Bidara atau widara (Ziziphus
mauritiana) adalah sejenis pohon kecil penghasil buah yang tumbuh di daerah
kering.
Perdu
atau pohon
kecil, biasanya bengkok, tinggi hingga 15 m dan gemang batang hingga
40 cm.
Cabang-cabang menyebar dan acap menjuntai, dengan ranting-ranting tumbuh
simpang siur dan berambut pendek. Selalu hijau atau semi menggugurkan daun.
Daun-daun
penumpu berupa duri, sendirian dan lurus (5–7 mm),
atau berbentuk pasangan dimorfis, di mana yang kedua lebih pendek dan
melengkung, kadang-kadang tanpa duri.
Daun-daun tunggal terletak
berseling. Helai daun bundar telur menjorong atau jorong lonjong, 2–9 cm x
1.5–5 cm; bertepi rata atau sedikit menginggit; gundul dan mengkilap di
sisi atas, dan rapat berambut kempa keputihan di sisi bawahnya; dengan tiga
tulang daun utama yang nampak jelas membujur sejajar; bertangkai pendek
8–15 mm.
Perbungaan
berbentuk payung menggarpu tumbuh di ketiak daun, panjang
1–2 cm, berisi 7–20 kuntum. Bunga-bunga berukuran kecil, bergaris tengah antara
2–3 mm, kekuningan, sedikit harum, bertangkai 3–8 mm; kelopak bertaju
5 bentuk delta (menyegitiga), berambut di luarnya dan gundul di sisi dalam;
mahkota 5, agak seperti sudip, cekung dan melengkung.
Buah batu
berbentuk bulat hingga bulat telur, hingga 6 cm × 4 cm pada
kultivar-kultivar yang dibudidayakan, namun kebanyakan berukuran jauh lebih
kecil pada pohon-pohon yang meliar; berkulit halus atau kasar, mengkilap, tipis
namun liat, kekuningan, kemerahan hingga kehitaman jika masak; daging buahnya
putih, mengeripik, dengan banyak sari buah yang agak masam hingga manis
rasanya, menjadi menepung pada buah yang matang penuh. Biji terlindung dalam
tempurung yang berbingkul dan beralur tak teratur, berisi 1–2 inti biji yang
coklat bentuk jorong.
Kegunaan
Buah yang muda
Bidara – buah segar
|
|
Nilai nutrisi per 100 g
(3.5 oz)
|
|
Karbohidrat
|
17
g
|
- Gula
|
5.4-10.5
g
|
- Serat pangan
|
0.60
g
|
Lemak
|
0.07
g
|
Energi
|
24.76 kJ
(5.92 kcal)
|
Protein
|
0.8
g
|
Air
|
81.6-83.0
g
|
Tiamina
(Vit. B1)
|
0.02-0.024
mg (-2%)
|
Riboflavin
(Vit. B2)
|
0.02-0.038
mg (-3%)
|
Niasin
(Vit. B3)
|
0.7-0.873
mg (-5%)
|
Kalsium
|
25.6
mg (3%)
|
Besi
|
0.76-1.8
mg (-14%)
|
Fosfor
|
26.8
mg (4%)
|
Buah
bidara kultivar unggul diperjual belikan sebagai buah segar, untuk dimakan
langsung atau dijadikan minuman segar. Di beberapa tempat, buah ini juga
dikeringkan, dijadikan manisan, atau disetup. Buah muda dimakan dengan garam
atau dirujak.
Buah dari pohon yang meliar kecil-kecil dan agak pahit rasanya. Buah bidara
merupakan sumber karoten,
vitamin A
dan C,
dan lemak.
Daun-daunnya
yang muda dapat dijadikan sayuran. Daunnya yang tua untuk pakan ternak.Rebusan
daunnya diminum sebagai jamu. Daun-daun ini membusa seperti sabun apabila
diremas dengan air, dan digunakan untuk memandikan orang yang sakit demam. Di Jakarta,
daun-daun bidara digunakan untuk memandikan mayat.
Selain
daun, buah, biji, kulit kayu, dan akarnya juga berkhasiat obat, untuk membantu
pencernaan dan sebagai tapal obat luka. Di Jawa, kulit kayu ini
digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan; dan di Malaysia,
kulit kayu yang dihaluskan dipakai sebagai obat sakit perut. Kulit kayu bidara
diyakini memiliki khasiat sebagai tonikum, meski tidak terlalu kuat, dan
dianjurkan untuk penyakit lambung dan usus. Kulit akarnya, dicampur dengan
sedikit pucuk, pulasari, dan bawang putih,
diminum untuk mengatasi kencing yang nyeri dan berdarah.
Kayunya
berwarna kemerahan, bertekstur halus, keras, dan tahan lama. Kayu ini dijadikan
barang bubutan, perkakas rumah tangga, dan peralatan lain. Di Bali, kayu bidara
dimanfaatkan untuk gagang kapak, pisau, pahat, dan perkakas tukang kayu
lainnya.
Berat jenis
kayu bidara berkisar antara 0,54-1,08. Kayu terasnya
yang bervariasi dalam warna kuning kecokelatan, merah pucat atau cokelat hingga
cokelat gelap, tidak begitu jelas terbedakan dari kayu gubal.
Kayu ini dapat dikeringkan dengan baik, namun kadang-kadang sedikit pecah. Di
samping penggunaan di atas, kayu bidara juga cocok digunakan untuk konstruksi,
furnitur dan almari, peti pengemas, venir dan kayu lapis.
Bidara
menghasilkan kayu bakar yang berkualitas baik; nilai kalori dari kayu gubalnya
adalah 4.900 kkal/kg. Kayu ini juga baik dijadikan arang. Ranting-rantingnya
yang menjuntai mudah dipangkas dan dipanen sebagai kayu bakar.
Kulit
kayu dan buah bidara juga menghasilkan bahan pewarna. Bahan-bahan ini
menghasilkan tanin
dan pewarna coklat kemerahan atau keabuan dalam air. Di India, pohon bidara juga
digunakan dalam pemeliharaan kutu lak;
ranting-rantingnya yang terbungkus kotoran kutu lak itu dipanen untuk
menghasilkan sirlak (shellac).
Tanaman
ini terutama tumbuh baik di wilayah yang memiliki musim kering yang jelas.
Kualitas buahnya paling baik jika tumbuh pada lingkungan yang panas, kaya
cahaya matahari, dan cukup kering; namun hendaknya mengalami musim hujan yang
memadai untuk menumbuhkan ranting, daun dan bunga, serta untuk mempertahankan
kelembaban tanah selama mematangkan buah. Bidara berkembang luas pada wilayah
dengan curah hujan 300–500 mm pertahun. Untuk keperluan komersial, pohon
bidara dapat dikembangkan hingga ketinggian 1.000 m dpl.; akan tetapi di atas
ketinggian ini pertumbuhannya kurang baik.
Tahan
iklim kering dan penggenangan, bidara mudah beradaptasi dan kerap tumbuh meliar
di lahan-lahan yang kurang terurus dan di tepi jalan. Tumbuh di pelbagai jenis
tanah: laterit, tanah hitam yang berdrainase baik, tanah berpasir, tanah liat,
tanah aluvial di sepanjang aliran sungai (riparian).
Bidara
diperkirakan memiliki asal usul dari Asia Tengah,
dan menyebar alami di wilayah yang luas mulai dari Aljazair,
Tunisia,
Libia,
Mesir,
Uganda
dan Kenya
di Afrika;
Afganistan,
Pakistan,
India
utara, Nepal,
Bangladesh,
Cina selatan, Vietnam,
Thailand,
Semenanjung Malaya, Indonesia,
hingga Australia.
Kini bidara telah ditanam di banyak negara di Afrika, dan juga di Madagaskar.Namun
yang mengembangkannya secara komersial hanyalah India, Cina, dan sedikit di
Thailand.