumnya lakukan fermentasi larutan dengan
dosis : 5 tutup botol SOT + gula pasir 3 sdm + urine ternak 2 liter +
feses ternak cair 2 liter. Fermentasi dilakukan selama 24 jam, kemudian
larutkan dalam 15 liter air. Kemudian baru digunakan untuk menyemprot
atau menyiram
- Penyemprotan dengan SOT bergantian dengan PHEFOC dengan interval 2-4 minggu sekali
- Pada usia 2-3 bulan atau jika terlihat keluar rimpang jahe ke
permukaan, lakukan penimbunan dengan campuran tanah dan bokashi
(perbandingan tanah : bokashi tetap 3 : 1). kurang lebih setinggi 10 cm
- Selalu lakukan penyiangan media tanam dari hama berupa gulma/rumput agar tidak mengganggu pertumbuhan rimpang
- Penimbunan dilakukan terus secara berulang sampai tanaman jahe
berusia sekitar 8 bulan atau sampai karung terisi penuh dengan tanah
- Rata-rata usia optimal penanaman jahe berkisar antara 8 – 10 bulan, ditandai dengan mulai mengeringnya daun
- Dengan pola tanam seperti ini, diharapkan hasil panen jahe per karung mencapai minimal 10 kg
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang paling sering menyerang tanaman jahe adalah kepik, ulat
penggesek akar dan kumbang. Sedangkan penyakit berupa penyakit layu
bakteri, busuk rimpang, dan bercak daun.
Analisa
Analisa ini saya lakukan secara praktis berdasarkan rencana penanaman
pada 100 karung media tanam. Yang diperhitungkan adalah total biaya
yang dikeluarkan meliputi modal awal dan biaya pemeliharaan dibandingkan
dengan target pemasukan uang berdasarkan hasil penjualan tanaman jahe.
1. Biaya yang saya keluarkan meliputi :
- Karung : 100 karung x Rp. 600,- = Rp. 60.000,-
- Pupuk Bokashi : = Rp. 50.000,-Karena saya belum mempunyai limbah ternak sendiri, jadi terpaksa saya beli dulu kotoran ternak.
- Bibit Jahe : 100 karung x Rp. 1.000 = Rp.100.000,-
- Pupuk SOT dan PHEFOC = Rp.250.000,-
- Ongkos kerja : Gratis, kerjain aja dulu sendiri. Kalaupun minta bantuan, mungkin cukup keluar uang Rp.100.000 untuk pengerjaan membuat campuran tanah dan memasukkan ke dalam karung
- Lain-lain atau tidak terduga = Rp.500.000,- TOTAL Biaya yang sudah dan akan saya keluarkan = Rp. 960.000,-
2. Hasil Penjualan Jahe Merah
Berdasarkan pengalaman di tempat lain dan informasi dari petani jahe
merah yang sudah berjalan. Rata-rata hasil panen jahe merah per karung
atau polybag dengan cara di atas dapat mencapai 10-15 kg/karung. Bahkan
ada diantara salah seorang mitra HCS dapat mencapai produksi 20
kg/karung. Di sini, saya berandai-andai panen per karung anggap saja
hanya mencapai 5 kg/karung. Jadi perkiraan total hasil panen 100 karung
x 5 kg =
500 kg
Harga per kg Jahe Merah memang fluktuatif dikisaran
Rp.10.000 –
Rp.15.000,- tergantung pembeli dan kualitas tentunya. Saya berandai lagi di sini, harga jual yang akan saya peroleh
anggap saja rendah yaitu Rp. 6.000,-/kg (berdasar informasi pengepul minimal Rp.8.000,-/kg).
- Hasil penjualan : 500 kg x Rp. 6.000 = Rp. 3.000.000,-
Keuntungan atau laba : Rp. 3.000.000,- – Rp. 960.000,- = Rp. 2.040.000,-
Parameter kelayakan usaha : B/C rasio : 3.125, atau anggap saja jelek-jeleknya di 2.0
B/C ratio menunjukkan
angka di atas 1, ini menandakan usaha budidaya jahe merah masih termasuk layak.
Menurut analisa secara umum di atas, budidaya tanaman jahe merah
dengan sistem organik HCS masih layak untuk dilakukan (Benefit Cost
ratio 3.125). Karena masih layak, saya sekarang sedang merintis untuk
membuktikan aplikasinya langsung, ya semoga saja lancar…
Rencana saya malah akan melakukan penanaman setiap bulan sekali.
Kenapa akan saya lakukan seperti itu ? Karena nantinya mulai pada 8 – 10
bulan mendatang, saya berharap bisa panen Jahe setiap bulan. Artinya,
mudah-mudahan setiap bulan saya akan mendapat tambahan pemasukan uang
minimal Rp. 2.040.000,-/bulan.